Luar Negeri

Kapal Rohingya Tenggelam Dekat Perairan Indonesia, 11 Orang Tewas dan Puluhan Hilang

Otoritas maritim Malaysia menyatakan insiden terjadi di sekitar Pulau Tarutao, yang terletak di utara pulau wisata Langkawi.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBI/ZAKI MUBARAK
Sebanyak 296 warga Etnis Rohingya yang terdampar di pesisir Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe, Aceh, Senin (7/9/2020) dini hari. Imigran etnis Rohingya, terdiri dari 104 orang laki-laki, 178 orang perempuan dan 14 orang anak-anak. 
Ringkasan Berita:
  • Kapal yang membawa pengungsi Rohingya tenggelam di dekat perbatasan Thailand-Malaysia pada Minggu (9/11/2025).
  • Diketahui, kapal tenggelam di perairan utara Malaysia, dan hingga kini proses pencarian masih terus dilakukan.
  • Dua kapal lain yang juga mengangkut jumlah penumpang serupa dilaporkan hilang.

 

SERAMBINEWS.COM - Kapal yang membawa pengungsi Rohingya tenggelam di dekat perbatasan Thailand-Malaysia pada Minggu (9/11/2025).

Diketahui, kapal tenggelam di perairan utara Malaysia, dan hingga kini proses pencarian masih terus dilakukan.

Kepala Polisi Kedah, Adzli Abu Shah, mengatakan kapal tersebut diyakini terbalik tiga hari lalu.

“Sebuah kapal yang membawa 90 orang diyakini terbalik,” ujarnya kepada media lokal, Minggu (9/11/2025).

Ia menambahkan, dua kapal lain yang juga mengangkut jumlah penumpang serupa dilaporkan hilang.

Otoritas maritim Malaysia menyatakan insiden terjadi di sekitar Pulau Tarutao, yang terletak di utara pulau wisata Langkawi.

Korban Tewas

 Jumlah korban tewas akibat tenggelamnya kapal yang membawa pengungsi Rohingya di perbatasan Thailand–Malaysia meningkat menjadi 11 orang pada Senin (10/11/2025).

Menurut otoritas Malaysia, kapal tersebut mengangkut sekitar 70 orang sebelum terbalik.

Sementara itu, satu kapal lain yang dilaporkan membawa sekitar 230 penumpang masih belum diketahui keberadaannya.

Hingga saat ini, 13 orang berhasil diselamatkan akibat kapal tenggelam, sebagian besar di antaranya merupakan warga Rohingya.

Baca juga: Lhokseumawe Siapkan Lahan Baru untuk Relokasi Rohingya, Ini Lokasinya

Ditemukan di dua perairan Otoritas

Thailand mengatakan mereka telah menemukan empat jenazah, termasuk dua anak-anak.

Penemuan itu menambah tujuh jenazah lain yang ditemukan oleh Badan Maritim Malaysia.

Kepada wartawan di Pulau Langkawi, Direktur Badan Maritim Malaysia untuk wilayah Kedah dan Perlis, Romli Mustafa, menyampaikan bahwa operasi pencarian melibatkan kerja sama lintas negara.

 “Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan badan Thailand sehingga komunikasi dan pertukaran informasi berjalan lancar,” ujarnya.

Romli menambahkan, aset udara dikerahkan untuk membantu kapal pencarian di laut. “Operasi pencarian dapat berlangsung hingga tujuh hari,” katanya.

Baca juga: DPO Kasus Pelarian Rohingya Ditangkap di Batam, Kejari Lhokseumawe: Semua akan Kami Kejar

Pelayaran berisiko tinggi

Romli mengungkapkan, kapal itu berangkat dari wilayah Myanmar dekat perbatasan Bangladesh sekitar dua minggu lalu.

Beberapa penumpang diketahui berpindah ke kapal lain pada Kamis sebelum insiden terjadi.

Dari 13 korban selamat, 11 orang merupakan warga Rohingya dan dua lainnya berasal dari Bangladesh.

Data dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menunjukkan, lebih dari 5.100 warga Rohingya telah berusaha melarikan diri dengan perahu dari Myanmar dan Bangladesh sejak Januari hingga awal November 2025.

Sekitar 600 di antaranya dilaporkan tewas atau hilang di laut.

Seorang pejabat dari pusat komando maritim Thailand mengatakan kepada Reuters bahwa empat jenazah yang ditemukan termasuk dua anak berusia 10 dan 12 tahun, serta dua perempuan dewasa.

“Dua perempuan itu membawa kartu pengungsi yang mengidentifikasi mereka sebagai Rohingya,” ujarnya.

Krisis kemanusiaan berkepanjangan

 Eksodus warga Rohingya berlanjut seiring meningkatnya kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar, serta memburuknya kondisi kehidupan di kamp pengungsi Bangladesh.

Sekitar 1,3 juta warga Rohingya kini hidup sebagai pengungsi setelah tindakan keras militer Myanmar pada 2017 memaksa mereka meninggalkan rumah.

Sebagian dari mereka menempuh perjalanan laut berbahaya menuju Malaysia dan Indonesia, dengan harapan bisa memperoleh kehidupan yang lebih aman dan layak.

Sumber: Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved