Kenaikan Harga Beras Resahkan Masyarakat Aceh Barat Daya, Ini Penyebabnya

Tingkat harga yang kurang terjangkau oleh sebagian besar warga sehingga sulit memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Muhammad Hadi
Warga Desa Mesale, Kecamatan Indrapuri memperlihatkan beras raskin dari Bulog yang tak layak dikonsumsi, di Kantor Serambi Indonesia, di Banda Aceh, Kamis (20/7). SERAMBI/MAWADDATUL HUSNA 

Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Sebagian masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) di sembilan kecamatan mulai resah dengan peristiwa kenaikan harga beras.     

Harga beras di pasaran Kabupaten Abdya mengalami kenaikan rata-rata Rp 15.000 per sak isi 15 kilogram (kg).

Tingkat harga yang kurang terjangkau oleh sebagian besar warga sehingga sulit memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Baca: Sekda Aceh Barat Daya dan Kepala BKPSDM Tinjau Ujian Tenaga Kontrak, Ini Sejumlah Temuan di Lapangan

Sementara stok gabah di tingkat petani nyaris tidak tersedia lagi.

Hasil Pantauan Serambinews.com di Pasar Blangpdie, Selasa (9/1/2018), harga beras mengalami kenaikan rata-rata Rp 15.000 per sak isi 15 kg.

Beras lokal (medium) dijual Rp 140.000 per sak isi 15 kg, sebelumnya Rp 125.000 per sak.

Baca: Tak Terima Dipecat, Anggota DPRK Abdya Ini Gugat DPRK dan KIP Abdya

Beras Tangse berkisar antara Rp 150.000 sampai 170 ribu per sak isi 15 kg, sebelumnya antara Rp 135.000 sampai Rp 155.000 per sak.

Ketua Dewan Pengurus Cabang Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Besar (DPC Perpadi) Kabupaten Abdya, H Darwis mengakui bahwa kenaikan harga beras kali ini sangat di luar dugaan.

“Bayangkan beras lokal dijual dipasaran mencapai Rp 140.000 per sak isi 15 kg, padahal sebelumnya Rp 125.000 per sak,” katanya.

Baca: Sudah Tarik Uang Rp 667 Juta Tapi belum Ada Pertanggungjawaban, Desa di Abdya Ini Harus Siap-siap

Sedangkan beras kualitas lumayan bagus mencapai Rp 170.000 per sak, padahal bulan lalu paling tinggi Rp 155.000 per sak.

Darwis yang juga memiliki usaha penggilingan padi ini mengatakan, kenaikan harga beras luar biasa disebabkan stok gabah di tingkat petani tidak ada lagi.

Sedangkan MT Redengan 2017/2018 baru memasuki musim tanam.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved