Salam

Wilayatul Hisbah tak Seharusnya Diserang

Berita duka tentang polisi syariat Islam atau wilayatul hisbah (WH) kembali menghiasai halaman muka Harian Serambi Indonesia

Editor: bakri

Berita duka tentang polisi syariat Islam atau wilayatul hisbah (WH) kembali menghiasai halaman muka Harian Serambi Indonesia, Minggu (10/5) kemarin. Kali ini, WH Kota Lhokseumawe diserang saat merazia sebuah kafe di Cunda, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, Sabtu (9/5) pukul 02.00 dini hari.

Selain dilempari batu, petugas WH yang merazia kafe tersebut juga diancam tembak. Seorang di antara anggota WH, yaitu Herimuddin, terkena lemparan batu di keningnya, sehingga harus dirawat.

Saat razia berlangsung, seorang laki-laki tamu kafe yang berpakaian preman sempat memperlihatkan pistol di pinggangnya dan mengancam tembak anggota WH. Arogansi tersebut diperlihatkan pria berpistol itu karena WH berani mendesak pemilik menghentikan “pesta” pria-wanita di kafe dimaksud setelah lewat dini hari (pukul 01.30 WIB). Selain itu, petugas WH juga nekat membawa dua wanita tak berpakaian islami dari kafe tersebut ke kantor mereka untuk diproses.

Tapi meski berada di bawah ancaman tembak, tim WH tetap membawa kedua wanita itu naik mobil dinas WH ke markasnya. Namun, baru bergerak sekitar 50 meter, seorang pengemudi sepeda motor menghadang mobil WH. Dari arah belakang, menyerbu pula sekitar 20 pria. Mereka langsung menarik-narik baju petugas WH, ada juga yang memukulnya dengan botol air mineral maupun tangan kosong. Saat itulah tiba-tiba kening Herimuddin, seorang anggota WH, terkena lemparan batu, sehingga mengucurkan darah segar. Melihat kondisi yang sudah mengancam keselamatan jiwa anggotanya itu, lalu Fauzan selaku Komandan Operasi WH Kantor Satpol PP dan WH Kota Lhokseumawe, memutuskan untuk menurunkan kedua wanita tersebut dari dalam mobil. Selanjutnya tim WH mengamankan diri ke Polres Lhokseumawe dan membawa korban pelemparan ke puskesmas.

Pagi Sabtunya, barulah pihak WH membuat laporan resmi tentang penganiayaan itu ke Polres Lhokseumawe.

Terus terang, kita prihatin atas peristiwa penyerangan personel WH ini. Apalagi terjadi pada saat mereka menjalankan tugas. Arogansi massa terhadap WH yang biasanya kerap terjadi di Kota Langsa, sekarang mulai merembet ke Kota Lhokseumawe. Ini yang patut kita sesalkan.

Hal kedua yang amat kita sesalkan adalah ancaman tembak oleh pria berpistol itu. Andaikan dia aparat polisi atau tentara, sikap seperti itu tak seharusnya diperlihatkan, karena justru mengesankan bahwa dia adalah pembeking maksiat, sehingga pantas ditindak.

Andai kata dia bukan aparat keamanan, maka polisi harus mencari segera dan menangkapnya, karena ternyata ada sipil pemilik senjata api ilegal dan menggunakan benda tersebut untuk mengancam WH.

Dilihat dari aspek substansial, penyerangan dan ancaman tembak terhadap personel WH tersebut tak bisa tidak adalah bagian dari upaya pelemahan WH selaku pengawas atau polisi syariat di Aceh.

Koran ini mengimbau, petugas WH di Lhokseumawe, Langsa, atau di mana pun jangan pernah gentar melawan arogansi dan agresivitas para pelaku maksiat dan para pelindungnya. Anggap saja kita sedang melawan “iblis” yang berwujud manusia. Dan pertarungan ini harus dimenangkan oleh WH dan akal sehat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Arti Kemerdekaan bagi Aceh

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved