Kupi Beungoh
Membangun Sistem Kesehatan yang Berkeadilan
Kedua, belum semua rumah sakit memenuhi kriteria teaching hospital sesuai Keputusan Menkes No. 560/2025.
Rumah sakit seperti RS Cut Nyak Dhien Meulaboh, RSUD Aceh Barat Daya, dan RS Sultan Iskandar Muda Nagan Raya sedang dipersiapkan menjadi teaching hospitals dalam jejaring Academic Health System (AHS), sebuah model integrasi pendidikan, riset, dan pelayanan yang membawa pendidikan kedokteran lebih dekat kepada rakyat.
Melalui skema ini, pendidikan dokter bukan lagi urusan kampus semata, tetapi bagian dari misi pembangunan daerah. Academic Health System menjadi jembatan antara dunia akademik dan kebutuhan nyata masyarakat.
Tantangan di Lapangan.
Namun, perubahan besar selalu datang dengan tantangan. Pertama, kesiapan akademik dan dosen pembimbing klinik di luar Banda Aceh masih terbatas.
Solusinya adalah program shared faculty antar universitas dan joint supervision melalui AHS.
Kedua, belum semua rumah sakit memenuhi kriteria teaching hospital sesuai Keputusan Menkes No. 560/2025.
Diperlukan pendampingan bertahap agar RS di kabupaten mampu menjadi lahan pendidikan yang aman dan bermutu. Ketiga, soal pendanaan. Pembiayaan pendidikan spesialis tidak bisa hanya mengandalkan APBN.
Aceh perlu merancang skema hibrid pembiayaan syariah dengan dukungan APBA, dan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Sinkronisasi antarinstansi Kemenkes, Dikti, dan Pemda masih menjadi pekerjaan rumah.
Pembentukan Dewan AHS Aceh lintas kementerian dapat menjadi solusi untuk menjaga koordinasi dan akuntabilitas.
Sinergi untuk Kemandirian.
Surat Dirjen Dikti-Saintek sejatinya membuka ruang kolaborasi yang belum pernah tercipta sebelumnya.
Aceh memiliki kesempatan historis untuk menyatukan tiga kekuatan strategis dalam satu visi pembangunan Kesehatan yaitu USK sebagai pusat keunggulan akademik dan riset, UNIMAL sebagai simpul layanan bedah dan klinis regional, serta UTU sebagai penggerak layanan primer berbasis masyarakat.
Jika ketiganya bergerak dalam satu poros visi Academic Health System (AHS), maka pendidikan kedokteran di Aceh akan mengalami loncatan strategis dalam hal jumlah lulusan, mutu pendidikan, pemerataan, dan keadilan pelayanan.
Pada hakikatnya menandai pergeseran paradigma besar, dari sistem yang eksklusif dan tersentralisasi menuju ekosistem kolaboratif yang terbuka, berjejaring, dan berorientasi kebutuhan daerah.
Reformasi kesehatan sejatinya bukan sekadar menambah jumlah dokter, tetapi menata sistem yang berkeadilan, berakar pada nilai kemanusiaan, dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat.
Aceh kini tengah membangun sistem kesehatan yang kontekstual dan mandiri. Pertumbuhan kedokteran memadukan kekuatan ilmu pengetahuan, keunggulan layanan, dan nilai moral spiritual kemanusiaan.
Dengan dukungan Kementerian Dikti-Saintek, Pemerintah Aceh, dan jejaring rumah sakit pendidikan, Academic Health System (AHS) Aceh dapat menjadi model nasional tentang kemandirian kesehatan berbasis ilmu dan integritas.
Seabad World Animal Day: Selamatkan Hewan, Selamatkan Planet! |
![]() |
---|
Prof Jarjani Usman: Pria Pedalaman Aceh Utara Pemilik Ijazah Sarjana dari Empat Benua |
![]() |
---|
Fenomena Da’i Tendang Mic dan Dakwah Positif Kunci Komunikasi Bahagia |
![]() |
---|
Menggali Energi dari Inti: PLTN sebagai Pilar Kemandirian Ekonomi Aceh |
![]() |
---|
Perempuan Sebagai Pilar Politik Indonesia: Saatnya Melangkah Lebih Jauh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.