Kupi Beungoh
Pentahelix Sang Jenderal: Menuju Aceh Berkelanjutan
terkait pernyataannya tentang membangun Aceh melalui harmonisasi dengan pendekatan Pentahelix (04/10/2025) patut di apresiasi
Langkah ini memperlihatkan bahwa kepolisian tidak hanya menjadi penjaga keamanan, tetapi juga penggerak kolaborasi sosial dan inovasi kebijakan sehingga Aceh tidak hanya akan aman, tetapi juga berdaya dan berkelanjutan.
Menurut Drucker, masyarakat modern yang berdaya saing tinggi bukanlah yang memiliki banyak sumber daya alam, melainkan yang mampu mengubah pengetahuan menjadi produktivitas dan nilai tambah.
Ia menyebutnya sebagai the society of knowledge, di mana faktor penentu utama kemakmuran bukan lagi bahan mentah, melainkan inovasi, teknologi, dan pembelajaran berkelanjutan.
Ketergantungan jangka panjang pada sektor ekstraktif seperti migas, tambang, dan hasil alam mentah sering menimbulkan paradoks dimana sumber daya alam melimpah, tetapi tingkat kemiskinan dan pengangguran masih relatif tinggi. Solusinya adalah ekonomi sirkular dan ekonomi berbasis pengetahuan sebagai langkah strategis untuk keluar dari kutukan sumber daya. Seperti dikatakan Drucker, “The greatest danger in times of turbulence is not the turbulence itself, but to act with yesterday’s logic.”
Aceh perlu keluar dari logika lama ekonomi ekstraktif, dan berani menatap masa depan dengan logika baru: ekonomi pengetahuan yang sirkular, inklusif, dan berkeadilan.
Seperti dikatakan Peter Senge dalam The Fifth Discipline, bahwa kolaborasi yang sejati lahir dari kemampuan bersama untuk “melihat masa depan sebagai sesuatu yang bisa kita
ciptakan bersama, bukan sesuatu yang menimpa kita.” dan Irjen Pol.
Marzuki Ali Basyah, MM telah melakukannya tidak hanya sebagai panggilan tugas tapi juga menjadi panggilan sejarah sebagai putra Aceh untuk itu patut kita dukung bersama. Wallaahu a’lam bishshawab.
Penulis adalah Dr. H. Mohd. Heikal, SE., MM Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Malikussaleh Email: mohdheikal@unimal.ac.id
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
Lebih dari Sekadar Angka: Mengapa Kualitas Persalinan Ibu di Daerah Terpencil Masih Menjadi Taruhan? |
![]() |
---|
Potret Toleransi Agama di Aceh: Imelda Purba Nyaman Berbisnis Buah-buahan di Pasar Lambaro |
![]() |
---|
Untuk Tiga Perempuan Seniman Aceh: Benarkah Aturan Jilbab Syariat Islam Merendahkan Perempuan? |
![]() |
---|
Mengapa Mendirikan Fakultas Kedokteran di UTU? |
![]() |
---|
Prof Jarjani Usman: Representasi Gen X yang Optimistis dan Anti FOMO |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.