Perang di Yaman Tak Hanya Membunuh Puluhan Ribu Jiwa, Wabah Kolera Juga Serang Hampir 1 Juta Orang
PBB bahkan menyebutkan sebagai negara dengan krisis kemanusiaan terburuk.
SERAMBINEWS.COM, SANAA - Komiter Internasional Palang Merah (ICRC) memperkirakan jumlah penderita kolera di Yaman mencapai satu juta orang sejak April 2017.
PBB bahkan menyebutkan sebagai negara dengan krisis kemanusiaan terburuk.
Dilansir dari Sky News, Kamis (21/12/2017), perang antara pejuang kelompok pemberontak Houthi, dan koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah membunuh lebih dari 10.000 sejak Maret 2015.
Perang itu juga membuat 3 juta orang mengungsi, dan kini wabah kolera mulai menjangkit penduduk sipil.
(Baca: Jasa Raharja Segera Salurkan Santunan untuk Korban Kecelakaan Sempati Star di Trienggadeng)
"Kasus kolera di Yaman mencapai hampir satu juta orang, menambah penderitaan negara yang terjebak dalam perang brutal," tulis ICRC untuk Yaman di akun Twitter.
ICRC juga menyebutkan lebih dari 80 persen populasi di Yaman kekurangan makanan, bahan bakar, air nersih, dan akses kesehatan.
Badan Kesehatan Dunia (PBB) juga melaporkan wabah kolera diperkirakan mencapai 998.314 kasus, dan hampir mendekati satu juta orang.
Pada 3 Desember 2017, WHO pernah menyebutkan wabah kolera bisa menyerang dalam beberapa bulan ke depan, setelah koalisi Saudi menutup akses transportasi darat, laut, dan udara.
Hal itu menyebabkan bantuan kesehatan, air, dan makanan untuk anak-anak kelaparan tidak dapat masuk ke Yaman.
(Baca: Penerima Rumah Dhuafa tak Sesuai SK Bupati, Begini Penjelasan Kadis Sosial Bener Meriah)
(Baca: Anggaran Pengadaan Alsintan di Abdya Rp 9,4 Miliar, Ini Yang Dibeli)
"Setiap hari makin banyak orang di Yaman yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, tapi kami tidak dapat menolong karena pembatasan yang dilakukan oleh pihak berkonflik," ujar koordinator bantuan kemanusiaan PBB untuk Yaman.
PBB memprediksi penderita kolera di Yaman akan mencapai 994.751 orang hingga 17 Desember 2017.
Kekerasan yang terus berlanjut di Yaman menyebabkan 22 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan.
Sekitar 14 juta orang dengan lebih dari setengahnya merupakan anak-anak, tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi. (Sky News)