Gas DME Bakal Gantikan LPG pada 2027, Ini Kelebihannya

DME diarahkan terutama sebagai subtitusi penggunaan LPG yang pada awalnya digunakan untuk mensubtitusi minyak tanah.

Editor: Faisal Zamzami
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
DME adalah gas yang berasal dari gasifikasi batubara. 
Ringkasan Berita:
  • Pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan produksi massal gas DME bisa terealisasi pada 2027.
  • DME sendiri dikembangkan karena bahan bakunya berasal dari dalam negeri.
  • DME dapat menekan impor gas LPG sebesar 1 juta ton per tahun

 

SERAMBINEWS.COM - Proyek besar untuk menggantikan gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) dengan gas lainnya, yakni Dimethyl Ether (DME), terus dikebut pemerintahan era Prabowo Subianto.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan produksi massal gas DME bisa terealisasi pada 2027. 

DME sendiri dikembangkan karena bahan bakunya berasal dari dalam negeri.

DME dapat menekan impor gas LPG sebesar 1 juta ton per tahun, sehingga akan ada penghematan devisa impor LPG sebesar Rp 9,1 triliun rupiah per tahun, serta akan menambah investasi sebesar 2,1 miliar dollar AS.

Percepatan realiasi DME sebagai pengganti LPG sendiri tercantum sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional yang diatur dalam Perpres No 109 Tahun 2020 yang diteken di era Jokowi.

Baca juga: Kabar Gembira! Kini di Koperasi Desa Merah Putih Bisa Dapat LPG 3 Kg Bersubsidi

 Apa itu DME?

Dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, DME adalah sebutan lain untuk gas batubara

DME diarahkan terutama sebagai subtitusi penggunaan LPG yang pada awalnya digunakan untuk mensubtitusi minyak tanah.

 
Proyek gasifikasi batubara ini sangat vital bagi perekonomian Indonesia, karena 75 persen penggunaan LPG di dalam negeri itu berasal dari impor.

Sementara gas batubara sepenuhnya berasal dari dalam negeri.

Selain itu, harga DME juga jauh lebih dibandingkan dengan LPG

Krakteristik DME memiliki kesamaan baik sifat kimia maupun fisika dengan LPG.

Lantaran nyaris sangat mirip, gas batubara ini dapat menggunakan infrastruktur LPG yang ada sekarang, seperti tabung, penanganan, dan penyimpanannya. Sehingga bila LPG diganti dengan DME, maka tak banyak infrastruktur baru yang perlu dibangun.

Kelebihan lain DME adalah bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, tak hanya dari batubara, tapi juga bisa diproduksi bahan yang dapat diperbarui seperti biomassa, limbah dan Coal Bed Methane (CBM).

Namun saat ini, batu bara kalori rendah dinilai sebagai bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan gas DME.

DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sementara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg.

Kendati begitu, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi sehingga kalau dalam perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar 1 berbanding 1,6.

Pemilihan gasifikasi batubara untuk subtitusi sumber energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20 persen.

Di samping itu, keunggulan lainnya dari DME adalah kualitas nyala api yang dihasilkan lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.

DME adalah senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen dengan rumus kimia CH3OCH3 yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG.

Baca juga: Libur Panjang, Pertamina Jamin Ketersediaan BBM dan LPG di Aceh


Proyek gasifikasi batubara dilanjut

Beberapa waktu lalu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa proyek gasifikasi batubara di Indonesia kali ini tidak lagi bergantung pada investor asing.

Bahlil mengatakan bahwa pemerintah, melalui kebijakan Presiden Prabowo Subianto, akan membiayai proyek gas DME ini dengan sumber daya dalam negeri, baik melalui anggaran negara maupun swasta nasional.

"Sekarang, kita tidak butuh investor. negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden memanfaatkan resource dalam negeri, yang kita butuh mereka adalah teknologinya (gas DME)," kata Bahlil di Jakarta dikutip dari Antara.

Kata Bahlil, proyek DME sempat mengalami kendala karena investor asing, seperti Air Products dari Amerika Serikat dan juga investor lainnya dari China, mundur dari kerja sama.

Namun, kali ini pemerintah memastikan proyek akan berjalan tanpa ketergantungan pada modal asing.

Proyek DME ini akan dikembangkan di beberapa lokasi, termasuk Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Bahlil mengatakan, secara keseluruhan, proyek gas batubara ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi yang mencakup 26 sektor komoditas, mulai dari mineral, minyak dan gas, hingga pertanian dan kehutanan.

Selain meningkatkan ketahanan energi, proyek ini juga diharapkan menciptakan lapangan pekerjaan dalam skala besar, dan penghematan APBN karena harga DME yang lebih rendah.

"Yang jelas, investasi ini bertujuan menciptakan lapangan kerja berkualitas, meningkatkan nilai tambah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," kata Bahlil menambahkan.

Baca juga: Bupati Mirwan Minta SKPK Percepat Kinerja Demi Aceh Selatan Maju dan Produktif

Baca juga: Aron Geller Warga Negara Israel Punya KTP Cianjur Jawa Barat, Kok Bisa?

Sumber: Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved