Opini

Mengejar Adipura di Tengah Tumpukan Sampah

SETIAP tahun, momentum World Cleanup Day (WCD) yang diperingati secara global menjadi pengingat kolektif akan tanggung jawab

Editor: mufti
IST
Dr Ir Kurdi ST MT SH IPM ASEAN Eng, Kadis PUPR Aceh Barat dan Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Cabang Aceh Barat 

Meraih Adipura yang sesungguhnya—sebuah penghargaan yang merefleksikan kebersihan dan keberlanjutan yang autentik—menuntut sebuah transformasi fundamental. Ini bukan lagi soal menambah jumlah sapu jalan atau truk sampah, melainkan membangun sebuah ekosistem pengelolaan sampah yang komprehensif, partisipatif, dan berlandaskan pada prinsip ekonomi sirkular. Langkah pertama adalah pergeseran paradigma di tingkat pemerintah.

Pemerintah daerah harus berani bertransformasi dari sekadar "operator pengangkut sampah" menjadi "fasilitator dan regulator" ekosistem pengelolaan sampah. Fokusnya harus beralih dari hilir (TPA) ke hulu (sumber sampah). Regulasi daerah (Qanun atau Perda) yang progresif harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Aturan yang mewajibkan pemilahan sampah dari rumah tangga, insentif bagi industri yang menerapkan extended producer responsibility (EPR), serta disinsentif bagi pelanggar harus menjadi pedang tajam yang memastikan kepatuhan.

Langkah kedua adalah partisipasi publik sebagai tulang punggung. Masyarakat tidak bisa lagi menjadi objek pasif. Edukasi yang sistematis dan berkelanjutan harus menjadi prioritas, menanamkan kesadaran bahwa setiap individu adalah manajer sampah bagi dirinya sendiri. Inisiatif-inisiatif berbasis komunitas seperti Bank Sampah, Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), pusat daur ulang, dan kompos mandiri harus didukung penuh, tidak hanya secara finansial, tetapi juga melalui pendampingan teknis dan kemudahan akses pasar untuk produk daur ulang. Ketika warga melihat sampah organiknya bisa menjadi kompos penyubur tanaman dan sampah anorganiknya memiliki nilai ekonomis, perilaku akan berubah secara alamiah.

Langkah ketiga adalah inovasi dan kolaborasi. Era digital menawarkan peluang luar biasa untuk mengoptimalkan pengelolaan sampah. Aplikasi pelaporan sampah liar, sistem penjadwalan angkut yang efisien, hingga platform jual-beli sampah daur ulang dapat menjadi solusi cerdas. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, komunitas, dan media (pentahelix) adalah kunci.

Perusahaan dapat berkontribusi melalui program CSR yang substantif, universitas melalui riset dan pengembangan teknologi pengolahan sampah, dan media melalui kampanye penyadaran publik yang konsisten.

Semangat World Cleanup Day 2025 harus kita maknai lebih dalam. Ini bukan sekadar seremoni memungut sampah selama satu hari. Mari kita jadikan WCD 2025 sebagai titik pijak untuk merefleksikan kembali pendekatan kita dalam meraih Adipura. Mari kita ubah "proyek Adipura" menjadi "gerakan budaya bersih" yang hidup setiap hari.

Adipura sejatinya bukanlah piala yang dipajang di lobi kantor wali kota atau bupati. Adipura sejati adalah udara yang bersih, sungai yang jernih, TPA yang tidak lagi menjadi sumber penyakit, dan masyarakat yang berdaya dalam mengelola sampahnya sendiri. Ia adalah cerminan martabat sebuah kota.

Pengejaran Adipura di tengah tumpukan sampah adalah sebuah dilema yang harus kita akhiri.
Sudah saatnya kita berhenti mengejar simbol dan mulai membangun substansi. Dengan begitu, piala Adipura akan datang dengan sendirinya, bukan sebagai hasil dari sebuah kepura-puraan sesaat, melainkan sebagai konsekuensi logis dari sebuah kota yang warganya benar-benar peduli dan beradab.
Perjuangan ini panjang, tetapi harus dimulai hari ini, dengan komitmen untuk tidak membiarkan semangat WCD padam saat matahari terbenam.<>

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Adu Sakti

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved