Miris, Pasutri dengan Tujuh Anak Ini Sulap Gubuk Penyimpanan Jerami untuk Tempat Tinggal
Syakya (46) dan Aisyah (40) bersama tujuh anaknya, tinggal di gubuk reyot bekas tempat simpan pakan ternak yang tak pantas disebut rumah.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI – Di saat pemerintah mengaku berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dan mengalokasikan dana miliaran rupiah untuk program pembangunan rumah duafa, pasangan suami isteri, Syakya (46) dan Aisyah (40) bersama tujuh anaknya, masih saja tinggal di gubuk reyot yang tak pantas disebut rumah.
Keluarga yang bermukim di Desa Dayah Kampong Pisang, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie, ini sudah bertahun-tahun hidup di gubuk penyimpanan jerami (pakan ternak) yang disulap menjadi tempat tinggal itu.
Di gubuk berukuran 3x5 meter itu, Syakya dan Aisyah harus berbagi ruang dengan tujuh anaknya, dua perempuan dan empat laki-laki yang sudah mulai beranjak remaja.
Gubuk itu pun nyaris roboh, karena dinding papannya telah lapuk dan berlubang di sana-sini.
Tak hanya itu, atap rumah dari daun rumbia juga kondisinya banyak yang bocor. Sehingga saat turun hujan, keluarga miskin ini bingung harus tidur di mana.
Baca: Tes SKD CPNS Pidie Berakhir, Dari 7.195 Peserta Hanya 34 Orang yang Lulus
Amatan Serambinews.com saat mengunjungi keluarga ini, Minggu (11/11/2018), di dalam gubuk yang sangat sempit itu, hanya tersedia dua tempat tidur dari bilah bambu.
Satu tempat tidur terpasang kelambu lusuh sebagai pelindung untuk menahan serangan nyamuk. "Rumah yang kami tempati ini, dulunya merupakan tempat menyimpan pakan ternak (jerami)," kata Syakya.
Ia sangat berharap Pemkab Pidie atau Pemerintah Aceh membantu mendirikan rumah yang layak untuk ia tempati bersama keluarganya. Karena ia dan keluarganya sudah lama mendambakan bisa memiliki rumah yang layak huni.
Namun uang yang didapat dari upah sebagai buruh tani dan upah memetik kelapa, tidak pernah bisa tersimpan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Karena upah yang diterima, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
“Kami tidak mampu membangun rumah yang layak. Dan kami hanya bisa berharap adanya bantuan dari pemerintah,” harapnya.(*)