Citizen Reporter

Berkunjung ke Kampung Yan Merasa seperti di Aceh

LEBARAN lalu, tepatnya 10 Agustus 2013 atau hari ketiga Idul Fitri 1434 Hijriah, saya dan keluarga berkesempatan

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Berkunjung ke Kampung Yan Merasa seperti di Aceh
H. Harun Keuchik Leumiek

Oleh H. Harun Keuchik Leumiek, Kolektor Benda-benda Budaya Aceh, melaporkan dari Kampung Yan, Kedah, Malaysia.

LEBARAN lalu, tepatnya 10 Agustus 2013 atau hari ketiga Idul Fitri 1434 Hijriah, saya dan keluarga berkesempatan mengunjungi Kampung Yan, di Negara Bagian Kedah, Malaysia. Mengingat banyaknya komunitas masyarakat Aceh yang tinggal di sini, maka Kampung Yan disebut pula sebagai ‘kampung Aceh’.

Masyarakat Aceh yang telah lama bermukim di Kampung Yan itu antara lain berasal dari Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Barat, dan Aceh Timur. Mereka datang ke kampung di Semenanjung Malaka itu pada waktu perang Aceh dengan Belanda. Karena itu pula, kalau kita ke ‘kampung Aceh’ ini, berasa seperti berada di kampung halaman sendiri.

Menurut catatan sejarah, orang Aceh mula-mula hijrah ke Kampung Yan ini terjadi dalam kurun waktu 1888 hingga 1925. Kala itu, di Aceh sedang berkecamuk perang dengan penjajah Belanda. Sejak itu komunitas masyarakat Aceh terus berkembang, sehingga terbentuk sebuah komunitas sendiri yang sekarang kita kenal sebagai ‘kampung Aceh’.

Untuk menuju kampung ini, kalau ditempuh dengan mobil dari Pulau Pinang, memakan waktu lebih kurang 2 jam. Selama di perjalanan dengan kondisi jalan yang sangat mulus, kita bisa menyaksikan hamparan sawah dan areal perkebunan yang hijau menyejukkan mata. Begitu juga rumah-rumah penduduk masih terlihat asli bentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu.

Begitu sampai di Kampung Yan yang kita tuju, kita terus merasakan nuansa lingkungannya persis seperti kita sedang berada di dusun-dusun terpencil di Aceh. Karena di sekelilingnya kelihatan banyak sekali pohon-pohon yang berbuah musiman, seperti pohon durian, pohon manggis, langsat, rambutan dan lain-lain.

Begitulah, kedatangan kami disambut dengan baik dan ramah oleh semua keluarga Aceh yang ada di sana. Karena kami datang masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri, maka kami dijamu dengan tradisi Uroe Raya, persis seperti di Aceh. Makanan dan kue-kue kering seperti keukarah, timphan, dan kue-kue khas lainnya yang barangkali di Aceh sudah jarang kita temui, ternyata bisa kita dapati di Kampung Yan ini.

Saya sangat terharu dengan cara orang Aceh yang ada di Yan Kedah ini dalam mempertahankan tradisi keacehannya. Konon, tradisi seperti ini tak hanya saat berhari raya saja, tapi juga pada acara peringatan hari-hari besar Islam lainnya, seperti kenduri Maulid, ataupun kenduri-kenduri pesta perkawinan, adat istiadatnya masih persis seperti yang berlaku di Aceh.

Menariknya lagi, semua orang Aceh yang sudah merantau ke luar dari Kampung Yan, baik ke Pulau Pinang, ke Alor Star, Kuala Lumpur, atau bahkan ke negara-negara bagian Malaysia lainnya, mereka selalu pulang setiap hari raya ke kampung halamannya, yaitu ke ‘kampung Aceh’ ini untuk berlebaran dengan sanak saudaranya. Banyak di antara mereka, kini sudah menjadi pengusaha sukses di negara jiran tersebut.

Di tengah-tengah kampung Aceh itu juga mengalir sebuah anak sungai yang sejuk dan jernih. Di Kampung Yan juga terdapat tiga meunasah, yaitu Meunasah Al-Irsyad dan Meunasah Sentui. Di sini terdapat beberapa makam ulama besar dari Aceh, seperti makam Tgk Syekh Oemar dan keluarganya, Tgk H Hasballah Indrapuri, Tgk Abdul Hamid Aneuk Batee dan lain-lain.

Syekh Oemar adalah seorang ulama besar asal Lam U Aceh Besar yang hijrah ke Malaysia, kemudian menetap di Kampung Yan, Kedah. Karena itu pula, nama beliau di Aceh lebih dikenal dengan Syekh Oemar Diyan, yang sekarang nama beliau di tabalkan pada nama sebuah pesantren modern di Indrapuri, Aceh Besar, yaitu Pesantren Oemar Di Yan.

Satu lagi Meunasah yang bangunannya kelihatan masih baru. Meunasah ini dibangun dari sumbangan Tan Sri Sanusi Juned, mantan Menteri Pertanian Malaysia juga Menteri Besar Kedah dan mantan Presiden Universiti Islam antar Bangsa Malaysia, yang kini menjadi Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM).

Kini, orang Aceh yang masih tinggal di kampung Aceh Yan Kedah antara lain Ilyas Nyak saad, Abdul Aziz Haji Umar, dan sejumalah lainnya telah ‘hijrah’ ke Pulau Pinang, Alor Star, di Sungai Petani, Kuala Lumpur, dan ke sejumlah negara bagian lainnya di Malaysia. Namun, seperti telah kita singgung di atas, setiap lebaran mereka tetap mudik ke kampung halamannya, kampung Aceh Yan, Kedah, Malaysia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved