Pojok Humam Hamid
Naleung Lakoe Vs Bak Asan, Memahami Aksi Demo Agustus 2025
Dalam konteks Indonesia 2025, kita menyaksikan negara yang masih berpikir dalam paradigma pohon yang memiliki akar tunggal.
Ia vertikal, hierarkis, dan hidupnya sangat tergantung pada pusat.
Sekali batang ditebang atau akar diganggu, tamatlah sudah kisahnya.
Inilah analogi dari organisasi massa gaya lama: ada ketua umum, ada sekretaris jenderal, ada struktur komando, dan kalau perlu direpresi, cukup panggil pemimpinnya ke ruang pendingin.
Sebaliknya, “naleung lakoe” adalah makhluk rizomatik sejati.
Ia tumbuh dari sistem akar horizontal yang menjalar ke segala arah tanpa pusat tunggal.
Tidak ada batang yang bisa ditebang untuk mematikan seluruh sistem, karena hidupnya tersebar dan tidak tergantung pada satu bagian saja.
Potong satu rumpun, dua lagi tumbuh lima meter jauhnya, sambil tertawa kecil di bawah tanah.
Inilah model gerakan sosial baru.
Tidak berbasis pada struktur, tapi pada jaringan spontan.
Tidak bergantung pada pemimpin karismatik, tapi pada resonansi rasa.
Semakin kuat ketika ditekan, karena represinya malah menyuburkan percabangan baru.
Jadi, sementara “bak asan” bisa tumbang dalam satu sore oleh satu chainsaw dan satu surat perintah, “naleung lakoe” hanya bisa dihentikan kalau dicabut seluruh lapisan tanah, dan bahkan itu pun belum tentu berhasil.
Baca juga: VIDEO - Imbauan MPU Aceh: Sambut Maulid dengan Shalawat di Setiap Penjuru
Menguji teori dari demo Jakarta
Dunia modern, menurut Deleuze dan Guattari, tidak lagi bisa dijelaskan dengan logika tunggal dan vertikal.
Hari ini kita hidup di dunia rizomatik--di mana kekuasaan, informasi, dan perlawanan menyebar secara cair.
Dan Jakarta, pada akhir Agustus 2025, menjadi laboratorium hidup bagi teori itu.
naleung lakoe
bak asan
demo jakarta hari ini
Demo di Aceh
pojok humam hamid
humam hamid aceh
opini serambi hari ini
berita aceh terkini
Serambi Indonesia
MSAKA21: Aceh - Roh yang Tak Pernah Mati dan Animisme Ribuan Tahun - Bagian VII |
![]() |
---|
20 Tahun Aceh Damai: Gen Z, Egepe, Pesimisme Konstruktif, dan Imajinasi Tragis |
![]() |
---|
Netanyahu dan Gaza City: Ketika Jalan Pulang dan Jalan Keluar Terkunci |
![]() |
---|
MSAKA21: Jejak Panjang yang Sunyi, Aceh Sebelum Hindu–Buddha- Bagian VI |
![]() |
---|
Kasus Pati, Sri Mulyani, dan “Kabeh Ka Pike”? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.