Saat Rupiah Melemah, Dollar AS Menguat, Utang Pemerintah Ikut Membengkak

Pelemahan nilai tukar rupiah mengakibatkan beban utang pemerintah di tahun ini melonjak

Editor: Muhammad Hadi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA) 

SERAMBINEWS.COM - Pelemahan nilai tukar rupiah mengakibatkan beban utang pemerintah di tahun ini melonjak.

Penyebab kenaikan itu datang dari dua arah. Pertama, selisih dari asumsi nilai tukar dollar AS terhadap rupiah yang ditetapkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negar dengan kurs rata-rata sepanjang tahun.

Kedua, meningkatnya bunga surat utang baru yang diterbitkan pemerintah.

Baca: Rupiah Bertahan di Level Rp 14.863 Per Dollar AS, Lelang Surat Utang Negara tak Banyak Membantu

Selisih dari asumsi nilai tukar dengan nilai tukar rata-rata kini mencapai Rp 582,32.

APBN mencantumkan asumsi nilai tukar dollar AS sebesar Rp 13.400.

Sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia jika dirata-rata sejak awal tahun hingga 10 September telah mencapai Rp 13.982,32.

Baca: Dampak Rupiah Melemah, Asosiasi Perusahaan Penerbangan Ajukan Kenaikan Tarif Pesawat

Pemerintah juga harus menawarkan bunga yang lebih menarik untuk surat utangnya yang baru agar investor tertarik seiring dengan naiknya credit default swap (CDS) Indonesia.

"Yield surat perbendaharaan negara (SPN) kini makin meningkat, ongkos bayar utang jadi tinggi. Suku bunga relatif mahal, kita sekarang harus hati-hati," tutur Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Senin (10/9/2018).

Berbagai sentimen negatif yang mengepung emerging market, termasuk Indonesia, telah mengerek persepsi risiko berinvestasi. Persepsi itu yang tercermin dari CDS.

Baca: Rupiah Kian Lemah, Rakyat Kecil Ikut Rasakan Dampak

Mengutip data Bloomberg, CDS Indonesia dengan jangka waktu 5 tahun, awal pekan ini sebesar 148,48. Padahal minggu lalu, angka CDS masih bergerak di level 143,67. 

Pergerekan CDS itu seiring dengan peningkatan bunga SPN.

Sri Mulyani menuturkan, SPN untuk 3 bulan diperdagangkan di 5,29% per 10 September 2018.

Angka itu naik dari sebelumnya di rata-rata 4,7%.

Baca: Ekonom Amerika Serikat Sebut Jokowi Omong Kosong soal Rupiah, Fadli Zon: Ironis

Merujuk ke tren itu, Sri Mulyani memprediksi, yield SPN 3 bulan di lelang berikutnya bergerak di kisaran di 5,4%-5,7%.

Utang pemerintah per akhir Juli 2018 menurut catatan Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencapai Rp 4.253,02 triliun, tumbuh 12,51% dibanding setahun sebelumnya.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved