Sosok Dokter Aaron yang Amputasi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Terpaksa Dilakukan

dr. Aaron, seorang dokter dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terlibat langsung dalam momen paling kritis penyelamatan korbanan

Editor: Amirullah
Kompas | TribunJatim/ Yusron Naufal
SOSOK DOKTER AARON - dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang saat ditemui di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam. Sosok dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang, melakukan proses amputasi terhadap Ahmad, korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jatim. (Kompas | TribunJatim/ Yusron Naufal) 

SERAMBINEWS.COM - Di tengah reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, muncul sosok dokter TNI yang menjadi pahlawan nyata.

Dia adalah dr. Aaron Franklyn Suaduon Simatupang, yang dengan penuh keberanian melakukan amputasi darurat untuk menyelamatkan nyawa seorang santri bernama Nur Ahmad (16).

Dalam situasi genting di bawah puing bangunan, dr. Aaron mengambil keputusan sulit memotong lengan korban di lokasi demi mencegah kehilangan darah berlebih.

Tindakan heroik ini dilakukan dengan risiko besar, bahkan nyawanya sendiri terancam jika bangunan kembali runtuh.

Diketahui, tragedi memilukan ini terjadi pada Senin, 29 September 2025, ketika bangunan musala Ponpes Al Khoziny tiba-tiba ambruk.

Kejadian ini menewaskan sedikitnya 14 orang.

Hingga Jumat malam, 3 Oktober 2025, data sementara mencatat bahwa sebanyak 117 korban telah ditemukan, dengan 103 orang di antaranya berhasil selamat dari timbunan puing.

Meski demikian, proses evakuasi masih terus dilakukan dengan harapan menemukan korban lainnya yang diduga masih tertimbun di balik reruntuhan.

Di tengah kerja keras tim penyelamat, terdapat sebuah momen dramatis yang menggugah hati siapa pun yang mendengarnya, kisah tentang penyelamatan Nur Ahmad, seorang santri muda berusia 16 tahun, yang menjadi korban selamat berkat tindakan cepat dan tegas tim medis.

Saat musala ambruk, Nur Ahmad terjebak di bawah bongkahan beton besar.

Tangannya tertindih puing beton dengan posisi yang sangat sulit untuk dievakuasi.

Tim penyelamat pun dihadapkan pada situasi genting yang memerlukan keputusan cepat.

Dua opsi yang ada tak mudah dipilih: menunggu alat berat untuk mengangkat beton, dengan risiko Nur Ahmad kehilangan terlalu banyak darah, atau melakukan amputasi di tempat, dengan segala keterbatasan kondisi dan risiko medis yang menyertainya.

Baca juga: Tragedi Ponpes Al-Khoziny Roboh, Ini Kesaksian Santri yang Disuruh Bantu Ngecor Karena Dihukum

Setelah melakukan pertimbangan matang dan diskusi dengan tim, keputusan berat pun diambil, amputasi harus dilakukan demi menyelamatkan nyawa Nur Ahmad.

Tindakan tersebut dilaksanakan oleh dr. Aaron Franklyn Suaduon Simatupang, yang saat itu berada di lokasi untuk membantu penanganan darurat.

Dengan penuh ketenangan dan profesionalisme, dr. Aaron melakukan prosedur amputasi di tengah situasi darurat dan penuh tekanan.

Tanpa fasilitas ruang operasi yang memadai, ia berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga Nur Ahmad tetap stabil selama proses berjalan.

Meski keputusan amputasi tentu meninggalkan luka mendalam bagi Ahmad dan keluarganya, nyawanya berhasil diselamatkan, sebuah keajaiban sekaligus pengorbanan yang luar biasa dari seorang tenaga medis dan tim penyelamat.

Peristiwa ini bukan hanya menggambarkan besarnya dampak dari musibah yang terjadi, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya keberadaan tenaga medis militer seperti dr. Aaron di lapangan, terutama dalam situasi darurat yang membutuhkan keputusan cepat dan tindakan berani.

Sosok Dokter Aaron

Tak banyak informasi mengenai Dokter Aaron di media online. 

Berdasarkan penelusuran, Dokter Aaron di bawah supervisi Dokter Larona Hydravianto Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD Notopuro Sidoarjo.

Dikutip dari Surya.co.id, Dokter Aaron lahir di Jayapura, Papua, pada 29 Januari 1994.

Pria berusia 31 tahun ini, pernah menempuh dan menyelesaikan pendidikan S2 di Program Studi (Prodi) Ilmu Hukum, Universitas Pembangunan Panca Budi. 

Namun, perlu diketahui informasi kelahiran dan pendidikan dr Aaron tersebut, berasal dari pencarian Google dan belum mendapatkan konfirmasi dari dokter Aaron. 

SOSOK DOKTER AARON - dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang
SOSOK DOKTER AARON - dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang saat ditemui di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam. Sosok dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang, melakukan proses amputasi terhadap Ahmad, korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jatim. (Kompas | TribunJatim/ Yusron Naufal)

Baca juga: VIDEO - Detik-Detik Mencekam Gedung Roboh di Bogor saat Maulid Nabi, 3 Orang Tewas Puluhan Terluka

Lakukan Proses Amputasi Korban Runtuhnya Ponpes Al Khoziny

Pada Senin (29/9/2025) malam, tampaknya menjadi cerita tak terlupakan bagi Dokter Aaron.

Saat itu, Dokter dari TNI ini mempertaruhkan nyawanya demi selamatkan korban yang tertimpa reruntuhan Ponpes Al Khoziny. 

Ia merayap masuk ke celah puing reruntuhan bangunan demi menyelamatkan NA (Nur Ahmad). 

NA ada dalam posisi sulit. Tangannya tertindih bongkahan beton Musala yang ambruk. Hingga diputuskan untuk melakukan amputasi terhadap korban di lokasi.

Dokter Aaron mengambil resiko melakukan amputasi darurat di lokasi yang sebenarnya juga membahayakan dirinya.

"Pikiran saya, sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," kata Dokter Aaron kepada awak media di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam, dilansir TribunJatim.com.

Menurut dr Aaron, ada banyak tim yang turun saat itu. Namun karena sulitnya Medan, maka mereka berbagi pos.

Dokter Aaron, anggota tim dari Dokter Larona Hydravianto Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD Notopuro Sidoarjo ini, memutuskan menyelamatkan korban yang terancam kehilangan banyak darah lantaran siku lengan kiri sudah tertindih beton bangunan.

Tindakan amputasi tak langsung dilakukan begitu saja. Opsi amputasi diambil setelah memastikan kondisi.

Dokter Aaron sempat berdiskusi dengan tim yang terdiri dari tim dokter senior. 

Persiapan matang menjadi pertimbangan utama. Setelah dirasa memungkinkan, maka tindakan dilakukan. 

Diceritakan dr Aaron, proses operasi amputasi sekitar 10 menit. 

Dokter Aaron bersyukur pasien berhasil dievakuasi, distabilisasi dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit. 

"Kita bawa keluar itu less tidak banyak yang darah yang keluar," ungkapnya. 

Hal senada disampaikan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD RT Notopuro Sidoarjo, dr. Larona Hydravianto.

Larona mengungkapkan soal keputusan amputasi tangan Ahmad dilakukan langsung di bawah reruntuhan mushala Ponpes Al Khoziny. 

Menurut Larona, tindakan itu merupakan upaya penyelamatan nyawa karena kondisi korban terjepit beton.

“Jadi memang ini sesuatu yang sangat berat ya secara pertimbangan. Kita harus melakukan amputasi atau menghilangkan bagian tubuh. Tapi ada prinsip life saving is number one. Nyawa menjadi prioritas pertama dibanding anggota tubuhnya,” kata Larona, Jumat (3/10/2025).

Sebelumnya, Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro, Dokter Atok Irawan mengatakan, terpaksa amputasi lengan kiri korban saat proses evakuasi, meski ada pihak keluarga yang protes. 

"Sempat yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya gimana kalau kondisi darurat, sempat nanya 'Siapa yang mengizinkan?'," kata Atok, di RSUD R.T. Notopuro, Selasa (30/9/2025). 

Namun, berkat penjelasan dokter, pihak keluarga pun menerimanya.

"Untungnya dokter kami menjelaskan dengan lembut, dengan sabar, alhamdulillah bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami," tambahnya. 

Selanjutnya, dokter yang bertugas langsung melakukan penanganan pertama setelah proses amputasi. Korban dibawa untuk mendapatkan perawatan di RSUD R.T. Notopuro.

"Jadi tetap pertolongan, (korban) dibius di sana, lukanya (amputasi) ditutup cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi, dijahit ulang sampai pukul 01.30 WIB baru selesai," ucap Atok.

Cerita Korban yang Tangannya Terpaksa Diamputasi

Sementara itu, Nur Ahmad (16), santri yang menjadi korban ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, mengaku tidak mampu melarikan diri setelah sejumlah batu dan beton menimpa tubuhnya.

Diceritakan Nur Ahmad, awalnya ia tidak merasakan tanda-tanda kejanggalan sebelum bangunan tiga lantai ambruk saat salat Asar pada Senin (29/9/2025).

Namun, tiba-tiba musala Ponpes Al Khoziny  runtuh dan menimpa para santri. 

"Rakaat kedua kejadiannya. Langsung jatuh betonnya,” kata Ahmad saat dirawat di RSUD RT Notopuro Sidoarjo, Jumat (3/10/2025).

Kondisi itu, menyebabkan lengan kirinya tertimpa beton dan tidak lagi bisa digerakkan.

“Enggak bisa (menyelamatkan diri), langsung kena tangan. Enggak (tahu sebelah ada siapa), enggak melihat mukanya. Jadi waktu ruku, langsung tiarap setelah ada reruntuhan,” ujarnya.

Saat terjebak, Ahmad berusaha bertahan hingga mendengar suara petugas evakuasi. 

Ia langsung berteriak meminta tolong hingga dilakukan proses evakuasi.

(TribunNewsmaker/Tribunnews)

 

Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com dengan judul Sosok Dokter Aaron, Amputasi Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Dokter TNI, Nyawanya Ikut Terancam

Sumber: TribunNewsmaker
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved