Cahaya Aceh

Kedah, Gerbang Emas Menyusuri Keindahan Alam Gayo Lues

Kedah menyimpan pesona alam dan budaya yang masih alami. Terletak di Kecamatan Blang Jerango, 13 kilometer dari pusat kota Gayo Lues

SERAMBINEWS.COM/HO
GAYO LUES - Keindahan alam di Desa Penosan Sepakat, khususnya Dusun Kedah, Kecamatan Blangjerango, Kabupaten Gayo Lues. Wilayah itu terus memantapkan diri sebagai pintu gerbang utama menuju kawasan wisata alam Leuser, salah satu hutan hujan tropis tertua dan terkaya di dunia. 

Pakar melengkan asal Gayo Lues, Ibrahim Pepalan, mengatakan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menjaga minat generasi muda terhadap seni tutur tersebut. “Anak-anak sekarang lebih banyak berinteraksi lewat media sosial, sehingga melengkan mulai jarang dipraktikkan,” ujarnya.

Untuk menjawab tantangan itu, berbagai pihak mulai berinovasi. Pemerintah daerah, lembaga adat, dan komunitas budaya telah menggelar pelatihan seni tutur, lomba melengkan antar pelajar, serta membuat dokumentasi video yang diunggah ke media sosial.

“Melengkan bukan sekadar berbicara indah, tetapi sarana menanamkan nilai sopan santun, kejujuran, dan rasa hormat kepada orang lain,” tambah Ibrahim.

Kepala Dinas Pendidikan Gayo Lues, Salid SPd MM menyampaikan Pemerintah telah memasukkan pengenalan budaya lokal ke dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Langkah ini diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap kearifan lokal daerahnya.

"Melengkan satu dari sekian budaya Gayo yang menjadi pelajaran ekstrakurikuler di sekolah bertujuan agar setiap generasi tidak buta terhadap kearifan lokal warisan leluhur," ungkap Salid.

Asal Usul dan Makna Melengkan

Tradisi melengkan berasal dari Tanoh Gayo, dataran tinggi Provinsi Aceh yang dikenal kaya akan adat dan kesenian tradisional. Kata melengkan sendiri berarti berbicara dengan halus, berirama, dan sarat makna.

Diyakini, tradisi ini telah ada sejak masa Kerajaan Linge, salah satu kerajaan tertua di Tanoh Gayo. Dahulu, melengkan digunakan oleh pemangku adat dan tokoh masyarakat dalam musyawarah, pertemuan resmi, serta penyambutan tamu kehormatan. Melalui melengkan, seseorang menunjukkan kecakapan berbahasa yang santun dan beretika.

Dalam perkembangannya, melengkan menjadi bagian penting dalam upacara adat pernikahan, terutama pada prosesi melengkan munenes (meminang) dan melengkan munika (pernikahan). Dua pihak keluarga akan saling berbalas kata adat dengan gaya puitis dan penuh perumpamaan, menggambarkan kebijaksanaan serta kehormatan masing-masing keluarga.

Komit Lestarikan Adat dan Kembangkan Pariwisata

Bupati Gayo Lues, Suhaidi SPd MSi menyatakan dukungannya terhadap upaya pengembangan jalur wisata pendakian di Kawasan TNGL. Menurutnya, kerja sama antara Pemkab Gayo Lues dan pihak TNGL sudah terjalin dalam rangka membuka serta menata jalur tracking baru menuju puncak Leuser.

Bupati menjelaskan, jalur tersebut dirancang agar dapat memperpendek waktu tempuh bagi para pendaki yang ingin mencapai puncak Gunung Leuser. Selain itu, penataan jalur juga diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan serta keamanan wisatawan tanpa mengganggu kelestarian alam di kawasan konservasi tersebut.

Lebih lanjut, Suhaidi menambahkan bahwa pengembangan jalur pendakian ini sejalan dengan visi pemerintah daerah untuk mendorong sektor pariwisata berbasis alam dan petualangan. 

"Dengan penataan yang baik dan pengawasan bersama, diharapkan kawasan Leuser dapat menjadi destinasi unggulan Aceh yang mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara," pungkasnya. 

Disamping itu, Suhaidi juga menegaskan terkait pelestarian budaya melengkan adalah bentuk penghormatan terhadap akar identitas masyarakat Gayo. Ia menilai, ditengah modernisasi, seni tutur ini menjadi cermin peradaban dan karakter luhur yang tak boleh hilang oleh waktu.

“Melengkan bukan sekadar warisan adat, tetapi juga warisan moral yang membentuk cara berpikir, berbicara, dan bertindak masyarakat Gayo. Di balik setiap tuturan, tersimpan pesan kebijaksanaan dan nilai-nilai kearifan yang harus kita jaga bersama,” ujar Bupati Suhaidi dengan nada penuh kebanggaan.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Pemkab Gayo Lues akan terus mendukung upaya pelestarian seni tutur tersebut melalui kolaborasi dengan lembaga adat, sekolah, dan komunitas budaya. “Budaya adalah jati diri daerah. Menjaga melengkan berarti menjaga marwah dan martabat masyarakat Gayo,” tutupnya dengan tegas.

Disbudpar Aceh Beri Dukungan

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved