Pojok Humam Hamid

Khan, Aboutaleb, dan Mamdani: Fenomena Migran Muslim Menjadi Pejabat Publik di Eropa dan AS

Singkatnya, jangan pernah bayangkan orang Islam-apalagi migran minoritas, akan menjadi pejabat publik di Eropa atau AS. 

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HO
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 

Ringkasan Berita:Fenomena yang dulu mustahil
Latar Belakang Migrasi
Tokoh-Tokoh Kunci (Sadiq Khan di London Inggris, Ahmed Aboutaleb di Rotterdam Belanda, dan Zohran Mamdani di New York Amerika Serikat)
Kisah Perjalanan dan perjuangan mereka yang tidak mudah
Faktor yang mendukung keberhasilan mereka
Tantangan yang dihadapi
Pelajaran penting untuk kita, bahwa dunia Barat bukan lagi “nanggroe kaphe”, tapi ruang untuk merawat kemanusiaan secara luas 
 

Oleh Ahmad Humam Hamid*)

Dulu dianggap mustahil bagi Muslim migran menjadi pejabat publik di Barat.

Kini, tokoh seperti Sadiq Khan, Ahmed Aboutaleb, dan Zohran Mamdani membuktikan sebaliknya.

Dalam pemahaman kita sehari-hari mungkin akan menjadi semacam  lelucon sinis yang kadang lebih tajam dari kuliah politik, tentang peluang individu minoritas etnis, ras, agama di negara negara Barat, untuk menjadi pemimpin jabatan publik.

Singkatnya, jangan pernah bayangkan orang Islam-apalagi migran minoritas, akan menjadi pejabat publik di Eropa atau AS. 

Tak pernah ada dalam imajinasi kita, bahwa kota-kota penting di dunia, seperti London, Rotterdam, dan New York akan mempunyai wali kota yang bukan pribumi, dan beragama Islam.

Lelucon itu yang mungkin diucapkan sambil tertawa beberapa waktu yang lalu, kini menyimpan kekaguman dan ironi.

Bagaimana tidak, anak migran Muslim--yang mungkin lahir dari keluarga tukang cuci, sopir taksi, atau buruh pabrik--justru menjadi pejabat publik penting di negeri Barat, yang berkonotasi dengan kata “nanggroe kaphe”.

Kini ungkapan-ungkapan seperti “tak mungkin”, “tak bisa”, “mustahil”  telah berbalik 180 derajat. 

Nama-nama seperti Sadiq Khan-Wali Kota London, Ahmed Aboutaleb -Wali Kota Rotterdam, dan Zohran Mamdani -Anggota Parlemen New York, yang segera akan terpilih menjadi wali kota, adalah sesuatu yang “mustahil” akan menjadi kenyataan.

Mereka bukan hanya tokoh-tokoh fenomenal, tapi juga penanda bahwa lanskap politik Barat sedang berubah--perlahan tapi nyata--karena kehadiran dan partisipasi aktif komunitas Muslim migran.

Baca juga: Sosok Zohran Mamdani, Muslim Pertama jadi Calon Wali Kota New York, Pro Palestina dan Dibenci Trump

Dari Pekerja Migran Menembus Ruang Kekuasaan

Fenomena ini lahir dari proses migrasi besar-besaran pasca-Perang Dunia II. 

Negara-negara Eropa yang mengalami kehancuran infrastruktur dan kekurangan tenaga kerja membutuhkan migran untuk bekerja.

Mereka mengundang pekerja dari bekas jajahannya, Pakistan, India, Bangladesh, Maroko, Turki, dan berbagai negara Afrika Utara. 

Gelombang itu berlanjut ke Amerika Serikat melalui jalur yang berbeda, lewat program imigrasi profesional, pengungsi politik, hingga reunifikasi keluarga.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved