Breaking News

Citizen Reporter

Madinah, Kota yang Dirindukan

MADINAH menjadi salah satu tumpuan perjalanan bagi jamaah umrah dan haji

Editor: bakri

OLEH DR MUSLIM AMIN, Staf Pengajar College of Business Administration King Saud University Riyadh, Saudi Arabia, melaporkan dari Madinah

MADINAH menjadi salah satu tumpuan perjalanan bagi jamaah umrah dan haji. Bagi muslim yang berumrah di bulan Ramadhan tahun ini, tentunya Kota Madinah tak dapat dilupakan begitu saja, meski suhunya 48 derajat Celcius dan lama berpuasa di sini sekitar 16 jam.

Menjelang sepuluh malam terakhir Ramadhan, Kota Madinah semakin banyak dikunjungi jamaah, baik jamaah lokal maupun mancanegara. Tujuannya, untuk menikmati suasana berpuasa dan shalat Tarawih di Masjid Nabawi. Meski Madinah tak seramai Kota Mekkah, namun suasana bulan puasa tak jauh berbeda.

Yang menjadi perhatiaan saya adalah suasana berbuka puasa bersama jamaah dari berbagai pelosok dunia di bawah payung di pelataran Masjid Nabawi. Kain-kain dibentangkan di bawah payung-payung masjid dan berbagai macam makanan disediakan untuk menarik perhatian jamaah berbuka puasa bersama penderma.

Sudah menjadi tradisi masyarakat Madinah bahwa setiap payung yang ada di pelataran Masjid Nabi sudah ada yang mengklaim. Seolah-olah sudah menjadi milik orang Madinah secara turun-temurun. Jangan coba-coba mengambil tempat di bawah payung dan membentangkan kain dan makanan untuk berbuka puasa, karena tempat itu akan didatangi oleh orang Madinah dan mengatakan, “Ini tempat kami dan sejak berpuluh tahun keluarga kami telah memberi makanan untuk berbuka puasa di tempat ini selama satu bulan.”

Sejak pukul 5 sore, tempat berbuka puasa sudah penuh mereka booking. Menjelang berbuka, kita dapat melihat dan mendengar penderma memanggil kita ‘fadhal’, mari berbuka puasa bersama kami. Rezeki terbentang luas di Masjid Nabawi, jamaah boleh memilih tempat berbuka sesuai selera masing-masing. Berbagai macam makanan tersedia, mulai nasi arab, briyani, roti, yoghurt, dan berbagai macam makanan ringan. Makanan di luar masjid lebih banyak pilihan dibandingkan di dalam masjid, mungkin karena keterbatasan tempat.

Indahnya Madinah dapat dilihat pada waktu malam dengan lampu-lampu yang menerangi kota. Dari kejauhan tampak menara masjid disinari lampu berkilauan. Tiada risau dan takut bagi jamaah yang memasuki Madinah di malam hari, yang ada hanyalah rindu bergelora.

Pada musim panas tahun ini, keindahan dan keramain Kota Madinah dapat dilihat pada malam hari. Siang biasanya agak sunyi, mungkin karena cuaca panas. Meskipun shalat Tarawih sudah selesai, jamaah dan peziarah masih duduk di pelataran masjid menikmati indahnya Masjid Nabawi pada waktu malam.

Jumlah jamaah yang berkunjung ke Masjid Nabawi terus bertambah tiap tahun disebabkan adanya rasa aman, tenteram, dan terdapat berbagai fasilitas pelayanan yang baik. Berbagai macam tujuan orang datang berkunjung ataupun berziarah ke Madinah.

Salah satu alasan utama orang berziarah ke Madinah adalah ada hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah, jadikanlah di Madinah dua kali lipat keberkahan yang telah Engkau jadikan di Mekkah.” Alasan ini mungkin yang menjadi fondasi kecintaan yang begitu besar bagi peziarah dan jamaah terhadap Kota Madinah. Alasan ini diperkuat juga oleh hadis yang menyatakan bahwa Rasullah saw telah memanjatkan sebuah doa, “Ya Allah, berilah kami kecintaan kepada Madinah seperti cinta kami terhadap Mekkah atau bahkan melebihinya (Bukhari Nomor 1.889; Muslim Nomor 1.376).

Bagi setiap jamaah umrah dan peziarah yang pernah mengunjungi Kota Madinah, sudah pasti selalu punya rasa rindu mendalam dan merasa terpanggil untuk senantiasa mengunjungi Kota Madinah. Allah Swt telah mengabulkan doa Nabi Muhammad sehingga menjadikan Madinah sebagai kota yang diberkahi dan sebagai kota bersejarah yang paling dicintai oleh setiap orang mukmin yang datang berziarah ke sana.

Yang menarik perhatian saya adalah setiap jamaah yang berziarah ke Madinah, sangat disiplin dalam menjaga shalat lima waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi, baca Alquran, dan menunaikan berbagai shalat sunah yang lain, serta menjaga perilaku yang baik. Jamaah mampu bangun pukul 2 pagi hanya untuk shalat sunah dan subuh di Raudhah. Semua jamaah patuh melaksanakan dan menegakkan sunah. Mengapa jamaah mau berbuat demikian, karena jamaah mempunyai rasa cinta yang sangat mendalam kepada Rasulullah.

Seandainya setiap mukmin mampu menegakkan sunah, shalat lima waktu berjamaah, dan semua amalan yang baik sebagaimana dilaksanakan di Madinah juga dilaksanakan di tempat masing-masing, maka ajaran Islam akan menggema ke seluruh pelosok dunia. Sebaliknya, apabila sesampai di kampung halaman amalan yang pernah dilaksanakan di Madinah ditinggal atau dilupakan, maka akan timbul gelisah dan rasa rindu untuk datang kembali ke Madinah.

Pada hakikatnya, semua anugerah kebahagiaan dan ketenangan jiwa ada pada diri kita masing-masing. Jadi, yang kita rindui sebenarnya adalah kehadiran Allah Swt dalam diri kita melalui amalan-amalan yang kita kerjakan sehari-hari. Wallahu’alam.

* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskahnya, termasuk foto dan identitas Anda ke email redaksi@serambinews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved