Gesekan Relawan Masih Terjadi Pascapilpres, ISAD: Jangan Gadaikan Aceh Demi Capres

pernyataan yang dimuat beberapa media online ini sangat menyudutkan posisi Aceh. Seolah-olah, hoax dan fitnah sudah sangat merajalela di Aceh.

Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
IST
Tgk Mustafa Husen Woyla, juru bicara Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) 

Gesekan Relawan Masih Terjadi Pascapilpres, ISAD: Jangan Gadaikan Aceh Demi Capres

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pemilihan Legeslatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) telah dihelat pada 17 April 2019, namun gesekan antar timses, relawan, dan masyarakat pendukung capres dan caleg masih terjadi.

Bukan hanya di dunia nyata, gesekan, saling sindir, dan saling ejek, paling banyak terjadi di dunia maya, tepatnya di media sosial.

“Bahkan ada yang sampai menggadaikan Aceh, dengan mengatakan Aceh sebagai produsen hoax, hanya demi membela capres jagoannya,” kata Tgk Mustafa Husen Woyla, juru bicara Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Jumat (19/4/2019).

Dalam siaran persnya kepada Serambinews.com, Mustafa mengkritik pernyataan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Makruf Amin di Aceh, yang menyatakan bahwa kekalahan telak Jokowi di Aceh karena pihak TKD tak mampu membendung hoax dan fitnah.

Mustafa menyatakan, pernyataan yang dimuat beberapa media online ini sangat menyudutkan posisi Aceh. Seolah-olah, hoax dan fitnah sudah sangat merajalela di Aceh.

“Sungguh disayangkan, karena capaian suara Jokowi-Amin di Aceh sangat rendah yaitu 16,89 persen, TKD Aceh rela melakukan hal-hal yang mencoreng nama baik daerah sendiri, demi mendapatkan nama baik di depan capres jagoan mereka,” ungkap Mustafa Husein.

Baca: KIP Pidie Minta Warga Hindari Golput dan tidak Percaya Hoax

Baca: Video Ustadz Abdul Somad Bahas Politik Berbuntut Panjang, Elite Parpol Hijau Protes Sebut UAS Hoax

Baca: Ungkap 6 Hoax Paling Banyak Serang Pribadi-Keluarga, Jokowi: Hoax Ini Sangat Menghina

Mestinya, kata Mustafa, warga Aceh tidak menyudutkan bangsa sendiri untuk membuat pembelaan dan pembenaran atas kekakalahan telak capres jagoannya.

“Apa mungkin dari pemilih yang hampir dua juta itu semua terpapar hoax? Padahal dari 2 juta itu ada semua lapisan, ulama, akademisi, cendikiawan, politisi, mahasiswa, santri dan masyarakat umum,” terang Mustafa yang juga aktifis lintas ormas Islam ini.

“Pemilih Aceh hari ini sudah dewasa dan sudah cerdas. Tidak bisa lagi ‘menjual’ ulama sebagai media pendulang suara,” ujarnya.  

Mustafa juga menyorot tentang data yang dipaparkan Tim Gerakan Tangkal Fitnah (GTF) Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin tentang penyebaran hoax terpola pada Pilpres 2019.

Menurut data tim tersebut, kata Mustafa, total ada 18 provinsi yang terpapar dan rawan hoax.

Di antaranya Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Banten, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara dan lainnya.

“Dan ternyata di 18 provinsi itu basis suara Prabowo-Sandi, yang menurut hasil QC 02 unggul. Kan lucu, semua basis pemilih 02 dituding terpapar hoax, sementara basis kubu 01 steril dari hoax. Ini kan sebuah logika tidak sehat,” ujarnya.

Baca: Beredar Berita Hoax, Ustaz Abdul Somad Bantah Dukung Jokowi di Pilpres 2019, Ini Video Klarifikasi

Baca: Ustaz Abdul Somad Jawab Fitnah Dikasih Rumah, Pernah Tolak Mobil Mewah dari Eks Kapolda Riau

Baca: Bertemu Jokowi di Istana Negara, Ulama Aceh akan Bantu Klarifikasi Soal Fitnah PKI dan Anti-Islam

Sedihnya, lanjut Mustafa, warga Aceh pendukung Jokowi malah ikut-ikutan membenarkan bahwa mayoritas orang Aceh suka menyebar hoax dan fitnah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved