Nuansa Aceh di Rumah P Ramlee
RUMAH panggung berukuran 6 x 9 meter persegi berlantai papan dengan atap daun nipah, yang terletak di Lot 2180 Jalan P Ramlee 10460
RUMAH panggung berukuran 6 x 9 meter persegi berlantai papan dengan atap daun nipah, yang terletak di Lot 2180 Jalan P Ramlee 10460, Pulau Pinang, Malaysia, setiap hari tampak ramai dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam maupun luar semenanjung Malaka itu. Di rumah inilah, sang superstar Asia era 1960-an, P Ramlee, dilahirkan.
Rumah tersebut dibangun pada 1926 oleh ayahnya Tgk Puteh bin Karim, tiga tahun sebelum P Ramlee lahir pada 22 Maret 1929. Rumah ini pertama kali diperbaiki pada 1948 oleh Rejab bin Hussin, yang tak lain adalah paman atau adik dari ibu P Ramlee, Che Mah binti Hussin. Rumah ini kemudian direnovasi lagi dan diresmikan sebagai cagar budaya pada 13 Desember 1991.
Sepintas tata letak berikut berbagai assesoris yang kini tersimpan rumah tersebut, tampak kental betul dengan nuansa Aceh. Di samping tangga untuk naik ke ruang depan (seuramoe), misalnya, ada goci penyimpan air cuci kaki, seperti lazimnya rumah-rumah panggung tradisional Aceh. Di seuramoe seluas 18 meter persegi rumah ini, kita bisa menyaksikan foto dan silsilah P Ramlee.
Beranjak ke ruang tengah dengan lantai papan yang dibangun sedikit lebih tinggi, kita bisa menyaksikan berbagai torehan prestasi yang pernah diukir P Ramlee semasa hidupnya. Di ruang tengah ini juga tersimpan satu tikar pandan dengan kondisi sudah sedikit koyak, yang dulu kerap digunakan P Ramlee untuk rehat sambil berbaring di ruang tersebut.
Arah mata menuju ruangan di dapur, kita dapat melihat sebuah dapur kayu (dapu kayee), di bawahnya diletakkan kayu bakar, priuk atau kuali dari tanah tersimpan rapi. Begitu juga dengan piring dan cangkir dan berbagai perkakas dapur lainnya seperti alat memarut kelapa tradisional (geulungku), batu giling, alat tampi beras (jeu’ee), cerek, gosok arang dan sebuah goci air untuk memasak juga tampak tertata rapi.
Mengintip ke ruang tidur, sebuah ranjang dari besi yang memiliki penyangga tempat mengikat kelambu masih berdiri kokoh. Kamar tersebut merupakan kamar pengantin orang tuanya yaitu Tengku Puteh dengan Che Mah dan di kamar tersebut P Ramlee dilahirkan. Di atas meja rias ada sebuah sisir, botol minyak rambut, sebuah botol minyak sejuk yang digunakan oleh ibunya saat P Ramlee masih bayi. Sebuah lampu teplok kecil tampak tersangkut menempel di dinding kamar tersebut.
Di komplek rumah tempat kelahiran P Ramlee, kita juga dapat mengunjungi Galery dan Auditoruim P Ramlee, yang juga memajang foto-foto dan berbagai peralatan yang digunakan oleh sang superstar saat berakting. P Ramlee yang bernama asli Teuku Zakaria bin Teuku Nyak Puteh, tercatat sudah membintangi 66 film dan telah mendendangkan tidak kurang dari 359 buah lagu.
P Ramlee mengawali debut pertamanya dalam film Chinta dan film terakhir yang dilakoninya adalah Laksamana Do Re Mi. Dengan film-filmnya ini, P Ramlee tercatat telah mendapat berbagai penghargaan di Festival Film Asia di Hongkong, Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Singapura, Taipe, dan Tokyo.
Atas prestasinya yang luar biasa di bidang Seni, Kerajaan Malaysia menganugerahkan Bintang Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota oleh Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agung pada 1990 yang membawa gelaran Tan Sri kepada P Ramlee, sang superstar Asia yang meninggal dunia pada 29 Mei 1973.***
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com