Citizen Reporter
Orang Kaya Tunisia Bangun Masjid Rp 800 M
JIKA Anda melawat ke Tunisia, biasanya Anda akan diajak keliling ke pusat Kota Tunis, tepatnya di Jalan
OLEH AMIR KHALIS, mahasiswa Program Doktor di Universitas Zaitouna, Tunisia, melaporkan dari Tunisia
JIKA Anda melawat ke Tunisia, biasanya Anda akan diajak keliling ke pusat Kota Tunis, tepatnya di Jalan Burghiba. Ini tempat paling diminati dan ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.
Sekitar 1 kilometer dari Jalan Burghiba, Anda akan temukan sebuah masjid, tepatnya di Jalan Carthage. Jaraknya dengan Stasiun Kereta Api Barcelona hanya 500 meter.
Masjid tersebut tak tampak dari kejauhan, karena sekitarnya dikelilingi toko-toko grosir alat-alat berat mobil dan alat-alat pertanian. Tapi bila jarak kita sudah makin dekat dengan masjid ini, maka akan tampak kubah dan menaranya. Masjid ini bernama Masjid Albusyra.
Ketika berada di dalam masjid, seakan-akan kita berada di dalam hotel berbintang empat. Material yang dipakai, mulai dari lantai masjid, dinding, lampu-lampu, hingga toilet, tidak kalah dengan tampilan dan material yang kita dapatkan di hotel berbintang. Dalam bahasa Acehnya, Masjid Busyra ini kon cilet-cilet (tidak main-main) dan proses pembangunannya pun memakan waktu tiga tahun, sejak 2010-2013.
Selain masjid, di kompleks tersebut ini disediakan sebuah rumah untuk imam masjid, lengkap dengan fasilitasnya. Melihat masjid ini, pasti akan timbul pertanyaan, siapa atau lembaga mana yang membangun masjid semegah ini?
Ternyata, Masjid Albusyra yang sangat mewah itu hanya dibangun oleh seorang pengusaha bernama Basyir, tanpa melibatkan donatur lain. Basyir lahir di Kota Jerba, sekitar 7 jam perjalanan darat dan 45 menit lewat udara dari Kota Tunis, sebuah provinsi yang sangat terkenal dengan wisatanya. Ya, kalau di Indonesia sekelas Balilah.
Basyir bukan anak orang kaya (pengusaha), tapi sewaktu remaja, ia merantau ke Kota Tunis untuk mengadu nasib sambil merintis usahanya. Pada akhirnya, jadilah Basyir seorang pengusaha sukses.
Basyir punya beberapa perusahaan. Di antaranya bergerak di bidang alat-alat mobil (onderdil), ban mobil, dan alat-alat berat untuk pertanian, seperti traktor dan lain-lain.
Yang menarik, bukannya soal jumlah uang yang dikeluarkan Basyir untuk membangun masjid, tapi pengorbanannya sangat luar bisa dan patut dijadikan contoh. Karena, selain uang, Basyir juga mewakafkan asetnya, berupa sebidang tanah, untuk didirikan masjid yang luas. Semuanya mencapai 6.000 meter. Pada saat itu, harga tanah 1 meter masih 2.000 dinar Tunis (sekitar Rp 14 juta). Bila ditotal seluruhnya, baik untuk pembangunan masjid dan harga tanahnya lebih kurang 12 miliar Tunis atau setara dengan Rp 800 miliar.
Coba bayangkan, ketika Basyir membangun masjid pada tahun 2010, harga tanah sudah 2.000 dinar Tunis atau lebih kurang Rp 14 juta per meter. Lalu berapa harga tanah pada akhir tahun 2015 di Jalan Carthage yang merupakan kawasan pusat Kota Tunis yang sangat strategis? Tentulah harganya akan naik beberapa kali lipat.
Kalau berbicara prospek bisnis, rasanya sulit bagi seorang Basyir untuk mewakafkan tanah yang terletak di kawasan sangat strategis dan punya prospek bisnis yang sangat menggiurkan dan nilai jual tinggi itu. Tapi pengorbanan yang dilakukan Basyir tak berhenti di situ. Pengeluaran bulanan, seperti air, listrik, honor imam masjid (shalat lima waktu), khatib Jumat, tenaga kebersihan, dan pengeluaran rutin lainnya, menurut seorang pengurus masjid, totalnya mencapai 7.000 dinar per bulan. Lebih kurang 50 juta rupiah. Seluruh pengeluaran itu ditanggung Basyir seorang diri sejak tahun 2010 sampai sekarang.
Basyir tidak memakai kalkulasi investasi dunia, padahal tanahnya yang terletak di pusat Kota Tunis sangatlah strategis untuk prospek investasi jangka panjang. Tapi Basyir menggantinya dengan hitungan investasi akhirat yang nilanya jauh meninggalkan investasi dunia, karena Basyir melihatnya dengan kacamata iman. Mungkin saja, Basyir memakai kalkulasi yang Allah janjikan dalam Surat Albaqarah ayat 261, “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir itu akan tumbuh seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah, Mahaluas (karunianya), lagi Maha Mengetahui.”
Berdasarkan penelitian ilmiah, tak satu bank pun yang mampu memberi bunga seperti janji Allah dalam ayat tersebut. Maka, tidak salah, ketika Basyir memberi nama masjid tersebut dengan Al-Busyra (yang masih sangat erat kaitan dengan namanya, Basyir), yaitu pembawa berita gembira, maka Albusyra adalah berita gembira. Seakan-akan, Basyir memberi tahu kita semua dengan sebuah berita gembira bahwa membangun masjid (investasi akhirat), maka balasannya adalah pahala yang berlipat ganda dan surga dari Allah di hari akhirat kelak.
Semoga di negeri kita pun akan lahir Basyir-Basyir lainnya.
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com