Konflik Palestina vs Israel

Hamas Bahas Tahap Kedua Gencatan Senjata Gaza dengan Mesir, Tegaskan Tolak Pelucutan Senjata

Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan kembali komitmennya terhadap implementasi fase pertama gencatan senjata.

|
Editor: Faisal Zamzami
Telegram Brigade Al-Qassam
ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil pada Jumat (15/3/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berpatroli dengan kendaraan dan senjatanya selama pertukaran tahanan gelombang ke-6 pada Sabtu (15/2/2025). -- Pada 29 Oktober 2025, Hamas menuduh Israel berupaya menyabotase kesepakatan gencatan senjata di Gaza. 
Ringkasan Berita:
  • Delegasi tiba di ibu kota Mesir sehari sebelumnya untuk merundingkan fase kedua gencatan senjata dengan mediator utama kawasan.
  • Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan kembali komitmennya terhadap implementasi fase pertama gencatan senjata.
  • Mereka juga menekankan pentingnya penghentian pelanggaran yang dilakukan oleh Israel.

 

SERAMBINEWS.COM, KAIRO – Delegasi pimpinan senior Hamas menggelar pertemuan dengan Kepala Intelijen Mesir, Hassan Rashad, untuk membahas kelanjutan perjanjian gencatan senjata Gaza, Minggu (23/11/2025).

Pertemuan tersebut berlangsung di Kairo dan dipimpin oleh Kepala Negosiator Hamas, Khalil al-Hayya.

Delegasi tiba di ibu kota Mesir sehari sebelumnya untuk merundingkan fase kedua gencatan senjata dengan mediator utama kawasan.

Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan kembali komitmennya terhadap implementasi fase pertama gencatan senjata.

Mereka juga menekankan pentingnya penghentian pelanggaran yang dilakukan oleh Israel.

Meski tidak membeberkan detail, Hamas mengonfirmasi bahwa diskusi juga mencakup tahapan lanjutan dari perjanjian gencatan senjata.

Baca juga: VIDEO Israel Terus Serang Gaza, Hamas Siap Akhiri Gencatan Senjata Selama 6 Minggu

 Menurut sejumlah sumber, fase kedua rencana tersebut melibatkan pelucutan senjata Hamas, pembentukan otoritas transisi di Gaza, serta pengerahan pasukan internasional untuk menjaga stabilitas, dikutip dari AFP.

Namun, Hamas menolak opsi pelucutan senjata.

Kelompok itu juga dikeluarkan dari skema pemerintahan masa depan Gaza berdasarkan rencana perdamaian yang sebelumnya didorong oleh mantan Presiden AS Donald Trump dan telah diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB.

Dalam beberapa hari terakhir, Israel dan Hamas saling menuduh melakukan pelanggaran terhadap gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025, hasil mediasi Amerika Serikat.

Pada Sabtu (22/11/2025), serangan udara Israel dilaporkan menewaskan sedikitnya 21 orang di Jalur Gaza

Informasi ini disampaikan oleh badan pertahanan sipil yang beroperasi di bawah otoritas Hamas.

Militer Israel berdalih bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap insiden di Gaza selatan, di mana seorang bersenjata dilaporkan melintasi garis demarkasi militer Israel, dikenal sebagai Garis Kuning dan melepaskan tembakan ke arah pasukan.

Sebagai tanggapan, Israel mengklaim telah menargetkan sejumlah lokasi yang disebut sebagai basis kelompok teror di wilayah tersebut.

Baca juga: Gaza di Persimpangan: Antara Puing, Politik, dan Harapan

Dalam pertemuan dengan pihak Mesir, Hamas juga menyampaikan kekhawatiran mengenai nasib ratusan pejuangnya di Rafah, Gaza selatan.

Mereka dilaporkan telah kehilangan kontak dengan para pejuang yang diyakini terjebak di jaringan terowongan bawah tanah.

Beberapa laporan media memperkirakan sekitar 200 anggota Hamas tertahan di terowongan bawah Gaza, di zona yang kini berada di bawah kendali militer Israel berdasarkan implementasi fase pertama perjanjian.

 

Gencatan Senjata Belum Cukup, Dapur Umum Gaza Masih Berjuang Penuhi Kebutuhan Pangan

Meskipun telah memasuki masa gencatan senjata selama enam minggu, dapur-dapur umum di Jalur Gaza masih menghadapi tantangan besar dalam menyediakan makanan bergizi yang memadai bagi lebih dari dua juta penduduk.

Bahan-bahan penting seperti daging, unggas, serta sayuran segar dilaporkan masih sulit diakses, membatasi keragaman nutrisi bagi ribuan pengungsi.

Organisasi kemanusiaan American Near East Refugee Aid (Anera) adalah salah satu yang berjuang keras di tengah keterbatasan ini.

Anera membuka dapur umum di al-Zawayda, Gaza tengah, dan memiliki dapur lain di al-Mawasi di Gaza selatan.

Anera kini melayani lebih dari 20.000 orang setiap hari, meningkat drastis dari enam bulan lalu.

"Kami telah beralih dari menggunakan 15 panci, kini kami meningkatkannya hingga 120 panci per hari, menargetkan lebih dari 30 kamp pengungsi internal. Kami melayani lebih dari 4.000 keluarga, dibandingkan dengan hanya 900 keluarga enam bulan lalu," kata Ketua Tim Anera, Sami Matar, dikutip dari BBC pada Senin (24/11/2025).

Baca juga: VIDEO Pasokan Pangan ke Gaza Membaik , PBB: Kebutuhan Masih Jauh dari Terpenuhi

Keterbatasan menu jauh dari kebutuhan gizi

Meskipun Anera berhasil meningkatkan kuantitas pasokan, seringkali berupa nasi, pasta, dan lentil yang dibawa masuk melalui mitranya, World Central Kitchen, kebutuhan akan keragaman pangan masih jauh dari terpenuhi.

"Kami kebanyakan hanya memasak tiga jenis makanan dalam seminggu yakni nasi, pasta, dan lentil. Kami berupaya keras untuk memasukkan sayuran seperti paprika, bawang bombai, dan kentang untuk meningkatkan rasa dan nilai gizinya," ungkap Matar.

Ia menekankan bahwa makanan yang lebih beragam, terutama protein penting seperti daging dan ayam, tidak diizinkan masuk ke Gaza untuk distribusi bantuan kemanusiaan.

Saat ini, daging dan unggas segar hanya diimpor oleh pedagang komersial dengan harga yang sangat tinggi, membuat organisasi bantuan tidak mampu membelinya.

Sejak gencatan senjata Gaza, Anera baru sekali mampu menyajikan makanan dengan daging kaleng.

Selain bahan makanan, dapur umum ini juga dilaporkan kekurangan peralatan memasak, kemasan, dan tabung gas yang lebih bersih.

Situasi kemanusiaan mendesak

Akses terhadap makanan menjadi perhatian utama sejak perang di Gaza pecah pada Oktober 2023, diperparah dengan pembatasan ketat pasokan yang diizinkan Israel melalui penyeberangan Gaza.

Kelaparan bahkan telah dikonfirmasi terjadi di Kota Gaza sejak Agustus lalu dan diproyeksikan menyebar ke wilayah lain.

PBB melaporkan bahwa jumlah makanan harian yang didistribusikan di Gaza melalui berbagai jaringan dapur telah mencapai 1,4 juta, naik dari kurang dari satu juta sebulan lalu. 

Namun, total populasi wilayah ini melebihi dua juta jiwa.

Program Pangan Dunia PBB (WFP) mencatat bahwa seperempat rumah tangga di Gaza saat ini hanya makan satu kali sehari.

"Saya bersumpah tidak ada yang berubah sejak gencatan senjata. Kami hanya senang pertumpahan darah yang terus-menerus berhenti," kata Aida Salha, seorang ibu enam anak dari Kota Gaza yang kini tinggal di kamp pengungsi.

Mayoritas penerima bantuan adalah warga dari Gaza utara yang kehilangan rumah, orang terkasih, dan harta benda akibat perang.

"Kami telah memasuki tahun ketiga perang dan saya tidak punya uang tersisa... Kami benar-benar hancur. Kami hidup dalam situasi bencana setiap hari," tutur Abdul Karim Abdul Hadi, seorang ayah tujuh anak dari Jabalia.

Desakan bantuan dan harapan ke depan

Badan-badan bantuan mendesak Israel untuk segera membuka kelima titik penyeberangan ke Gaza, saat ini hanya tiga yang beroperasi.

Mereka juga meminta agar pembatasan operasional terhadap beberapa organisasi kemanusiaan dilonggarkan agar dapat membawa pasokan mereka sendiri.

Dengan semakin dekatnya cuaca dingin dan basah, kehidupan di kamp-kamp tenda akan semakin sulit.

 "Perasaan yang sangat kuat [dari para pengungsi] adalah ketidakpastian dan kelelahan yang mendalam. Mereka tidak melihat jalan yang jelas untuk kembali ke rumah mereka," jelas Matar.

Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih rapuh, warga Gaza sangat membutuhkannya untuk bertahan hidup.

 "Orang-orang ingin tinggal di tempat yang aman dan nyaman serta dapat memasak makanan hangat untuk anak-anak mereka dengan cinta dan bermartabat," tutup Matar.

Baca juga: 3 Pria Tua di Kebumen Ditangkap Usai Cabuli dan Rudapaksa Bocah SD, Begini Modus Pelaku

Baca juga: VIDEO - Deli Serdang Geger! Pria Ngamuk dan Coba Kabur, Petugas Berhasil Amankan

Baca juga: Tertutup Tiang Listrik Tumbang, Ini Alternatif Hindari dari Jalan Nasional di Lipat Kajang Singkil

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved