Irjen Paulus Waterpauw Sebut Kekerasan di Papua Terkait Trauma Orde Baru Hingga Freeport

PUTRA asli Papua dan Mantan Kapolda Papua/Papua Barat, Irjen Pol Paulus Waterpauw mengungkapkan musabab terulangnya kekerasan di wilayah Papua.

Editor: Fatimah
(Kompas.com/Kristian Erdianto)
Irjen Pol Paulus Waterpauw 

SERAMBINEWS.COM - PUTRA asli Papua dan Mantan Kapolda Papua/Papua Barat, Irjen Pol Paulus Waterpauw mengungkapkan musabab terulangnya kekerasan di wilayah Papua.

Baik perikaian horizontal semacam perang antarsuku maupun pembunuhan  dipicu banyak persoalan. Berikut ini lanjutan wawancara eksklusif wartawan Tribun Network dengan Paulus Waterpauw di kawasan Senayan, Jakarta.

Tribun: Apakah Anda Pernah mampir ke jembatan di Nduga, lokasi pembantaian korban para pembangunan Trans Papua?

Paulus Warterpauw: Ke lokasi, saya belum pernah. Karena lokasinya jauh. Hanya bisa pakai helikopter atau jalan darat, lewat hutan.

Jalan belum ada. Tapi kalau ke Kabupaten Nduga, saya ke sana saat masih kapolda. Saya mendampingi Pak Presiden Jokowi naik helikopter.

Baca: Realisasi APBA Harus Cepat

Lalu mobilitas di darat pakai mobil pick-up perusaahaan. Jadi tidak bisa bawa mobil, dari mana? Saya, pangdam, bupati, gubernur menemani beliau (Presiden) ke Nduga.

Apa dan bagaimana sebenarnya info intelijen yang anda dengan terkait kekeran di Nduga?

Sebelumnya, tidak ada perbuatan mengawali. Semuanya sudah terkondisikan secara baik.

Kami tidak pernah berpikir tentang adanya serangan secara sporadis. Kembali lagi bahwa, saya menduga ada yang memanfaatkan ruang.

Baca: RAPBK Pidie 2019 Mulai Dibahas

Mereka ada 1 desember dan ada natal dan tahun baru.

Selain pembunuhan oleh kelompok bersenjatan terhadap para pekerja PT Istaka Karya yang membangun jembatan bagian dari Trans Papua di Kabupaten Nduga, pada 1 Desember lalu, kekerasan kerap kali muncul di Papua.

Misalnya, perang antarsuku atau menawan pihak luar seperti di Mapenduma tahun 1996. Bagaimanan sebenarnya kondisi sosial-masyarakat Papua sepengetahuan anda?

Iya, selama saya menjabat di Papua, kekerasan sering terjadi.

Biasanya didasari pada dendam turun-temurun satu keluarga dengan keluarga lain, atau adat satu dengan lainnya.

Kemudian, keluarga ini membawa massa untuk ikut dalam kekerasan.

Baca: VIDEO - Mesin Tanam Padi Canggih Bantuan Pemerintah Mulai Digunakan Warga Bireuen

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved