Opini
Visi Mahathir Mohamad
SEBAGAI Co-promotor penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) untuk Tun Dr Mahathir Mohamad, pada 3 Mei 2017
Oleh Jasman J. Ma’ruf
SEBAGAI Co-promotor penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) untuk Tun Dr Mahathir Mohamad, pada 3 Mei 2017, saya mengajukan pertanyaan kepada Promovendus Mahathir Mohamad sesaat setelah beliau menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Leadership and Economics Development, dihadapan ribuan peserta Rapat Senat Luar Biasa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh.
Pertanyaan yang saya ajukan adalah; “Sebagaimana kita tahu, bahwasanya Saudara adalah peletak Dasar Ekonomi Baru (DEB) Malaysia pada 1990. Dan, pada 1991, sebagai Perdana Menteri Malaysia, Saudara telah pun mendeklarasikan Visi 2020 Malaysia, di mana mimpi besar pada 2020 Malaysia akan menjadi sebuah negara maju dalam tempo 30 tahun. Mengacu kepada saat Visi 2020 dideklarasikan, maka sekarang ini usia Visi 2020 telah mencapai 16 tahun, dan usia tugas Abdullah Ahmad Baidawi yang melanjutkan kepemimpinan Saudara sebagai Perdana Menteri Malaysia hingga sekarang hampir mencapai empat tahun.
Pertanyaannya: Pertama, apakah selama Abdullah Ahmad Baidawi berkuasa sebagai Perdana Menteri masih on the track dalam kerangka pencapaian Visi 2020 Malaysia seperti halnya yang telah Saudara deklarasikan tempo hari? Kedua, apakah Saudara yakin bahwasanya Visi 2020 Malaysia akan terwujud pada tahun 2020 seperti mana yang telah dicanangkan tempo hari? Dan, ketiga, apa saran Saudara promovendus kepada Pemerintah Malaysia sekarang ini agar pencapaian Visi 2020 dapat terwujudsecara optimal”.
Jawaban Tun Mahathir Mohamad yang pernah menjadi Perdana Menteri Malaysia selama 22 tahun (1981-2003) dan telah puluhan anugerah DR HC yang beliau dapatkan dari pelbagai universitas top dunia itu, antara lain: Pertama, beliau kecewa dengan kepemimpinan Abdullah Ahmad Baidawi yang lemah; Kedua, dengan berlandaskan pertumbuhan ekonomi selama Abdullah Ahmad Baidawi memimpin, beliau sangat yakin Visi 2020 tidak terwujud; dan ketiga, kalau Abdullah Ahmad Baidawi tidak mengubah gaya kepemimpinannya, maka beliau sangat yakin Visi 2020 Malaysia akan semakin jauh dengan harapan.
Visi 2020 Malaysia ini berisi tentang impian terwujudnya negara Malaysia menjadi negara maju pada 2020. Menjadi negara maju yang dimaksudkan dalam Visi 2020 ini bukan hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga bidang-bidang politik, sosial, kerohanian, psikologi, serta juga persatuan nasional dan sosial. Semua ini juga melibatkan perihal keadilan sosial, kestabilan politik, sistem pemerintahan, kualitas hidup, nilai sosial, kerohanian dan keyakinan.
Menggerak rakyat terlibat
Saya masih terbayang ketika Mahathir Mohamad usai mendeklarasikan Visi 2020 pada 1991, ketika itu saya sedang ambil MBA di Universiti Kebangsaan Malaysia. Saya menyaksikan Kerajaan Malaysia begitu gencar dan bergairah menyosialisasikannya. Tidak hanya melalui media massa, radio dan TV, tetapi juga melalui spanduk-spanduk dipasang di setiap kota, dan brosur Visi 2020 juga dicetak dan dibagikan di pelbagai tempat umum kepada rakyat Malaysia. Karena bagi mereka, Visi 2020 adalah mimpi, harapan dan program kerajaan bersama rakyat, dan karena itu rakyat harus diberi tahu tentang isi Visi 2020 dengan jelas, serta rakyat pun diajak ikut bertanggung jawab dalam rangka meraihnya.
Kembalinya Mahathir Mohamad yang kini berusia menjelang 93 tahun ke panggung perpolitikan Malaysia dan bahkan telah dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-7 oleh Yang di-Pertuan Agong, Sultan Muhammad V pada 11 Mei 2018 malam, hemat saya bukan hanya alasan ingin menyingkirkan Perdana Menteri Dato’ Sri Mohd Najib Razak yang dianggap telah melakukan mega-korupsi, yang satu di antaranya berita yang dimuat di satu Harian Amerika Serikat, Wall Street Journal yang sempat menemukan jejak; diduga ada dana sebesar 700 juta dolar AS dari 1MDB ke akun pribadi Najib.
Tetapi, hemat saya, Mahathir Mohamad bukan hanya karena isu mega-korupsi ini yang utama, tetapi ia tentu masih ingat agenda besar yang pernah ia deklarasikan untuk meraihnya, yaitu Visi 2020. Kini, hanya bertaut dua tahun lagi menjelang 2020, namun Visi 2020 ini masih jauh dari harapan. Misalnya dari segi Produk Domistik Bruto (PDB) dalam penjelasan pencapaian Visi 2020 diharapkan setiap tahun bertumbuh rerata 7%, yang ketika visi tersebut dideklarasikan 1991 sebesar 49,14 miliar dolar AS, yang berarti pada 2020 harus meraih 374,06 miliar dolar. Faktanya pada 2016 baru meraih 296,4 miliar dolar. Karena itu, jika tidak diambil langkah-langkah strategis tentu Visi 2020 tidak tercapai.
Di samping itu, ada juga kemungkinan karena rasa cinta yang amat besar Tun Mahathir yang telah dilabelkan sebagai Bapak Modernisasi Malaysia ini kepada nasib partai bangsa Melayu. Dalam blog-nya yang berjudul Surat Kepada Ahli dan Pemimpin UMNO Akar Umbi, yang ditulis pada 30 November 2015, Tun Mahathir telah meramalkan kerajaan Barisan Nasional (BN) dan tampuk pemerintahan UMNO akan tumbang pada Pilihan Raya Umum (PRU) 2018.
Untuk menyelamatkan UMNO, maka anggota UMNO mesti menolak kepimpinan Najib Razak sebelum PRU 2018. Jika Najib berhenti dari Presiden UMNO dan Perdana Menteri, besar kemungkinan UMNO akan pulih semula dan Barisan Nasional (BN) akan menang PRU 2018. Dengan demikian bangsa, negara dan agama akan lebih selamat. Penyelamatan pencapaian Visi 2020 pun akan terjaga.
Faktanya, penolakan terhadap Najib Razak oleh anggota UMNO tidak pun terjadi, maka tidak ada cara lain untuk menjatuhkan Najib Razak oleh Mahathir selaindengan membentuk partai baru yang bernama Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang kemudian berkoalisi dengan Partai Keadilan Rakyat yang diberi nama Koalisi Pakatan Harapan. Dan, ternyata ramalan Tun Mahathir pun terbukti.
Visi adalah janji bersama mencapai mimpi yang rasional, terukur dan jelas cara pencapaiannya. Sebagai konseptor dan deklator Visi 2020 Malaysia, Tun Mahathir Mohamad mungkin merasa prihatin atas implimentasi pencapaian visi yang semakin jauh dengan harapan rakyat Malaysia.
Oleh karena itu, beliau merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk mewujudkannya secara konsisten. Bagaimana pun, pencapaian visi secara optimal akan terwujud jika pemimpin memiliki komitmen, konsistensi, tekad dan penglibatan para stakeholder secara optimal pula.
Penyesuaian strategi
Kini Tun Dr Mahathir Mohamad telah pun dilantik kembali menjadi Perdana Menteri, dan tentu beliau harus me-review semua kebijakan Dato’ Sri Mohd Najib dan mengambil langkah-langkah penyesuaian agar dapat berjalan sebagaimana dikehendaki. Begitu juga yang menyangkut Visi 2020, Dr Mahathir harus memastikan sejauh mana pencapaian setiap misi, strategi dan aksi.