Citizen Reporter

Indahnya Taman Kampung Aceh di Kedah

KAMPUNG Atjeh Management Centre (KMKC) adalah sebuah taman bernuansa Aceh yang terdapat di Kedah

Editor: bakri

OLEH H HARUN KEUCHIK LEUMIEK, kolektor benda-benda budaya sejarah Aceh, melaporkan dari Kedah, Malaysia

 KAMPUNG Atjeh Management Centre (KMKC) adalah sebuah taman bernuansa Aceh yang terdapat di Kedah, Malaysia. Taman ini terletak di tengah-tengah Kampung Yan, Kedah, Darul Aman, Malaysia. Taman seluas 2 ha ini ditata persis seperti suasana perkampungan di Aceh. 

Berada di taman ini seakan tak percaya kalau kita sedang berada di luar negeri (Malaysia). Saat berada dalam KMKC ini, yang kita rasakan persis kita sedang berada di sebuah kampung seperti layaknya di Aceh.

Taman yang dikelola oleh Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM) ini sekarang menjadi salah satu tempat rekreasi/wisata yang sangat ramai diminati wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar Malaysia, seperti dari Indonesia, terutama Aceh.

Bila orang Aceh di Malaysia rindu pada kampung halamannya, mereka bisa berlibur ke KMKC ini sebagai pengganti pulang kampung. Apalagi KMKC ini tempatnya sangat teduh, dikelilingi pegunungan yang sangat indah dengan aneka pepohonan yang rindang dan terawat rapi. Di tengah-tengah taman terdapat sebuah anak sungai yang airnya berasal dari pegunungan yang sangat bening dan jernih.

Pepohonan yang tumbuh di taman KMKC ini adalah jenis pepohonan yang ada di kampung-kampung di Aceh. Seperti rambutan aceh, durian, manggis, cempedak, langsat (duku), dan pohon-pohon berbuah lainnya. Taman KMKC ini terus diperluas. Sudah dibeli tanah hingga ke sebereng sungai. Demikian pula dengan fasilitasnya, rumah-rumah penginapan (homes stay) telah dibangun dengan indah, lengkap dengan kolam renang yang sumber airnya berasal dari pegunungan yang sejuk. Setiap home stay diberi nama dengan nama bunga yang terdapat di Aceh dalam bahasa Aceh.

Taman ini dilengkapi fasilitas tempat pertemuan, tempat seminar (rapat), restoran, dan sarana olahraga, dan sebuah mushala. Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM), Haji Jazni Gani mengatakan, kebanyakan tamu yang datang ke KMKC adalah untuk berlibur bersama keluarganya. Termasuk dari Penang.

Menurut Setia Usaha (Sekretaris) IMAM, HA Rahman Yasin yang akrab dengan panggilan Cek Gu, pengunjung dari Aceh juga banyak yang datang ke KMKC.

Keturuan Aceh yang ada di Kampung Yan sekarang adalah generasi kelima dan generasi keenam sejak kedatangan orang Aceh ke Kampung Yan Kedah, Malaysia pada tahun 1890. Kebanyakan orang Aceh yang mula-mula datang ke Kampung Yan dulu adalah para ulama yang sangat berpengaruh di Aceh semasa Belanda. Ulama-ulama tersebut adalah target penangkapan Belanda, sehingga mereka hijrah ke Malaysia dan tinggal di Kampung Yan.

Salah satu tokoh Aceh yang pertama hijrah ke Kampung Yan Kedah waktu itu adalah Tgk Chik Umar Rauf (Tgk Chik Umar Diyan). Anak-anaknya kemudian jadi ulama di Aceh, seperti Tgk Hasballah Indrapuri, Tgk Madhan, Tgk Abdullah (Abu Lam U), dan Tgk Abdul Hamid Anuek Batee. Kelima ulama ini meninggal di Yan dan dikebumikan di Kampung Aceh Yan, Kedah. Sedangkan Tgk Abu Lam U dan ulama lainnya seperti Tgk Hasballah Lambhuk, Tgk Hasan Krueng Kalee, setelah belajar pada Tgk Chik Umar Rauf Diyan kembali ke Aceh.

Selain dari Aceh Basar, juga banyak orang Aceh lainnya yang hijrah ke Yan pada zaman konflik Aceh dengan Belanda. Mereka ada yang berasal dari Pidie, juga Samalanga. Sesampai di sana mereka membuka usaha perkebunan. Anak keturunan dari mereka di Kampung Yan sekarang juga banyak yang telah menjadi pengusaha dan pejabat Kerajaan Malaysia.

Keturunan-keturunan itulah sekarang yang tinggal di Kampung Yan, Kedah. Mereka hidup di sini dengan menjunjung adat istiadat Aceh. Untuk adanya rasa persatuan dan kesatuan orang Aceh di Malaysia, mereka membentuk sebuah organisasi, itulah IMAM yang pusatnya di Kampung Yan, Kedah. Malah Kerajaan Kedah telah menyumbangkan sebuah bangunan galeri untuk taman KMKC sebagai tempat memamerkan benda-benda budaya Aceh.

Galeri ini dibangun di dekat sungai taman. Dinding galerinya dari kaca tebal dan akan diresmikan pada Desember 2016.  Menurut Ketua IMAM, untuk mengisi galeri itu sedang dikumpulkan benda-benda budaya peninggalan sejarah Aceh. Saya juga telah menyumbangkan benda budaya Aceh untuk koleksi di galeri tersebut. Antara lain, beberapa bilah pedang, dalung/dulang lima susun, satu Alquran kuno tulisan tangan, satu panyot tujoh mata, dua rencong, satu siwah, satu mundam, dan beberapa keping koin emas dirham Aceh.

Dalam waktu dekat IMAM akan menerbitkan kamus bahasa Aceh agar anak-anak Aceh di Malaysia dapat lebih mudah belajar bahasa Aceh sebagai bahasa indatunya. IMAM juga terus menerbitkan buletin berkala Narit Geutanyoe dalam bahasa Aceh sebagai media belajar bahasa Aceh agar tak dilupakan oleh generasi muda Aceh yang tinggal di Malaysia.

* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskahnya, termasuk foto dan identitas Anda ke email redaksi@serambinews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved