Kupi Beungoh

Budayakan Politik Santun, Tinggalkan Aksi Premanisme

Masyarakat juga harus disadarkan bahwa perbedaan pilihan politik adalah medium untuk saling menghargai, bukan sarana untuk bertikai.

Editor: Zaenal
Facebook.com
Faisal Ridha aktivis SIRA dan politikus PKB 

Oleh: Faisal Ridha *)

MESKIPUN intensitasnya telah menurun, namun praktik-praktik "premanisme" dalam pentas politik praktis di Aceh masih terus berlangsung sampai saat ini.

Salah satu bentuk "premanisme" yang masih tersisa adalah aksi perusakan alat peraga kampanye (APK) oleh sosok-sosok misterius.

Aksi perusakan tersebut dilakukan secara tersembunyi sehingga para pelakunya sulit terlacak.

Akibatnya penegakan hukum terhadap pelaku pun sering terabaikan karena tidak ditemukannya bukti-bukti.

Mencermati kondisi tersebut dengan sendirinya dapat disimpulkan bahwa kita masih berada jauh dari tradisi politik santun.

Padahal, politik santun adalah salah satu pilar penting dalam melahirkan peradaban politik bangsa.

Seperti diketahui, pelaku perusakan adalah bangsa dan saudara kita sendiri yang masih belum paham atau mungkin mengidap masalah kejiwaan.

Baca: Politik Adu Domba

Baca: VIDEO - Apa Karya: Wali Naggroe Aceh Tidak Boleh Masuk ke Ranah Politik

Ketakutan dan kelainan mental telah mendorong para pelaku untuk melakukan perusakan.

Jika diselisik, aksi perusakan fasilitas kampanye ini dilatari oleh beragam motif.

Sebagian pelaku menjalankan aksinya sebagai bentuk "intimidasi" dalam rangka mempertahankan eksistensinya di pentas politik.

Sementara sebagian lainnya melakukan tindakan perusakan hanya sebagai sarana penyaluran hobi menyimpang guna memuaskan hatinya dengan cara merugikan orang lain.

Para pelaku perusakan yang didorong oleh ketakutan berlebihan kepada rival politiknya secara sadar telah meninggalkan akal sehatnya sehingga ia terjebak dalam kontestasi yang tidak sehat.

Secara psikologis ia telah dibelenggu oleh rasa takutnya sendiri sehingga melahirkan tindakan-tindakan tak patut di ruang publik, semisal perusakan baliho.

Menyikapi aksi "premanisme" tersebut kita memiliki tanggung jawab untuk secara bersama-sama memberikan pelayanan dan pemahaman guna pemulihan rohani mereka.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved