DTHP USK Gaungkan Hilirisasi dan Kedaulatan Pangan Lewat SNPP 2025

Kegiatan ini dirangkaikan dengan THP StudentPreneur EXPO 2025 yang berlangsung sejak 30 September hingga 2 Oktober.

|
Editor: Yocerizal
IST/SERAMBINEWS.COM
TERIMA SERTIFIKAT - Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah, menerima sertifikat penghargaan saat hadir sebagai pemateri dalam Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian (SNPP) ke-5, Kamis (2/10/2025), yang diselenggarakan Departemen Teknologi Hasil Pertanian (DTHP) Universitas Syiah Kuala (USK). 

SERAMBINEWS.COM - Departemen Teknologi Hasil Pertanian (DTHP) Universitas Syiah Kuala (USK) kembali menegaskan perannya dalam pengembangan ilmu dan inovasi pertanian dengan menggelar Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian (SNPP) ke-5, Kamis (2/10/2025). 

Kegiatan ini dirangkaikan dengan THP StudentPreneur EXPO 2025 yang berlangsung sejak 30 September hingga 2 Oktober, menampilkan produk kreatif mahasiswa dan alumni DTHP USK.

Mengusung tema 'Transformasi Teknologi Pertanian untuk Meningkatkan Hilirisasi Agroindustri dan Kedaulatan Pangan,' seminar ini menghadirkan pemakalah dari berbagai universitas di Indonesia serta empat pembicara utama yang membahas isu strategis pertanian nasional.

Banda Aceh Menuju Kota Parfum

Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah, membuka sesi pertama dengan gagasan hilirisasi nilam sebagai langkah menjadikan Banda Aceh sebagai Kota Parfum. 

“Aceh memiliki Patchouli oil terbaik di dunia. Ini potensi besar yang harus digarap melalui kolaborasi antara pemerintah, kampus, UMKM, dan dunia usaha,” ujar Afdhal. 

Ia menekankan pentingnya sinergi dengan USK melalui Atsiri Research Center untuk mendorong ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal.

Baca juga: ALHAMDULILLAH, PT PLN Sudah Pulihkan Sistem Kelistrik Sepenuhnya di Aceh

Baca juga: Pemadaman Listrik di Aceh, Dosen Unimal: Regulasi Mewajibkan PLN Bayar Kompensasi

Tempe Lokal untuk Kedaulatan Pangan

Widya Sutiyo dari Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) menyoroti transformasi industri tempe sebagai solusi gizi dan ketahanan pangan. 

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengimpor 1,5 juta ton kedelai per tahun. 

“Kacang koro adalah alternatif lokal yang tahan kekeringan dan kaya protein. Tempe berbasis koro bisa menjadi jawaban atas ketergantungan impor,” jelas Widya.

Hilirisasi dan Ekonomi Sirkuler

Sementara Prof. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut dari IPB menguraikan pentingnya pengembangan industri hilir untuk komoditas strategis seperti kopi, kakao, dan kelapa sawit. 

“Nilai tambah ada di hilir. Kita harus membangun industri sekunder dan tersier agar tidak hanya menghasilkan CPO, tapi juga margarin, biodiesel, dan produk turunan lainnya,” tegas Tajuddin. 

Ia juga menekankan pentingnya ekonomi sirkuler dalam pengolahan komoditas secara menyeluruh.

Modernisasi Pertanian Indonesia

Prof. Dr. Ir. Ismail Sulaiman dari THP USK menutup sesi dengan paparan tentang teknologi revolusioner dalam pertanian. 

Ia menyebutkan pertanian presisi, pertanian vertikal, IoT, dan otomatisasi sebagai kunci modernisasi. 

“Teknologi adalah pilar transformasi. Mari dukung industri pangan berkelanjutan untuk masa depan yang sehat dan mandiri,” ajaknya.

Baca juga: Sosok Hacker Bjorka yang Kini Ditangkap, Belajar IT Otodidak dan Tak Lulus SMK

Baca juga: Aceh Harus Kendalikan Energi Listrik

Sinergi Akademik dan Praktik Lapangan

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved