Bentrok di Aceh Singkil

Singkil Kota Tua yang Berpindah

Penduduk Kota Singkil ketika itu, hanya berjumlah 2.104 orang. Terdiri dari 6 orang Eropa, 55 orang Cina, 183 orang Arab

Penulis: Amirullah | Editor: Amirullah

3. Kota yang Dihancurkan

Jembatan kayu di Kuala Baru, Singkil ambruk

Sebagian besar bangunan peninggalan Belanda tersebut,  tidak ada lagi atau tersisa di Kota Singkil. Hanya yang masih ada rumah Gadang. 

Rumah gadang itu  pun telah beberapa kali direhab dan renovasi sehingga konstruksinya telah berubah, tidak seperti semula. Sedangkan rumah controleur dan dermaga, lampu babeleng dan bangunan lainnya sudah dihancurkan termasuk bekas-bekas rumah orang Eropa diganti dengan bangunan kantor pemerintah.

Gedung pemerintah dan perumahan penduduk yang dibangun di era ini dan telah memusnahkan bangunan lama. Mengesankan telah mematikan dan menghilangkan jejak Kota Singkil sebagai kota tua, warisan sejarah. Tidak ada lagi tanda-tanda eksotis Singkil sebagai kota dengan penuh cerita dan gedung-gedung tua peninggalan masa dulu kala, termasuk zaman Belanda.

Penguasa Singkil ketika itu, sepertinya tidak terlalu peka dan peduli dengan aset dan situs sejarah. Padahal dengan aset dan situs sejarah ini bisa dijadikan iktibar dan  wahana belajar dan untuk mengaca diri.

Generasi muda Singkil sekarang dan masa mendatang, tidak akan pernah tahu kalau di jalan Syekh Abdurrauf dan jalan Jenderal A.Yani sekarang, ada kantor telegram dan kantor pos besar yang berkonstruksi dan bermotif gaya gedung Eropa. Di Pulo sarok, ada lampu babeleng, tangsi militer dan beberapa benteng yang gagah perkasa. Itu semua, telah lenyap dan musnah.

Juga, ada danau sebagai tempat berdayung sampan noni-noni Belanda sembari menatap bagau-bagau putih yang terbang berseleweran. Yang lebih penting lagi, danau ini dulu dijadikan multifungsi salah satunya sebagai kawasan serapan banjir. Tetapi, jejak itu hilang, tanpa ada yang peduli untuk melestarikannya.

Ketika Singkil menjadi daerah otonomi, berpisah dengan Aceh Selatan pada 27 April 1999, Kota Singkil terus dibangun sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhaninfrastruktur pemerintahan. Sejumlah sarana prasarana pendidikan dan perkantoran pemerintah pun didirikan.

Kota Singkil terus menyempit. Untuk mengatasi hal ini, Kota Singkil sebagai ibu kota kabupaten pun diperlebar hingga ke wilayah Gosong Telaga. Di Gosong Telaga inilah mulai banyak dibangun perumahan-perumahan penduduk dan perkantoran pemerintahan.

Tentang pertapakkan perkantoran di Gosong Telaga ini, tanahnya berasal dari hibah masyarakat Gosong Telaga, tanpa konvensasi, seluas 184 hektar lebih. Tanah yang dihibahkan ini semulanya  peladangan dan perkebunan masyarakat Gosong Telaga.

Dihibakannya tanah ini  demi sebuah pembangunan ibu kota kabupaten yang bakal dimekarkan. Kalaulah dulu tanah ini tidak diberikan,  kemungkinan besar Singkil akan gagal menjadi daerah otonom. Kalau pun menjadi daerah otonomi juga, ibu kotanya bukan Singkil. Tetapi akan dipindahkan ke Rimo, Gunung Meriah atau Simpang Kanan karena di sana tanah yang kosong masih sangat luas.

Namun disayangkan, pembangunan kantor pemerintah dan perumahan penduduk penataanya sangat tidak elok dipandang mata.  

Gedung-gedung dan infrastruktur pemerintah dibangun secara berderet sepanjang jalan dari Pulo Sarok hingga ke Kampung Baru yang jaraknya 20 kilo meter.

Sehingga perkantoran di Singkil, menjadi lokasi perkantoran terpanjang di dunia. Kalau ada yang berurusan karena ada keperluan, sangat menguras tenaga dan memerlukan waktu yang relatif  panjang. Kurang efisien dan efektif.

Pada saat terjadinya, gempa dan gelombang tsunami Aceh dan Nias 26 Desember 2004 dan 28 Maret 2005, permukaan tanah Singkil, menurut peneliti Danny Hilman dari Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengalami penurunan sekitar 0,5 meter hingga 1,5 meter. Sebanyak 3.500 rumah penduduk hancur dan infrastruktur pemerintah retak-retak, termasuk pendopo dan kantor Bupati Aceh Singkil.

Singkil tidak tenggelam seperti Kota Singkil sebelumnya. Namun, pusat administrasi pemerintahan selama setahun (2005-2006) sempat di pindahkan ke Gosong Telaga, Singkil Utara. Setelah perkantoran direhab, pusat administrasi dipindahkan kembali ke Kota Singkil. 

Halaman
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved