Breaking News

Citizen Reporter

Tren Vincci Wisatawan Aceh

HAL apa yang pertama Anda pikirkan jika Anda pertama kali datang ke Malaysia? Ya, tentunya Anda akan

Editor: bakri

OLEH ANIS KURLILLAH Bin A LAHMAD, alumnus SMAN 1 Tapaktuan, Postgraduate Student Islamic Economics University of Malaya, melaporkan dari Kuala Lumpur

HAL apa yang pertama Anda pikirkan jika Anda pertama kali datang ke Malaysia? Ya, tentunya Anda akan berpose bak model tahun ‘80-an di depan menara kembar Petronas. Berfoto di depan ikon kebanggaan rauat negeri jiran ini akan jadi bukti bahwa Anda memang sudah mengunjungi Malaysia.

Bukti lain yang biasanya wajib bagi wisatawan asal Aceh adalah membeli pernak-pernik yang melambangkan Malaysia, berupa gantungan kunci atau T-Shirt yang bertuliskan Malaysia.

Tapi tak tahu entah sejak kapan, tren wisatawan Aceh mulai menunjukkan peningkatan dalam hal pembelian oleh-oleh jika berkunjung ke Malaysia. Oleh-oleh yang dulunya hanya berupa gantungan kunci atau T-Shirt, sekarang telah bergeser dalam bentuk pembelian barang-barang yang lebih dipengaruhi oleh merek.

Oleh-oleh ini juga telah menjadi style bagi individu yang membeli dan memakainya. Jika dia pria pelancong, maka biasanya akan membeli celana jin merek Levis atau sepatu Timberland seharga ratusan ringgit. Namun, jika pelancong tersebut perempuan maka ia akan membeli sandal atau sepatu merek Vincci.

Entah iklan via apa yang menyebabkan tiga merek tersebut begitu terkenal dan melekat brand image-nya di benak wisatawan Aceh. Yang jelas, merek-merek tersebut menjadi buruan wisatawan Aceh untuk dibeli dan dipilih sebagai oleh-oleh jika berkunjung ke Malaysia.

Dari tiga merek di atas, Vincci menjadi merek yang paling terkenal di kalangan wisatawan Aceh. Ia menjadi sangat populer di mata wanita Aceh, sehingga tak heran jika merek ini menjadi oleh-oleh yang sangat ditunggu dan dibanggakan dari saudara-saudaranya yang pulang dari Malaysia. Bahkan ada sebagian pelajar yang tengah menempuh pendidikan di Malaysia menjadikan Vincci sebagai bisnis tambahan dengan mengirimkan produk-produk Vincci untuk dijual di Aceh. Hasilnya lumayan, bisa untuk menambah bekal hidup di rantau orang.

Tapi banyak peminat Vincci mungkin tak tahu bahwa merek ini produk asli buatan Malaysia, merupakan anak dari perusahaan induk Padini Holdings Berhad. Padini mulai beroperasi sebagai perusahaan yang memproduksi pakaian Hwayo pada tahun 1971.

Tahun 1986 Padini membuka anak perusahaan, yaitu Vincci yang menawarkan sepatu, sandal, tas, tali pinggang, dan aksesori lainnya untuk konsumen wanita. Barang-barang tersebut dijual dengan concept stores, suatu konsep yang menempatkan semua merek Padini Holdings Berhad di bawah satu atap atau one stop shopping. Konsep ini juga memberikan tumpuan penting pada pengeceran barang cepat, di mana setiap produk baru datang dalam setiap beberapa minggu.

Cabang Vincci pertama dibuka tahun 2000 di Pusat Shoping One Utama Malaysia. Produk Vincci diekspor terutama untuk pasar Asia.

Popularitas Vincci bisa Anda rasakan jika Anda luangkan waktu untuk duduk beberapa menit saja di butik tempat penjualan berbagai barang bermerek Vincci. Anggap sajalah Anda duduk di butik Vincci Suria KLCC atau Sogo, maka Anda akan mendengarkan pembicaraan dalam bahasa Indonesia di setiap sudut butik yang dipenuhi para pembeli ini.

Kebanyakan pembeli yang datang dan memenuhi butik-butik Vincci di Kuala Lumpur memang berasal dari Indonesia, termasuk Aceh, sehingga Anda tak perlu segan untuk bertegur sapa dengan orang di sebelah Anda karena sangat besar kemungkinan sang pembeli berasal dari Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, para pemburu Vincci berbahasa Indonesia ini belanja dalam partai besar, lusinan sandal atau sepatu dijinjing penuh gaya saat ke luar dari butik Vincci.

Jika Anda mahasiswa yang sedang belajar di Malaya, maka Anda pun harus ikut tahu kabar up to date  mengenai Vincci. Soalnya, ketika ada sanak atau saudara yang datang dari Aceh, maka pertanyaan yang sering diajukan kepada Anda adalah, “Di mana butik Vincci?” atau “Apakah Vincci sedang sale?” atau “Dek, boleh antarkan kami ke butik Vincci terdekat?” Atas dasar pertanyaan-pertanyaan tersebut maka pengetahuan dasar berkenaan Vincci juga harus dikuasai oleh mahasiswa yang sedang belajar di Malaysia.

Tapi sebetulnya jika ditinjau secara ekonomi, tren wisatawan asal Aceh dan Indonesia membeli produk Vincci yang tergolong banyak untuk ukuran oleh-oleh itu, sangatlah merugikan Indonesia. Tren ini merugikan industri sepatu dan sandal dalam negeri. Dengan membeli sepatu atau sandal Vincci tahukah Anda telah menambah beban hidup perajin sepatu dan sandal Indonesia. Padahal kualitas dan kuantitas sepatu dan sandal buatan asli Indonesia tidaklah kalah dibanding sepatu dan sandal merek-merek luar negeri, termasuk Vincci.
[email penulis: aniskurlillah@siswa.um.edu.my]

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved