Menguatnya Pragmatisme sampai Gagal Pembinaan

WAKIL Ketua DPW PPP Aceh, Ihsanuddin MZ mengakui adanya fenomena caleg lompat pagar

Editor: hasyim
SERAMBINEWS.COM/SUBUR DANI
Partai politik peserta Pemilu 2019 

WAKIL Ketua DPW PPP Aceh, Ihsanuddin MZ mengakui adanya fenomena caleg lompat pagar. Menurutnya, ada banyak faktor seseorang kader berpaling. Di antaranya, bisa jadi karena kalah bersaing dengan kader lain.

“Kami merasakan atmosfer caleg pindah partai, baik dari PPP ke partai lain maupun dari partai lain ke PPP,” ujarnya.

Menurut mantan ketua KNPI Aceh itu, sikap caleg lompat pagar memang banyak dilihat meskipun belum bisa dibuktikan karena daftar calon sementara (DCS) belum dikeluarkan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP).

Ia menilai, mudahnya caleg pindah partai bukan karena lunturnya ideologi partai, tapi lebih kepada menguatnya pragmatisme. Banyak kader partai yang ingin mencari posisi aman.

“Pragmatisme itulah yang paling banyak di kalangan teman-teman. Begitu kepentingan pribadinya tidak bisa diakomodir, langsung dia cari partai lain, dan itu sangat dominan,” pungkas Ihsanuddin.

Namun yang sangat ia sayangkan adalah kepindahan Tgk Muhammad Yus dari PPP ke PBB. Kepindahan itu tergolong mengejutkan karena pria yang akrab disapa Abu Yus ini juga dikenal sebagai tokoh yang menanamkan ideologi PPP.

Ihsanuddin menilai, kepindahan Abu Yus menunjukkan jika yang bersangkutan lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang partai. “Saya berani menjamin kalau itu adalah sikap pragmatis,” pungkas Ihasanuddin.

Sementara bagi PBB sendiri, kepindahan kader partai lain ke PBB dinilai sesuatu yang wajar, terlebih setelah PBB dinyatakan lolos sebagai peserta Pemilu 2019 oleh Bawaslu RI.

Sekretaris DPW PBB Aceh, Zulmahdi Hasan, mengatakan, mereka yang merapat ke PBB berangkat atas kemauan sendiri, bukan atas ajakan. “Ini murni kesadaran mereka bahwa PBB menjadi pilihan alternatif. Ini yang kami pahami, karena nilai tawar PBB tahun ini agak lumayan,” katanya.

Gagal pembinaan
Tanggapan soal caleg lompat pagar juga disampaikan oleh Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aceh, Gufran Zainal Abidin.

Gufran mengakui jika fenomena caleg lompat pagar jelang Pemilu 2019 kental dirasakan. Namun, katanya, perpindahan seseorang dari satu partai ke partai lain tidak boleh dipandang negatif. Sebab semua orang memiliki hak untuk memilih partai mana saja yang sesuai dengan hati nuraninya.

“Menurut kami tidak ada istilah kutu loncat. Itu sebenarnya istilah negatif, tetapi dalam partai politik itu sesuatu yang lumrah. Hanya saja, kalau ada partai yang banyak ditinggalkan oleh kadernya, berarti partai itu gagal membina kadernya. Tidak nyaman dia di situ,” ujar anggota DPRA ini.

Dia mengatakan, setiap partai politik sebenarnya mempunyai pedoman pembinaan internal bagi masing-masing anggotanya. Pembinaan ini bertujuan agar kadernya loyal dalam menjalankan visi misi partai sehingga tidak mudah pindah hati ke partai lain dan itu berjalan di PKS.

Gufran mencontohkan Fahri Hamzah. Meski sudah dipecat dari PKS, tapi belum tentu pindah ke partai lain. “Dia (Fahri Hamzah) sendiri yang menyebut bahwa ada partai yang mengajak dia untuk bergabung tapi dia menolak, padahal di PKS sendiri dia sudah dipecat,” ungkapnya.

Jelang pelaksanaan Pemilu 2019, kata Gufran, partainya telah mempersiapkan sejumlah caleg baik tingkat DPR RI, DPRA, dan DPRK. Menurutnya, hingga saat ini tidak ada satupun kader PKS yang berpaling. Malah justru kader partai lain yang merapat ke PKS yang juga dikenal sebagai partai kader ini.(mas)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved