Berita Techno
Wow! NASA Temukan Jejak Kimiawi Kehidupan Purba di Mars, Simak Paparan Ahli
“Ketika kami melihat lebih dekat, kami menemukan hal-hal yang mudah dijelaskan oleh keberadaan kehidupan awal Mars," ujar Dr Tice.
“Ketika kami melihat lebih dekat, kami menemukan hal-hal yang mudah dijelaskan oleh keberadaan kehidupan awal Mars," ujar Dr Tice.
SERAMBINEWS.COM, FLORIDA - Planet merah kembali mengirimkan sinyal menarik ke Bumi.
Lembaga Antariksa Amerika Serikat, NASA melalui rover andalannya Perseverance, mengungkap temuan baru yang berpotensi menjadi bukti kimiawi keberadaan kehidupan purba di Mars.
Penemuan ini berasal dari wilayah bernama Bright Angel Formation, yang terletak di kawah Jezero--sebuah lokasi yang diyakini pernah menjadi danau besar miliaran tahun silam.
Sejak mendarat di Mars pada tahun 2021, Perseverance telah menjelajahi berbagai sudut Jezero.
Kali ini, tim ilmuwan mengarahkan rover menuju Neretva Vallis, sisi barat kawah, untuk mempelajari batuan sedimen seperti lumpur dan konglomerat.
Bright Angel Formation sendiri terbentuk dari endapan air, lengkap dengan lapisan-lapisan yang menunjukkan jejak aliran sungai dan danau di masa lalu.
• Robot Penjelajah NASA Temukan Benda Logam Mengkilap di Planet Mars
Dr Michael Tice, seorang geobiolog dari Texas A&M University mengungkapkan, bahwa karakter batuan di Bright Angel sangat berbeda dari batuan lain yang pernah diteliti oleh Perseverance.
“Ketika rover memasuki Bright Angel dan mulai mengukur komposisi batuan lokal, kami langsung terkejut melihat betapa berbeda karakter mereka dibandingkan batuan lain yang pernah kami temui,” ujarnya.
Yang membuat batuan ini menarik adalah adanya siklus kimia yang di Bumi sering dimanfaatkan oleh organisme untuk menghasilkan energi.
“Ketika kami melihat lebih dekat, kami menemukan hal-hal yang mudah dijelaskan oleh keberadaan kehidupan awal Mars, tetapi sulit dijelaskan hanya dengan proses geologi semata,” tambahnya.
Dengan bantuan instrumen canggih SHERLOC dan PIXL spectrometer, tim ilmuwan menemukan molekul organik berbasis karbon serta mineral hasil reaksi redoks--proses kimia yang melibatkan perpindahan elektron dan sering kali didorong oleh aktivitas biologis di Bumi.
Yang paling mencolok adalah ditemukannya nodul kecil dan pola unik yang dijuluki “poppy seeds” dan “leopard spots”.
Baca juga: Roket Starship Milik Elon Musk Resmi Meluncur Bulan Depan, Siap Antar Penumpang ke Planet Mars
Struktur ini kaya akan mineral ferrous iron phosphate (diduga vivianite) dan iron sulfide (diduga greigite), yang biasanya terbentuk di lingkungan basah bersuhu rendah--kondisi ideal bagi mikroba.
“Bukan hanya jenis mineralnya yang menarik, tetapi cara mereka tersusun. Pola ini mengindikasikan adanya siklus redoks besi dan sulfur,” jelas Dr Tice.
Di Bumi, pola seperti ini sering ditemukan di sedimen tempat mikroba hidup dengan memanfaatkan “karat” dan sulfat sebagai sumber energi.
Instrumen SHERLOC juga mendeteksi G-band, tanda khas keberadaan karbon organik, terutama di lokasi bernama Apollo Temple.
Menariknya, lokasi ini juga paling kaya akan vivianite dan greigite.
“Ko-lokasi antara bahan organik dan mineral sensitif redoks ini sangat meyakinkan,” kata Dr Tice.
“Ini memberi petunjuk bahwa molekul organik mungkin ikut mendorong reaksi kimia yang membentuk mineral tersebut,” urai dia.
Meski temuan ini sangat menjanjikan, Dr Tice tetap mengingatkan bahwa keberadaan molekul organik tidak serta-merta membuktikan adanya kehidupan.
“Organik tidak selalu berarti kehidupan. Bisa jadi terbentuk lewat proses non-biologis,” papar dia.
“Tetapi jika berasal dari makhluk hidup, kemungkinan besar ia telah terdegradasi oleh reaksi kimia, radiasi, atau panas,” ujarnya.
Makalah yang dipublikasikan di jurnal Nature menyebutkan dua kemungkinan utama:
Reaksi kimia terjadi secara abiotik, murni melalui proses geokimia.
Kehidupan mikroba ikut berperan, mirip seperti yang terjadi di Bumi.
Yang membuat para ilmuwan semakin penasaran adalah fakta bahwa reaksi kimia yang melibatkan sulfur biasanya terjadi pada suhu tinggi.
Namun, data dari rover menunjukkan bahwa batuan ini tidak pernah mengalami pemanasan ekstrem.
“Jika benar demikian, kita harus serius mempertimbangkan kemungkinan bahwa struktur ini dibentuk oleh makhluk mirip bakteri di danau Mars lebih dari tiga miliar tahun lalu,” ujar Dr Tice.
Untuk memastikan asal-usul temuan ini, Perseverance telah mengebor dan menyimpan sampel inti batuan dari Bright Angel, yang dinamai Sapphire Canyon, dalam tabung kedap udara.
Sampel ini menjadi prioritas utama untuk dibawa kembali ke Bumi dalam misi pengembalian sampel Mars di masa depan.
“Menganalisis sampel ini di Bumi akan membuka peluang menggunakan instrumen jauh lebih sensitif, mempelajari komposisi isotop, hingga mencari mikro-fosil jika ada,” tambah Dr Tice.
Temuan ini memenuhi kriteria biosignature potensial NASA--fitur yang layak diteliti lebih lanjut untuk memastikan apakah ia biologis atau tidak.
Lebih menarik lagi, proses kimia yang teramati mirip dengan proses yang terjadi di Bumi pada periode yang sama.
“Di Bumi, batuan tua kita sudah terlalu panas oleh aktivitas tektonik sehingga sulit mempelajari ciri-ciri ini,” urainya.
“Mars memberi kita jendela unik untuk melihat masa lalu seperti apa adanya,” tutup Dr Tice.(*)
Planet Mars
kehidupan di Mars
jejak kehidupan di Mars
NASA
Mars
Sains
Serambinews.com
Serambi Indonesia
Techno
4 Warga Aceh Disekap di Myanmar, Haji Uma Surati Kemenlu dan Koordinasi dengan KBRI |
![]() |
---|
Pramuka Dilibatkan Membangun Kemandirian dan Kepribadian Warga Binaan Lapas Kualasimpang |
![]() |
---|
32 Tamu dari Malaysia ke Aceh Barat, 12 Siswa Diminta Siap Berlaga di Olimpiade Asia di Terengganu |
![]() |
---|
VIDEO - Dikecam Keras! Video Pernikahan Sesama Jenis Pemukim Israel di Dekat Al-Aqsa Viral |
![]() |
---|
129 Murid SD 2 Muhammadiyah Langsa Ikuti Malam Bina Iman dan Taqwa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.