Opini
Spirit Nuzul Quran
ALQURAN merupakan pedoman hidup bagi umat manusia sepanjang masa yang diturunkan Allah pada bulan suci Ramadhan tepatnya pada malam lailatul qadr
Oleh Agustin Hanafi
ALQURAN merupakan pedoman hidup bagi umat manusia sepanjang masa yang diturunkan Allah pada bulan suci Ramadhan tepatnya pada malam lailatul qadr. Alquran diturunkan dalam bahasa Arab sebagaimana firman Allah Swt: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahami(nya).” (QS. Yusuf: 2). Adapun keunggulan bahasa Arab, memiliki kekayaan kosa kata dan sinonimnya, kemampuannya menetapkan feminin atau maskuline, dan pada bilangannya, yaitu tunggal, dua, dan plural.
Kemudian dalam bahasa Arab banyak ditemukan kata-kata ambigu dan tidak jarang satu kata mempunyai dua atau tiga arti yang sebagian di antaranya berlawanan. Bahkan satu huruf pun tidak jarang mempunyai arti lebih dari satu. Misalnya huruf wauw dapat diartikan dengan “dan”, “demi”, “bersama”, atau tidak mengandung makna kecuali isyarat perpindahan satu uraian ke uraian yang lain.
Oleh karena itu, dalam sebuah ayat atau kalimat di dalam Alquran memberikan kemungkinan arti yang tidak terbatas, ayat-ayatnya selalu terbuka untuk diinterpretasi baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interperetasi tunggal. Misalnya firman Allah yang bunyinya: Wallahu yarzuqu man yasya‘u bighayri hisab (QS. al-Baqarah: 212), ayat ini bisa diartikan dengan beraneka ragam seperti: a). Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendakinya tanpa ada yang berhak mempertanyakannya kepada-Nya, mengapa Dia memperluas rezeki kepada seseorang dan mempersempit yang lain.
b). Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa Allah memperhitungkan pemberian itu karena Dia Maha Kaya. c). Allah memberikan rezeki kepada seseorang tanpa dapat menduga kehadiran rezeki itu. d). Allah memberikan rezeki kepada seseorang tanpa yang bersangkutan dihitung secara detail amal-amalnya. e). Allah memberikan rezeki kepada seseorang yang amat banyak sehingga yang bersangkutan tidak mampu menghitungnya. Semua makna tersebut dapat dicakup oleh penggalan ayat tersebut. Bahkan, boleh jadi masih ada makna lain yang dapat digali dari penggalan ayat itu.
Dengan demikian, ketika memahami dan menafsirkan sebuah ayat, tidak elok rasanya mengedepankan sifat egois dan fanatisme buta dengan merasa bahwa penafsiran kitalah yang mutlak benar, sedangkan orang lain yang berbeda dinilai salah sehingga mengabaikan sikap toleransi dan rasa hormat antar sesama. Kita juga tidak dapat memaksakan kehendak kepada orang lain agar memiliki penafsiran dan pemahaman yang sama dengan kita, karena boleh jadi antara kondisi yang dihadapi seseorang berbeda dengan yang lain, terlebih perkembangan zaman dan teknologi tentunya mempengaruhi pola fikir seseorang. Oleh karena itu jangan mudah menebarkan fitnah dengan memvonis orang lain sebagai pengikut bid‘ah, murtad, kafir, dan lain-lain, hanya karena berbeda pemahaman dan penafsiran, karena bisa jadi orang yang kita tuduh tersebut lebih tinggi kedudukannya di mata Allah Swt.
Alquran merupakan petunjuk bagi umat manusia yang memiliki sastra yang sungguh indah dan mempesona serta dapat mendatangkan kekaguman bagi siapa pun yang membacanya karena memiliki keserasian dan keseimbangan kata. Misalnya kata yaum yang berarti “hari”, dalam bentuk tunggalnya terulang sebanyak 365 kali (ini sama dengan satu tahun), dalam bentuk jamak diulangi sebanyak 30 kali (ini sama dengan satu bulan). Sementara itu kata yaum yang berarti “bulan” hanya terdapat 12 kali. Kata “panas” dan “dingin” masing-masing diulangi sebanyak empat kali, sementara dunia dan akhirat, hidup dan mati, setan dan malaikat, dan masih banyak yang lainnya, semuanya seimbang dalam jumlah yang serasi dengan tujuannnya dan indah kedengarannya.
Adapun kata kunci untuk memahami ayat Alquran adalah mempelajari bahasa Arab sebaik mungkin. Dan membaur bersama orang Arab, merupakan salah satu cara epektif untuk memahami bahasa Arab karena dapat membantu kelancaran berbicara dan melatih pendengaran sehingga menambah penghayatan dan penjiwaan terhadap sastra dan balaghahnya. Maka tidak tepat rasanya kalau menghalangi generasi kita untuk menimba ilmu di Timur Tengah, bukankah di negeri Arab memiliki sejarah panjang tentang peradaban umat manusia, terlebih Alquran memiliki asbabun nuzul yang berkaitan erat dengan kultur dan adat istiadat masyarakat Arab pada masa itu. Misalnya pembatasan talak dan poligami, pemberian warisan kepada perempuan, dan lain sebagainya.
Alquran memang diturunkan dengan bahasa Arab, tetapi harus digarisbawahi bahwa ajaran Alquran itu bersifat universal. Sementara sebagian orang menduga bahwa ada semacam kesejajaran antara universalisme ajaran Islam dan kekhususan bahasa Arab. Pandangan dan kesan itulah menjadikan sementara orang menduga bahwa segala sesuatu yang ditulis dalam bahasa Arab adalah atau bagian dari Alquran, walau berupa koran dan majalah. Sebaliknya, ada juga yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang bersumber dari Barat, seperti lagu-lagunya adalah kafir dan terlarang. Padahal Islam menuntut kita belajar dari manapun dan mengambil yang baik di mana dan siapapun sumbernya.
Spirit Iqra‘
Ayat Alquran yang pertama sekali turun adalah perintah membaca sebagaimana firman Allah Swt: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-Mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia, Yang Mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-`Alaq: 1-5).
Hal ini mengandung philosofi yang sangat dalam, di antaranya agar umat Islam bekerja keras dan cerdas untuk memperoleh mardhatillah, semakin menghargai waktu, tidak berleha-leha, semakin termotivasi untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu tanpa mendikhotomi (memisahkan) antara ilmu umum dan ilmu agama. Agar umat Islam dapat menguasai dunia, tanpa memiliki ketergantungan dengan negara asing sebagaimana yang terjadi saat ini, padahal kita memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, tanah yang subur namun kekurangan dari segi sumber daya manusia (SDM) sehingga tidak mampu menggali dan mengeksplorasi potensi yang ada sehingga kita menjadi orang asing di negeri sendiri.
Kemudian objek iqra‘ bersifat umum, yaitu membaca ayat-ayat tertulis seperti ayat Alquran agar dapat menjadi pribadi yang shaleh-, buku, majalah, koran, agar mendapatkan informasi yang akurat. Dan juga membaca yang tidak tertulis seperti wujud alam raya, bagaimana Allah menciptakan langit tanpa tiang, hamparan bumi yang di dalamnya mengandung minyak, gas, air, dan lain-lain, yang merupakan kebutuhan primer manusia, sehingga kita dapat mengambil pelajaran berharga dari ciptaan Allah yang menyebabkan wawasan dan kualitas iman meningkat sehingga dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kemudian yang perlu digarisbawahi dalam ayat di atas adalah kalimat Biismi rabbika yang artinya membaca (dengan nama Tuhanmu). Pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan saja sekadar melakukan bacaan dengan ikhlas, tetapi juga antara lain memilih bahan-bahan bacaan yang tidak mengantarnya kepada hal-hal yang bertentangan dengan “nama Allah” seperti mempelajari ilmu untuk menyakiti dan mencelakakan orang lain.
Tuhan menjanjikan bahwa pada saat seseorang membaca “Demi karena Allah”, maka Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman-pemahaman yang rahmatan lil alamin, wawasan-wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu juga. Semakin luas pembacaan semakin tinggi peradaban, demikian juga sebaliknya. Dan dengan ibadah yang didasari oleh ilmu yang benar, manusia akan menduduki tempat terhormat, sejajar bahkan dapat melebihi kedudukan umumnya malaikat.
Sebagai umat Islam, kita meyakini betul bahwa Alquran merupakan kitab yang paling sempurna dan mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada umat manusia. Meskipun demikian belum tentu di setiap rumah kaum muslimin ditemui Alquran padahal hukum mempelajari Alquran merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim, sebagaimana dipahami dari perintah iqra‘ itu sendiri yang tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad semata-mata, tetapi juga untuk manusia sepanjang sejarah. Semoga dengan spirit Nuzul Quran ini, kecintaan kita terhadap Alquran semakin meningkat, mampu membacanya dengan baik, memahami kandungannya serta mengaplikasikannya dalam segala aspek kehidupan. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Dr. H. Agustin Hanafi, MA., Ketua Prodi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, dan Anggota Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh. Email: agustinhanafi77@yahoo.com