Benny Panjaitan Meninggal - Berikut 6 Fakta Tentang Panbers
Kkelompok musik ini didirikan pada tahun 1969 di Surabaya, terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs J.M.M. Pandjaitan
Sejak periode ini telah muncul suatu keadaan di mana dunia musik Indonesia dipenuhi dengan lagu-lagu ciptaan sendiri.
Panbers menjadi unikum yang langka di dunia musik Indonesia masa itu, karena merupakan satu-satunya grup band yang semua personelnya orang Batak dan semuanya kakak-beradik.
Meski dengan warna Bataknya yang demikian kental, Panbersdapat diterima dan menjadi idola kaum muda di semua pelosok negeri ini mampu menerobos sekat-sekat kesukuan dan kelas sosial.
Panbers tidak hanya rekaman di Dimita. Tahun 1974, PT Remaco akhirnya menggaet Panbers untuk merekam lagu-lagunya.
Di sini, mereka membuat lagu-lagu Natal dan beberapa album pop lainnya. Tahun 1977, Panbers hijrah rekaman ke PT. Irama Tara.
Pada tahun 1981 Panbers digaet oleh PT U.R Record dan seterusnya ke beberapa perusahaan label studio rekaman lainnya yang telah menunggu kesempatan untuk bekerja sama dengan mereka.
2. Panbers Perintis Rekaman Lagu Pop Batak
Dalam album vol I dengan berani mereka selipkan satu lagu Batak berjudul “Masihol Ahu” merupakan suatu gebrakan baru karena Rekaman Batak belum ada waktu itu.
Ternyata sambutan orang Medan terhadap lagu Batak itu luar biasa.
Terbukti saat mereka bermain di Stadion Teladan Medan, dinding stadion sampai jebol oleh luapan penonton.
Saat itu selebaran show mereka disebar pakai helikopter dan hal itu membuat mereka bangga sebagai Orang Batak, meskipun tak pernah tinggal di Medan.
Diakui atau tidak, Panbers adalah peletak dasar berpijak bagi para penyanyi dan musisi Batak di industri musik rekaman dan show-biz berskala nasional.
Panbers adalah ikon, sumber inspirasi, panutan, dan standar bagi anak-anak muda Batak pada dekade 70-an dan 80-an.
Selain lagu-lagu Batak, Benny juga menciptakan lagu-lagu berbahasa Inggris, semuanya berirama Rock, misalnya “Rock And The Sea ”, “Jakarta City Sound", " Haai” dan “Let Us Dance Together”, meski banyak media massa tidak mengakui itu sebagai pop Indonesia.
3. Pribadi Melankolis