Kader Golkar, PAN, dan Demokrat Minta Plt Gubernur Aceh Bantu Tangani Anjloknya Harga Sawit

ntuk menstabilkan harga beli sawit, pemerintah perlu membangun pabrik CPO, dan berbagai industri turunan lainnya di wilayah Aceh.

Penulis: Herianto | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Tandan buah segar kelapa sawit ditaruh di pinggir jalan Singkil-Singkil Utara, Aceh Singkil, menunggu pembeli datang, Kamis (28/6/2018). Harga kelapa sawit menyentuh titik terendah selama lima tahun terakhir di Kabupaten Aceh Singkil. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sejumlah harapan masyarakat disuarakan para anggota DPRA kepada Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, yang hadir pada rapat paripurna DPRA, Senin (6/8/2018).

Rapat Paripurna itu dalam Rangka Penyerahan KUA-PPAS TA 2019 dan Rapat Paripurna Khusus DPR Aceh dalam Rangka Penyampaian Rancangan Qanun Aceh Tahun 2018.

Tiga kader partai politik yang berasal dari daerah penghasil sawit menyuarakan aspirasi para petani sawit yang terjepit dengan anjloknya harga sawit.

Ketiga anggota DPRA yang menyuarakan tentang kondisi yang dihadapi para petani sawit ini adalah Ketua Fraksi Golkar, Zuriat Supardjo, anggota Fraksi PAN, Asrizal H Asnawi, dan anggota Fraksi Demokrat, Jamaluddin T Muku.

(Baca: Plt Gubernur Aceh Ajukan Belanja Pembangunan Tahun 2019 Rp 15,7 Triliun, Ini Perinciannya  )

(Baca: Kader Partai Aceh Minta Plt Gubernur Lanjutkan Proyek Terowongan Geurutee)

Ketiganya menyarankan kepada Plt Gubernur Aceh, untuk segera membantu menangani mengenai jatuhnya harga beli sawit petani, yang saat ini hanya dibeli dengan harga antara Rp 500 - Rp 600/Kg.

Menurut mereka, untuk menstabilkan harga beli sawit, pemerintah perlu membangun pabrik CPO, industri minyak goreng, mentega, dan berbagai industri turunan lainnya, di wilayah Aceh.

Zuriat Supardjo, Asrizal H Asnawi, dan Jamaluddin T Muku, menyatakan bahwa pembangunan pabrik CPO, minyak goreng, dan turunan lainnya, merupakan bagian dari program Aceh sejahtera yang merupakan program prioritasnya pemerintahan Irwandi - Nova.

“Sangat aneh dan lucu ketika Aceh yang memiliki kebun sawit seluas 198.246 hektare dan terdapat 46 unit pabrik CPO, tapi hasil CPOnya dibawa ke pelabuhan Belawan Sumut dan kawasan industri Medan untuk diolah menjadi minyak goreng curah, minyak goreng kemasan, mentega dan diekpor ke luar negeri,” ujar Asrizal H Asnawi.

(Baca: Distanbun Aceh Harus Tetapkan Harga Sawit)

(Baca: Petani Sawit Kecewa kepada DPRK)

Anggota DPRA asal Aceh Tamiang yang merupakan salah satu sentra sawit, menambahkan, kondisi ini sangat menyakitkan bagi sekitar 123 ribu jiwa petani sawit di Aceh.

Mereka dipaksa harus menerima kenyataan harga sawit dari pedagang pengumpulnya sangat rendah dibandingkan petani sawit di Sumut.

“Di Aceh harganya berkisar Rp 500 - Rp 800 per kilogram, sedangkan di Sumut  harganya di tingkat pedagang pengumpulnya Rp 1.100 - Rp 1.400 per kg. Kalau seperti ini kondisinya, sampai kapan pun petani sawit di Aceh tidak bisa sejahtera," ungkap Asrizal.

Sorot Judi Online

Selain soal harga sawit yang anjlok, anggota Fraksi PAN ini juga meminta Plt Gubernur Nova Iriansyah berkoordinasi dengan Polda Aceh, untuk memberantas judi online yang sudah merambah anak sekolah dan meresahkan orang tua.

Ia memaparkan, berdasarkan penelusuran pihaknya bersama mahasiswa dan sejumlah pihak terkait di Kota Langsa beberapa waktu lalu, saat ini para bandar judi online ini mulai menyasar kalangan anak sekolah sebagai korban.

Kalau dulu, sebut Asrizal, orang yang ingin bermain judi online harus ada deposit Rp 500.000, sekarang tidak seperti itu lagi, cukup beli voucher Rp 25.000 di toko internet, anak sekolah sudah bisa bermain judi online.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved