Cerpen
Asal Mula Kabar Mantra Kampung Barat Selatan
Konon, pada suatu hari di masa silam, beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadhan, seorang pemuda
“Tuan tidak perlu menduga sesuatu yang belum tentu benar adanya. Masuklah dulu!” ajak lelaki itu dengan pandangan bersahabat. Anak muda kita mengikuti ajakannya.
Di dalam gubuk, seorang perempuan tua keluar membawa air dalam cangkir kayu.
“Ini istri saya, Tuan. Mantra yang Tuan ajarkan tidak begitu bereaksi. Akhirnya saya rebut dia dengan cara kasar. Saya hajar lelaki yang merebut dia dulu, lalu saya bawa lari dia ke kampung ini. Saat sampai di sini, ada seorang pemabuk mengganggunya. Saya baca mantra yang Tuan berikan. Hanya dengan sekali dua pukulan, dia jatuh sampai meninggal. Setelah itu, orang-orang melihat saya penuh ketakutan!” kisah lelaki tua itu.
“Lalu?”
“Sebab saya tidak terbiasa berkebun, sedangkan di sini lahannya menuntut saya berkebun, saya mulai berpikir. Bagaimana caranya agar tetap bertahan hidup tanpa harus berkebun,” dia menarik nafas panjang. “Lalu terbesitlah dalam benak saya untuk menceritakan perihal kesaktian orang-orang selatan di warung-warung atau tempat-tempat persuaan.”
“Untuk apa kau ceritakan itu? Tidak semua orang Barat-Selatan sakti mandraguna, bagaimana kau meyakinkan mereka?” Tanya anak muda kita.
“Untuk memudahkanku menghidupi keluarga kecil kami ini. Aku menjual obat selatan dan dengan ilmu sedikit kuobati anak-anak kecil yang sakit. Orang-orang dewasa hanya kutakut-takuti agar tidak bejat. Meyakinkan mereka? Gampang sekali. Saya suruh mereka ke tempat Tuan di Bandaceh jika tidak percaya kekuatan orang Barat-Selatan. Saya ceritakan pada mereka bagaimana Tuan telah membuat orang menjadi gila dengan tamparan tangan kiri, serta membuat mati dengan tinju tangan kanan. Saya katakan pada mereka agar tidak macam-macam dengan orang Barat-Selatan, sebab mereka berbahaya. Ya, persis seperti yang Tuan katakan pada saya,” jelas lelaki itu.
Pikiran anak muda kita berkitar ke masa silam, manakala ia membual di hadapan kedai obat kampung pada suatu malam celaka yang membuat kabar dusta itu menjalar ke seluruh penjuru timur dan utara. Benar, beberapa waktu kemudian kedainya ramai diserbu orang berobat, sehingga ia kewalahan dan mendapat banyak sekali pemasukan. Orang-orang yang datang tidak hanya berobat, tapi juga berguru silat. Bila orang-orang itu bertanya tentang kesaktiannya, anak muda kita masih sering bercanda bual, “Makanya jangan macam-macam dengan orang Barat-Selatan. Jika mereka marah, kamu bisa gembung perutmu sebab diguna-guna. Tak perlu kusebutkan sudah berapa orang menjadi gila setelah kuhajar dengan tangan kiri. Tapi perlu kau tahu, seminggu yang lalu di sini seorang lelaki setegap Tuan Banta kepala bandit sepuluh penjuru itu, menghembuskan nafas terakhir!”
Alue Naga, Mei 2015
* Nazar Shah Alam, bergiat di Komunitas Jeuneurob. Lahir di Kuta Bakdrien 5 September 1989.