Jurnalisme Warga

Implementasi Dame Meuadab di SMA Negeri 1 Banda Aceh

Dua puluh tahun sudah rakyat Aceh menikmati hidup damai, tanpa konflik bersenjata. Tanpa dentuman bom dan letusan bedil.

Editor: mufti
IST
NILAWATI 

3.         Kegiatan intrakurikuler

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sesuai jadwal dan kurikulum, untuk mencapai tujuan pembelajaran akademik siswa, dan bersifat wajib diikuti dengan berbagai model yang sudah dirancang oleh guru.

Salah satu modelnya adalah diskusi terbuka tentang isu-isu aktual yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, toleransi, dan persatuan. Peserta didik mengerjakan projek kolaboratif yang mengharuskan mereka bekerja sama dan menyelesaikan masalah secara damai.

Siswa juga didorong untuk membahas cerita atau kasus nyata yang menunjukkan dampak positif perdamaian atau dampak negatif dari konflik. Diharapkan, siswa tidak hanya berkembang secara kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Ini menciptakan individu yang utuh, seimbang, dan berkarakter kuat.

4.      Kegiatan ekstrakurikuler

Melalui kegiatan ekstrakurikuler peserta didik mendapatkan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan guru di luar lingkungan kelas. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan empati.

Selain itu, siswa juga belajar  untuk beradaptasi dengan norma dan nilai yang berlaku dalam kelompok atau komunitas ekstrakurikuler, seperti menghormati perbedaan pendapat saat berorganisasi atau mematuhi peraturan dalam tim. Pada kegiatan ektrakurikuler yang beragam, siswa dapat belajar nilai-nilai seperti disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab, yang merupakan bagian dari karakter yang beradab.

Ekstrakurikuler yang bersifat keagamaan, seperti kerohanian Islam (Rohis), dapat menanamkan nilai-nilai religius yang membentuk karakter baik pada siswa.

5.  Peran guru sebagai teladan

Guru memberikan teladan untuk bersikap damai, toleran, dan perilaku beradab, karena peserta didik cenderung meniru perilaku yang mereka lihat. Pendidik menjadi teladan utama dalam mempraktikkan nilai-nilai damai dan beradab, seperti bersikap sabar, adil, dan menghargai perbedaan peserta didik di kelas. Menciptakan iklim, lingkungan kelas yang positif, aman, dan terbuka untuk diskusi, sehingga peserta didik merasa nyaman dan dihargai.

Guru menyediakan materi dan memandu peserta didik mencapai tujuan belajar, termasuk dalam mengembangkan karakter damai. Pendidik menjadi teladan utama dalam mempraktikkan nilai-nilai damai dan beradab, seperti bersikap sabar, adil, dan menghargai perbedaan di kelas.

6.   Penguatan budaya sekolah

Penguatan budaya damai di sekolah adalah proses membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan suportif melalui penerapan nilai-nilai toleransi, empati, komunikasi terbuka, dan penyelesaian konflik secara damai. Hal ini dapat diwujudkan dengan menerapkan pilar kebijakan, praktik toleransi dan perdamaian, serta pengelolaan organisasi kesiswaan yang berpihak pada murid, menciptakan budaya saling menghargai, dan membekali siswa dengan keterampilan sosial dan resolusi konflik untuk kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, menerapkan pembiasaan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) untuk membangun budaya sekolah yang damai dan humanis. Membekali siswa dan staf dengan keterampilan untuk menganalisis, mendiagnosis, dan menyelesaikan konflik secara kreatif tanpa kekerasan.

Lingkungan sekolah, termasuk guru dan sesama peserta didik, sangat memengaruhi keberhasilan internalisasi nilai damai. Ditandai dengan menghormati kehidupan dan martabat setiap manusia tanpa diskriminasi. Membudayakan dialog terbuka dan demokratis untuk menyelesaikan masalah atau menampung aspirasi siswa secara periodik.

Intinya, internalisasi nilai damai di kalangan peserta didik membutuhkan proses refleksi dan pembiasaan yang terus-menerus, tidak bisa dicapai hanya dalam satu kali pertemuan atau tatap muka.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved