Dewan Pers: Literasi Media Tak Hanya Tangkal Radikalisme dan Terorisme, Tapi Juga Cegah Hoaks
Agar tidak terpengaruh dengan konten yang belum jelas kebenarannya itu, maka perlu dicek dan diverifikasi lagi.
Penulis: Faisal Zamzami | Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Literasi media tidak hanya mencegah radikalisme dan terorisme tapi juga bisa menangkal dari hal-hal yang berbau hoaks. Karena itu, masyarakat pengguna internet harus bijak dalam menggunakan media sosial, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan konten negatif yang belum tentu benar.
Demikian disampaikan oleh Komisioner Dewan Pers Bidang Hukum Antonius Jimmy Silalahi saat menjadi pemateri dalam acara workshop yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh dengan tema "Literasi Digital sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat".
Acara yang berlangsung di Hotel Mekkah, Banda Aceh, Kamis (15/03/ 2018) tersebut menghadirkan peserta dari elemen mahasiswa, perwakilan berbagai media, perwakilan organisasi dan pemuda, Pejabat terkait serta para undangan lainnya. Kegiatan ini berlangsung satu hari penuh, dari pukul 09:00 hingga pukul 17.00 WIB.
Jimmy Silalahi menyampaikan, seiring meningkatnya pengguna media sosial, terutama dari kalangan anak muda, maka teroris sekarang ini menggunakan media sosial untuk menyebar paham radikalisme yang bertentangan dengan ideologi pancasila. Agar tidak terpengaruh dengan konten yang belum jelas kebenarannya itu, maka perlu dicek dan diverifikasi lagi.
“penyebar konten hoaks dan radikalisme itu sama-sama teroris karena menyesatkan masyarakat dan dapat memecah belah persatuan NKRI, jadi jangan mudah terpengaruh. Penyebar hoaks berbahaya dan bisa dilaporkan ke polisi karena telah melanggar UU ITE” kata jimmy.
Baca: Lima Balon Sudah Mendaftar Muswil PA Aceh Timur, Ini Sosoknya
Baca: Begini Suasana Kepanikan Warga Pidie Jaya Saat Dilanda Gempa Tadi Siang
Jimmy menyebutkan, saat ini banyak pengguna media sosial yang punya lebih dari satu akun. Bahkan ada akun palsu yang tujuannya untuk menyebar berita hoaks. Belum lagi polrtal berita abal-abal yang mudah mempengaruhi pengguna medsos dengan berita hoaks. Tentunya Konten yang dishare pengguna sosial sangat berbahaya jika di konsumsi publik.
"Dewan pers pernah tangani kasus akun palsu yang mengatasnamakan Ahmad Dhani yang menyebarkan hoax, bahkan ada portal berita resmi yang terpengaruh menyebarkan berita dari konten hoaks tersebut" Ujarnya.
Untuk menghindari terjadinya konflik ditengah masyarakat, setiap potal media online harus memberitakan hal yang proporsional agar masyarakat tidak membagikan berita yang belum teruji kebenarannya kepada orang lain, karena berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
"kalau poltal berita resmi itu terdaftar di Dewan Pers karena sudah terverifikasi, kalau portal berita abal-abal dan mainstream itu belum terverifikasi, jadi jangan mudah dipercaya apalagi dibagikan di medsos, bijaklah gunakan medsos" sebut jimmy.
Untuk itu, pentingnya literasi digital sebagai upaya edukasi semua pihak dan lapisan masyarakat, terutama di kalangan pemuda yang merupakan angka terbesar sebagai pengguna media sosial.
Baca: Tiba di Jakarta, Apa Karya Disambut Ketua Parlemen Indonesia, Bahas Banyak Hal Termasuk Baitul Asyi
Baca: LSM di Aceh Tenggara Laporkan Dua Kasus Korupsi Besar ke Bareskrim Polri
Pemateri lainnya praktisi muda IT yang juga Direktur Eksekutif Masyarakat Informasi Teknologi (MIT), Teuku Farhan mengatakan, sekarang ini pengguna internet di Aceh terus meningkat, termasuk pengguna media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp dan lainnya. Seiring dengan itu, konten hoaks juga marak bertebaran di medsos dan dikonsumsi mentah-mentah, lalu dibagikan banyak akun.