Breaking News

Pojok Humam Hamid

Naleung Lakoe Vs Bak Asan, Memahami Aksi Demo Agustus 2025

Dalam konteks Indonesia 2025, kita menyaksikan negara yang masih berpikir dalam paradigma pohon yang memiliki akar tunggal. 

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
DIASPORA GLOBAL ACEH - Sosiolog Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, menjadi pembicara pada acara diskusi yang digelar oleh Diaspora Global Aceh di Hotel Ambhara, Jakarta, Rabu (20/8/2025). 

Kini, sudah hampir seminggu, ribuan warga Jakarta dan sekitarnya turun ke jalan.

Mahasiswa dari universitas negeri dan swasta, buruh dari Bekasi dan Karawang, pelajar dari Depok hingga Tangerang, bahkan pengemudi ojek online dari pelosok Ibu Kota. 

Mereka tumpah ruah di depan Gedung DPR/MPR RI, bersuara dalam satu semangat, menolak kemapanan.

Yang menarik bukan hanya tuntutannya--soal biaya hidup, pendidikan, sistem outsourcing, dan keadilan fiskal--melainkan cara aksi ini berlangsung. 

Tidak ada satu aktor sentral. 

Tidak ada pemimpin karismatik yang menyusun orasi di atas mobil komando. 

Tidak ada partai politik yang secara dominan mengklaim kepemilikan gerakan. 

Bahkan serikat buruh dan organisasi mahasiswa yang terlibat pun tampak saling berjalan paralel--tidak selalu bersinergi, namun tetap bergerak ke arah yang sama.

Di sinilah teori rizoma menjadi lebih dari sekadar metafora. 

Aksi di Jakarta menjelma struktur horizontal yang tak tersentralisasi. 

Ia bergerak dari banyak titik, menyebar ke berbagai sudut kota. 

Demonstran muncul di depan DPR, tapi juga menyusup ke sekitar FX Sudirman, Mampang, Polda Metro Jaya, bahkan hingga ke Kwitang. 

Setiap simpul adalah titik masuk. 

Setiap individu bisa menjadi pemantik. 

Tak ada garis komando yang jelas. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved