Janji Telepon Tanggal 1 Minta Uang Jajan, Kini Nasiah Hanya Menunggu di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Sepuluh hari sebelum tragedi, sang anak sempat berjanji akan menelepon pada tanggal 1 untuk meminta uang jajan.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nurul Hayati
Tangkapan layar YouTube Kompas TV
Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo. Salah satu bangunan ponpes ambruk pada Senin (29/9/2025). 

SERAMBINEWS.COM - Di antara kerumunan keluarga santri yang berkumpul di sekitar reruntuhan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, tampak seorang perempuan berdiri dengan mata sembab.

Ia adalah Nasiah, ibu dari Muhammad Nasihudin (16), santri kelas 2 SMP yang telah dua tahun lebih menimba ilmu di pondok tersebut.

Sepuluh hari sebelum tragedi, sang anak sempat berjanji akan menelepon pada tanggal 1 untuk meminta uang jajan.

Namun, bukan suara anaknya yang ia dengar pada hari itu, melainkan kabar ambruknya bangunan pesantren.

Kisah pilu ini disampaikan Ibu Nasiah dalam wawancara eksklusif bersama TV One News, yang tayang pada Sabtu (4/10/2025) di kanal YouTube resminya.

Dalam wawancara tersebut, Nasiah mengenang percakapan terakhirnya dengan sang anak.

Baca juga: Total 13 Jenazah Santri Sudah Dievakuasi dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, 54 Korban Masih Dicari

Ia terakhir kali berkomunikasi dengan Muhammad Nasihudin, yang akrab disapa Nasi, melalui sambungan telepon 10 hari sebelum kejadian. Dalam percakapan itu, Nasi menenangkan sang ibu agar tidak terlalu khawatir.

“Dia bilang, jangan terlalu mikirin dia karena dia sudah betah di pondok. Dia cuma pengin jadi orang yang lebih baik,” tutur Nasiah lirih.

Sebelum menutup telepon, Nasi sempat berjanji akan menelepon kembali pada tanggal 1 untuk meminta uang jajan.

Namun, di hari yang sama, justru terjadi musibah besar. Bangunan pondok pesantren ambruk, menimbun puluhan santri di dalamnya.

Nasiah pertama kali menerima kabar tersebut dari saudaranya di Bangka Selatan, tak lama setelah salat Magrib.

“Saya dikabari saudara saya, katanya pondok di sini ambruk. Saya tengok di TV, ternyata benar,” kenangnya.

Baca juga: Kisah Alfatih Tertimbun Puing Ponpes Al Khoziny Selama 3 Hari, Sempat Bermimpi

wali santri korban ambruknya ponpes
Ibu Nasiah menahan air mata saat menceritakan percakapan terakhir dengan putranya, santri Pondok Pesantren Al-Khoziny yang hilang dalam tragedi ambruknya bangunan, Sabtu (4/10/2025).

Meski telah mendengar kabar duka, Nasiah tak langsung pulang malam itu. Ia menunggu semalaman untuk memastikan kabar keberadaan anaknya. Hingga kini, belum ada kabar pasti tentang Nasi.

Beberapa hari kemudian, Nasiah tiba di Madura dari Bangka Belitung untuk mengikuti proses pencarian yang telah memasuki hari keenam. Ia berharap tim gabungan bisa mempercepat evakuasi agar para korban segera ditemukan.

“Harapan saya semoga cepat-cepat ditemukan, terutama anak saya dan santri lain yang masih terjebak. Kami sudah terlalu lama menunggu,” ujarnya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved