Berita Internasional

Bukan Sekedar Demo Gen Z, Pakar India Sinyalir Ada Campur Tangan AS di Balik Penggulingan Rezim

"Memang sulit untuk membuktikannya secara kasat mata. Protes Gen-Z di Nepal mungkin tampak alami, tetapi jika ditelusuri lebih lanjut..

Editor: Nurul Hayati
Tangkapan layar X/@chandangoopta
GEDUNG DIBAKAR- Demonstrasi di Nepal, sejumlah gedung dibakar termasuk gedung Parlemen Nepal. Demonstrasi di Nepal merebak dengan cepat dalam hitungan hari. Sebanyak 23 orang meninggal, dan 422 orang lebih mengalami luka-luka. Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Laksono meminta kesiapan pemerintah Republik Indonesia dalam memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Nepal. 

Tingkat pengangguran mencapai 12,6 persen, tertinggi di Asia Selatan.

Banyak lulusan muda tidak mendapat pekerjaan layak, memicu frustrasi dan eksodus tenaga kerja ke luar negeri
 
Eskalasi Aksi

Dimulai dari Kathmandu, lalu menyebar ke Pokhara, Biratnagar, Butwal, dan kota lainnya.

Massa menerobos gedung parlemen, membakar kantor pemerintah, dan menelanjangi serta mengarak Menteri Keuangan Bishnu Paudel

22 orang tewas, ratusan luka-luka, dan bandara internasional sempat ditutup.

Dampak Politik

PM KP Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Paudel mengundurkan diri.

Gen Z memilih Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung, sebagai PM sementara melalui pemungutan suara daring di Discord.

 Demo ini menunjukkan bagaimana teknologi, kesadaran politik, dan solidaritas generasi muda bisa mengguncang sistem yang mapan. 

Diketahui, Nepal menjadi negara Asia Selatan ketiga, setelah Sri Lanka pada tahun 2022 dan Bangladesh tahun lalu, di mana protes massa berakhir dengan penggulingan pemerintahan yang berkuasa.

Sputnik adalah media berita internasional dari Rusia yang menuding ada campur tangan Deep State Amerika Serikat dalam unjuk rasa di tiga negara Asia Selatan tersebut.

Istilah “Deep State AS” merujuk pada dugaan adanya jaringan kekuasaan tersembunyi di dalam struktur pemerintahan Amerika Serikat yang bekerja di luar kendali resmi lembaga demokratis, seperti Kongres atau Presiden. 

Konsep ini sering digunakan dalam wacana politik dan teori konspirasi untuk menjelaskan pengaruh kelompok tertentu yang dianggap mengendalikan kebijakan negara secara diam-diam.

Pihak-pihak yang kerap dikaitkan dengan Deep State AS, biasanya adalah birokrasi permanen, mulai dari pegawai negeri sipil, intelijen, dan militer yang tetap berpengaruh meski pemerintahan berganti.

Kolumnis Sputnik, Dhairya Maheshwari, yang juga analis kebijakan luar negeri asal India yang dikenal karena liputannya tentang isu-isu geopolitik di kawasan Asia Selatan, mengatakan, dugaan keterlibatan Deep State AS dalam aksi protes di Nepal, tidak dapat dikesampingkan begitu saja.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved