Liputan Haji 2012
Prosesi Lontar Jumrah Lancar
Prosesi atau kegiatan melontar Jumrah di Mina, Mekkah, satu wajib haji yang mesti dilaksanakan oleh setiap jamaah, termasuk jamaah haji
* Jamaah Asia Diberikan Waktu Khusus Melontar
MEKKAH - Prosesi atau kegiatan melontar Jumrah di Mina, Mekkah, satu wajib haji yang mesti dilaksanakan oleh setiap jamaah, termasuk jamaah haji Aceh, hingga Sabtu (27/10) kemarin, dilaporkan berjalan lancar.
Seorang jamaah haji Aceh yang tergabung dalam Kloter 10 BTJ, H Akli Zikrullah, melaporkan bahwa jamaah kloter 10 sudah melakukan prosesi Jamarah Ula, Wustha dan Aqabah, kemarin. “Satu hari sebelumnya atau pada Jumat (26/10), jamaah haji hanya melempar Jamarah Aqabah saja,” kata Akli dalam melalui pesan singkat (SMS) kepada Serambi, Sabtu (27/10).
Menurut Akli, jadwal lempar Jumrah lebih baik saat tergelincir matahari sampai pukul 16.OO WAS, tetapi Pemerintah Arab Saudi memberikan waktu kepada jamaah haji dari Asia, termasuk dari Aceh, pada pukul 15.00 WAS, agar tidak berdesak-desakan saat melempar jumrah. “Kita di Kloter 10, prosesi pelemparan dipimpin oleh pembimbing ibadah haji Dr Zulkarnaini MA,” ujar Akli.
Sebelumnya, prosesi pelemparan jumrah yang berlangsung lancar itu juga dilaporkan H Khalid Wardana, seorang petugas haji (TPIHI) Aceh kepada Serambi, pada Jumat (26/10) lalu. Ketika itu, para jamaah haji Aceh dari Kabupaten Aceh Besar, yang tergabung dalam Kloter 5, sukses melakukan pelemparan jumrah pada Jumat siang waktu Arab Saudi atau Jumat sore WIB.
Menurut Khalid, satu pendukung sehingga kegiatan melontar Jumrah Aqabah berjalan lancar, karena terowongan Muassim menuju Jamarat, yang pada tahun-tahun sebelumnya cuma dua, kini sudah dibangun menjadi tiga terowongan. “Sekarang, rute jalan dan terowongan menuju ke Jamarat sudah banyak pilihan,” katanya.
Khalid menambahkan, dari 325 jamaah haji Aceh yang tergabung dalam Kloter 5 itu, 15 jamaah di antaranya (semuanya dari Aceh Besar), kegiatan melontar jumrah terpaksa diwakilkan karena mereka menderita kelelahan. “Setelah melontar hari pertama, sejumlah jamaah haji langsung mencukur rambut sampai botak,” lapor Khalid.
Jamaah Kloter 5 berada di Mina selama 4 hari atau sampai tanggal 13 Dzulhijjah mendatang, kemudian kembali ke tempat pemondokan di Mekkah sampai jadwal pemulangan ke tanah air. Selama berada di Mina jamaah melakukan mabit (bermalam), melontar Jumrah (Ula, Wustha dan Aqabah), serta memperbanyak doa, zikir, membaca Alquran.(nun/swa)
Hiruk Pikuk Mabit di Mina
SUARA sirena terdengar berulang-ulang lalu berganti dengan suara sirene dari mobil polisi. Kedua suara inilah yang mendominasi atmosfir Mina, terutama di sekitar jamarat (tempat melontar).
Suara siarene itu menjadi penanda bagi jamaah, apakah mereka harus memberi jalan bagi ambulans atau harus bangun dari duduk beralas tikar plastik atau sajadah seadanya, untuk bergerak ke tempat lain.
Mabit (bermalam) di Mina adalah salah satu rangkaian dari ibadah haji setelah wukuf lalu mabit di Muzdalifah kemudian melontar Jumrah Aqaba lalu Tawaf Ifada. Tingginya minat berhaji saat ini membuat jamaah yang memenuhi lembah Mina berlimpah.
Di sekitar Jamarat jamaah mulai berdatangan menjelang maghrib. Mabit diperhitungkan mulai Maghrib hingga Subuh dengan masa tinggal minimal 6 jam. Sebagian jamaah tinggal di tenda-tenda yang sudah disediakan tetapi tidak sedikit yang datang dari luar Mina tinggal selama enam jam lalu kembali penginapan.
Mereka yang tidak menginap di Mina itu berlatar alasan beragam, diantaranya mereka yang tidak mendapat tempat di tenda-tenda yang memang jumlahnya terbatas, paramukimin, jamaah mandiri yang datang dari mancanegara, terutama di sekitar Saudi dan jamaah plus yang menginap di hotel.
Jumlah mereka berlimpah sehingga lembah Mina modern yang sudah lebar terasa sempit di saat mabit. Mina modern dibangun secara masif, terutama di tempat pelontaran. Sebuah rangkaian jalan lebar tiga lapis dengan langit-langit tinggi dan bangunan bundar di kiri kanannya yang diperuntukan bagi jamaah untuk turun baik dengan eskalator maupun tangga darurat.
Fokus utama dari bangunan itu adalah jamarat atau jumrah yang terdiri dari tiga dinding panjang dan menjulang Ula, Wustha dan Aqba. Setiap jumrah dilingkari pembatas bagi jamaah setinggi leher berbentuk oval panjang seperti sampan raksasa.
Tempat pelontaran jumrah itu mampu memenampung 300.000 jamaah per jam. Tidak hanya itu bangunan itu juga dilengkapi dengan sebuah menara untuk landasan helikopter. Di lantai paling atas, jajaran tenda raksasa dan bentuk kontemporer menaungi ketiga jamarat dan jalan raya yang menghubunginya.