Mutasi Guru tak Boleh Karena Suka dan Tidak
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Aceh, Tgk Fachruddin Lahmuddin yang menjadi penceramah pada peringatan maulid Nabi Besar
* Pernyataan Tgk Fachruddin Lahmuddin Saat Ceramah Maulid
INDRAPURI - Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Aceh, Tgk Fachruddin Lahmuddin yang menjadi penceramah pada peringatan maulid Nabi Besar Muhmmad saw di jajaran Dinas Pendidikan Aceh Besar di SMA Unggul A Hasjmy, Indrapuri mengharapkan pelaksanaan mutasi guru dan kepala sekolah ke depan harus mempedomani keteladanan Rasulullah SAW.
“Dalam memberikan jabatan kepada seseorang, bukan karena like and dislike (suka dan tidak), tapi harus berdasarkan kecakapan dan kemampuan seseorang,” kata Fachruddin Lahmuddin di hadapan sekitar 2000-an guru, kepala sekolah, dan jajaran Dinas Pendidikan se Aceh Besar, Selasa (31/3).
Pada kesempatan itu, Tgk Fachruddin mengungkapkan kisah Abu Dzar, seorang sahabat yang paling dekat dengan Nabi, namun tak pernah diberikan jabatan. “Meski Abu Dzar pernah meminta jabatan kepada Nabi, namun Rasulullah saw tidak pernah memberikan jabatan kepada sahabat dekatnya tersebut. Karena, menurut pertimbangan, Abu Dzar tidak mampu membawa amanah tersebut,” ujar Tgk Fachruddin.
Karena itu, tambah pimpinan dayah Umar Diyan tersebut, dalam mutasi ke depan Pemkab Aceh Besar hendaknya dalam mengisi formasi kekurangan guru di sekolah-sekolah harus mempedomani pada kecakapan dan kemampuan seseorang.
Sementara itu Staf Ahli Bupati, Drs Zainal menjelaskan berbagai hal yang menyangkut pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan sangat menentukan suatu bangsa. “Suatu bangsa maju karena pendidikannya dan suatu bangsa tertinggal, juga disebabkan pendidikannya,” kata staf ahli bupati tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas pendidikan Aceh Besar, Drs Razali mengatakan hingga saat ini sekolah-sekolah di Aceh Besar masih kekurangan sebanyak 388 guru. Kekurangan tenaga pengajar tersebut meliputi guru kelas 116 orang, guru agama 24 orang dan guru penjas SD sebanyak 75 orang.
Sedangkan untuk jenjang SMP kekurangan guru tercatat untuk seni budaya 25 orang dan guru Bimbingan Konsuling 51 orang. Untuk tingkat SMA tercatat kekurangan tenaga pengajar meliputi guru geografi 13 orang, guru ekonomi 13 orang, guru sosiologi 15 orang, guru penjaskes 11 orang, Teknologi Informatika (TIK) 28 orang, dan guru Bimpen sebanyak 17 orang.
Menurut Razali, akibat kekurangan tersebut telah menyebabkan sekolah-sekolah di Aceh Besar ada yang sama sekali tidak memiliki seorang pun guru bidang studi tersebut. “Kita berharap ke depan akan ada penerimaan dan formasi guru yang kosong tersebut,” katanya. (sir)