Soroti Utang Kereta Cepat Whoosh Rp 116 T, Rocky Gerung Sebut Jokowi Tak Bisa Tidur Nyenyak

Rocky kemudian mengaitkan kepercayaan tersebut dengan kondisi politik yang saat ini dihadapi oleh Jokowi.

Editor: Amirullah
Kompas.com/Idham Khalid, YouTube/Tribunnews.com
POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Kolase Foto: Rocky Gerung dan Presiden RI ke-7 Joko Widodo atau Jokowi. Komentari soal utang proyek kereta cepat Whoosh yang capai Rp 116 triliun, Rocky Gerung sebut Jokowi semakin sulit menghindar, skandal dibongkar. 

SERAMBINEWS.COM - Rocky Gerung kembali kritik tajam terhadap mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kali ini, isu yang disorot dugaan mark-up proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) yang disebut menelan utang hingga Rp116 triliun.

Dalam pandangannya, Rocky menilai Jokowi kini tengah kehilangan “pulung” istilah dalam budaya Jawa yang menandakan sirnanya wahyu kekuasaan dan kejernihan membaca tanda zaman.

Ia bahkan menyebut, masa pasca-kepemimpinan Jokowi akan penuh gejolak, dihantui berbagai skandal lama yang terus dibongkar publik.

Isu yang mencuat berkaitan dengan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), atau yang kini dikenal sebagai "Whoosh", kembali memantik sorotan tajam dari publik, terutama karena persoalan utang yang dikabarkan mencapai ratusan triliun rupiah.

Menanggapi persoalan tersebut, Rocky Gerung mengaitkan posisi Jokowi saat ini dengan konsep spiritual yang cukup kental dalam kebudayaan Jawa, yakni mengenai kehilangan pulung atau dalam istilah lokal disebut "kelangan pulung".

Dalam tradisi dan mitologi masyarakat Jawa, pulung dipercaya sebagai suatu pertanda ilahiah berupa cahaya berwarna biru atau hijau yang biasanya muncul untuk menunjukkan bahwa seseorang akan memperoleh wahyu atau anugerah kekuasaan.

Sebagaimana dilansir dari National Geographic Indonesia, masyarakat Jawa meyakini bahwa cahaya pulung ini akan muncul di sekitar kediaman seseorang yang dipercaya akan memperoleh posisi penting dalam kekuasaan atau kepemimpinan.

Rocky kemudian mengaitkan kepercayaan tersebut dengan kondisi politik yang saat ini dihadapi oleh Jokowi.

Ia menyebut bahwa sang mantan presiden tampak seperti telah kehilangan pulung, dalam arti kehilangan kepekaan terhadap tanda-tanda zaman dan tidak lagi mampu membaca arah perubahan sosial maupun politik yang terjadi di sekelilingnya.

Baca juga: Kereta Cepat Whoosh Terlilit Utang, Luhut: Tak Ada Transportasi Publik di Dunia yang Untung!

"Di dalam filsafat Jawa kita sebut ada seseorang yang kehilangan pulung, tidak lagi punya kemampuan untuk membaca tanda-tanda zaman atau tanda-tanda alam. Dan itu yang sedang terjadi pada Pak Jokowi sebagai mantan presiden," ujar Rocky dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Sabtu, 18 Oktober 2025.

Lebih lanjut, mantan dosen filsafat di Universitas Indonesia (UI) itu juga memprediksi bahwa kehidupan pasca-kepemimpinan Jokowi tidak akan berjalan dengan tenang.

Hal ini, menurutnya, disebabkan oleh terus bergulirnya berbagai skandal masa lalu yang masih belum tuntas dan terus menjadi sorotan publik.

Sejumlah kontroversi yang terus mencuat antara lain adalah polemik terkait keabsahan ijazah Jokowi, termasuk ijazah sarjana S1 dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selain itu, publik juga masih memperdebatkan proses pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon Wakil Presiden dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sebagaimana diketahui, pencalonan Gibran sempat menuai kritik keras karena dinilai penuh kejanggalan, mulai dari persoalan usia hingga perubahan aturan yang dianggap menguntungkan pihak tertentu.

Namun, pada akhirnya, Gibran berhasil terpilih mendampingi Presiden Prabowo Subianto untuk masa jabatan 2024–2029.

Dengan berbagai persoalan yang terus menyeruak ke permukaan, Rocky menilai bahwa bayang-bayang masa lalu Jokowi akan terus menghantui, terlebih jika masyarakat dan media terus menggali kembali jejak-jejak kepemimpinannya selama dua periode berturut-turut, yakni dari tahun 2014 hingga 2024.

"Pada akhirnya dia tidak bisa tidur nyenyak, karena setiap hari emak-emak, BEM, netizen membongkar kembali skandal-skandal yang pernah terjadi selama 10 tahun kepresidenan beliau," ujar Rocky.

"Bukan sekedar soal ijazah atau kasus 'penyelundupan hukum' terhadap anaknya yaitu Pak Gibran yang sekarang jadi wakil presiden."

Kini, dengan adanya polemik kereta cepat Whoosh, Rocky Gerung menilai, Jokowi akan semakin sulit menghindar dari tudingan publik.

Apalagi, ada dugaan mark-up dalam pembangunan proyek tersebut.

Baca juga: Akhiri Perang Dagang, AS-China Sepakat Untuk Lakukan Perundingan Perdagangan di Korea Selatan

Sebab, peralihan kerjasama dari JICA (bersama Jepang) menjadi bersama China (KCIC) justru dinilai lebih mahal.

"Tetapi, ada hal yang hari-hari ini menjadi titik sorot pembicaraan, yaitu soal kereta api cepat, dan terlihat bahwa agak sulit Pak Jokowi untuk menghindar dari sebut saja tuduhan publik bahwa beliau melakukan mark-up," ujar pendiri wadah pemikir sekaligus lembaga riset isu-isu publik, Tumbuh Institute, tersebut.

"Karena kita tahu sejarah dari kereta cepat itu."

"Tadinya negosiasi dengan Jepang lalu Jepang mutung [kecewa dan mogok, red], kesal karena hasil riset dari Jepang dipindahkan ke China. Lalu China akhirnya yang menjadi penerima proyek itu. Dan setelah dihitung bahwa sebetulnya biaya dengan investasi Jepang itu jauh lebih masuk akal daripada Cina."

Proyek Whoosh sendiri awalnya digagas sejak era Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2011, dengan Jepang sebagai mitra utama melalui JICA (Japan International Cooperation Agency).

Jepang telah melakukan studi kelayakan hingga menggelontorkan biaya sebesar 3,5 juta dollar AS, dan menawarkan pinjaman bunga rendah 0,1 persen dengan tenor 40 tahun, memakai skema Government-to-Government (G2G) dan biaya estimasi 5 hingga 6,2 miliar dollar AS.  

Namun, pada 2015, Jokowi mendadak memilih China sebagai mitra untuk membangun Whoosh.

Alasannya, China menawarkan skema Business-to-Business (B2B) tanpa jaminan APBN, berbagi teknologi lebih luas, dan pinjaman sebesar 5 miliar dollar AS  tanpa syarat ketat seperti Jepang, meski bunganya lebih tinggi, yakni 2 hingga 3,4 persen.

Selain menyebabkan Jepang marah, keputusan Jokowi beralih ke China ini dinilai kontroversial.

Ignasius Jonan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan RI menyatakan penolakan karena menganggapnya tidak menguntungkan, tapi akhirnya dipecat.

Sementara itu, dikutip dari Wartakotalive.com, Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM RI (Menkopolhukam) Mahfud MD sudah mengungkap bahwa anggaran proyek Whoosh diduga kuat dimark-up beberapa kali lipat, berdasarkan informasi terpercaya yang didapatnya

POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Kolase Foto: Rocky Gerung dan Presiden RI ke-7 Joko Widodo atau Jokowi. Mengenai hal ini, Pengamat politik, Rocky Gerung, mengklaim bahwa kubu Jokowi mulai gugup karena satu per satu mulai terbongkar. (Kompas.com/Idham Khalid, YouTube/Tribunnews.com)
POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Kolase Foto: Rocky Gerung dan Presiden RI ke-7 Joko Widodo atau Jokowi. Mengenai hal ini, Pengamat politik, Rocky Gerung, mengklaim bahwa kubu Jokowi mulai gugup karena satu per satu mulai terbongkar. (Kompas.com/Idham Khalid, YouTube/Tribunnews.com) (Kompas.com/Idham Khalid, YouTube/Tribunnews.com)

Jokowi Dinilai Terlalu Memaksa

Rocky Gerung juga menyebut, dari polemik Whoosh ini, Jokowi terlalu memaksakan proyek tanpa izin pada masyarakat Indonesia.

Hal ini dilihat dari urgensi Whoosh yang sebenarnya tidak terlalu mendesak, hingga akhirnya ketika terus berjalan, proyek tersebut justru membawa beban utang yang tidak kecil.

"Sudah bertahun-tahun dibahas, apa pentingnya kereta cepat itu untuk mempercepat pergerakan masyarakat dari Bandung ke Jakarta, atau sebaliknya, dalam skala yang cuma beda setengah jam," tutur Rocky.

"Bahkan, mereka yang berbisnis merasa lebih mending naik mobil saja. Jadi, ada kalkulasi yang salah, yang menyebabkan kereta itu jadi beban utang, kita mesti bayar utang ke China."

"Sekali lagi, sebetulnya kereta cepat ini akhirnya skandal, karena tidak dilakukan dengan kehati-hatian, hingga sekarang dia [Whoosh] rugi."

"Jadi, kerugian itu harusnya dianggap sebagai ketidakcermatan pembuatan kebijakan, yang juga bisa kesengajaan."

"Mark-up tanpa konsultasi dengan DPR misalnya, yang sifatnya Business to Business akhirnya negara terlibat kalau dia bangkrut."

"Jadi, sekarang Jokowi memang dalam sorotan publik bukan karena sekadar perilaku politiknya, tetapi juga kecenderungan untuk memaksakan tanpa minta izin pada rakyat."

Bom Waktu Utang Whoosh

Namun, proyek Whoosh saat ini menuai sorotan lantaran utangnya yang mencapai Rp116 triliun menjadi beban berat bagi BUMN Indonesia, terutama PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemimpin konsorsium PSBI.

Utang proyek Whoosh dinilai bagai bom waktu, membawa beban yang membuat PT KAI dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian.

Proyek yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp19,54 triliun, dari biaya awal yang direncanakan 6,07 miliar dollar AS.

Sehingga, total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp116 triliun.

Untuk membiayai investasi 7,2 miliar dollar AS pada proyek ini, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.

Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu PT KCIC yang merupakan gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).

Whoosh, yang notabene merupakan program yang dibangga-banggakan oleh Jokowi, jelas memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero).

Utang untuk pembiayaan proyek Whoosh membuat PSBI mencatat kerugian senilai Rp1,625 triliun pada semester I-2025.

Karena menjadi lead konsosrium PSBI, maka PT KAI (Persero) menanggung porsi kerugian paling besar, yakni Rp951,48 miliar per Juni 2025, jika dibanding tiga BUMN anggota konsorsium PSBI lainnya.

Sehingga, beban yang ditanggung PT KAI (Persero) begitu berat, baik dalam bentuk biaya operasional kereta cepat maupun pengembalian utang.

Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin bahkan menyebut besar utang proyek Whoosh ini bagai bom waktu, sehingga pihaknya akan melakukan koordinasi dengan BPI Danantara untuk menanganinya.

“Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” ujar Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

(TribunNewsmaker/Tribunnews)

 

Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com dengan judul Rocky Gerung Komentari Utang Whoosh Rp 116 T, Sebut Jokowi Tak Bisa Tidur Nyenyak: Bongkar Skandal

Sumber: TribunNewsmaker
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved