Breaking News

Cerpen

Perempuan Bersayap

SAYA sendiri. Bulan sendiri. Bintang sendiri. Angin berkesiur sendiri

Editor: bakri

“Saya sungguh-sungguh,”jawab saya.

“Tapi saya akan membawamu ke langit ke tujuh karena di sanalah saya tinggal.”

Sejenak saya menatap langit

“Saya tidak peduli. Saya akan ikut denganmu,” kata saya akhirnya.

Dia memeluk saya. Mendekap saya. Saya kembali terbakar.

Dia lalu kembali pergi meninggalkan saya. Esok sore kami akan bertemu lagi di sini. Dia pergi meninggalkan saya seperti kupu-kupu terbang dari satu ilalang ke ilalang lainya, lalu menghilang dari pandangan.

Saya pun berlari pulang. Langkah kaki saya kembali terasa ringan. Saya juga seperti kupu-kupu, terbang dari satu ranting ke ranting lain. Di dalam perjalanan pulang saya ceritakan pada semua orang, bahwa saya akan segera menikah. Tapi tidak ada yang peduli. Semua orang mencibir. Dan menertawakan saya. Saya merasa berduka.

Di rumah, ibu pun kembali bersedih mendengar penuturan saya. Ibu memeluk saya. Ibu menepuk-nepuk pundak saya. Ibu lalu berlari ke dalam kamar. Ibu mengunci diri. Saya lalu berdiri di depan pintu rumah. Saya kemudian berteriak sekeras-kerasnya. Saya katakan pada semua orang bahwa saya akan segera menikah. Saya harap semua orang tahu. Saya juga berharap perempuan bersayap mendengar suara saya. Biar dia tahu, bahwa saya sangat mencintainya.

***

“Orang gila. Setelah ditinggal pergi Aini, si Jufri menjadi gila.”

“Aku kasihan lihat dia.”

“Kalau aku malah kasihan lihat ibunya. Sudah tua, punya anak gila lagi.”

“Dengar, dia berteriak lagi, benar-benar sudah parah. Kini dia katakan akan menikah. Ah, ada-ada saja dia.”

***

Saya tidak peduli. Saya berteriak lagi. Mereka memaki. Mereka terus memaki. []a

* Farizal Sikumbang, alumnus Bahasa dan Sastra FKIP Unsyiah. Mengajar di SMA 2 Seulimuem

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved