Citizen Reporter
Mudahnya Akses Belajar di Tarim
INI merupakan tahun keempat saya berada di Republik Yaman untuk menuntut ilmu di Universitas Al Ahgaff
OLEH M CAESAR MUARIF, asal Aceh Utara, alumnus Dayah Ummul Ayman, Samalanga, melaporkan dari Tarim, Yaman
INI merupakan tahun keempat saya berada di Republik Yaman untuk menuntut ilmu di Universitas Al Ahgaff. Sebagaimana diketahui, dua tahun lalu, Yaman porak-poranda disebabkan peperangan. Konflik tersebut secara garis besarnya terjadi di Yaman Utara dan di Provinsi Aden. Sedangkan saya berdomisili di Kota Tarim, Provinsi Hadhramaut (Yaman bagian Selatan).
Meski berada jauh dari wilayah konflik, namun dampak dari perang itu sangat terasa. Tak terkecuali bagi saya pribadi. Terutama dalam aspek ekonomi, harga-harga barang saat itu melambung tinggi. Begitu juga halnya dengan bahan bakar minyak (BBM). Meskipun Yaman dikenal sebagai‘Negara Minyak’, namun pasokannya ketika itu sangatlah terbatas. Untuk mengisi satu liter saja, terkadang saya harus mengantre lama di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Meskipun dalam kondisi serbasulit seperti itu, namun masih ada satu alasan kenapa masih banyak saja para pencari ilmu berdatangan dan bertahan di Kota Tarim ini. Itu karena satu-satunya hal yang tetap “murah” di sini adalah ilmu agama. Itulah yang membuat saya bersama belasan pelajar Aceh lainnya tetap bertahan di sini, meski ketika konflik berkecamuk. Alasan kedua bagi kami selaku warga negara Indonesia (WNI), Pemerintah Indonesia membuka peluang evakuasi (pulang gratis) bagi WNI di Yaman.
Sejak dari dulu, Tarim memang dikenal sebagai kota ilmu dan ulama. Hingga saat ini, ada tiga instansi formal yang menjadi pilihan utama pelajar-pelajar ilmu agama di sini, sebut saja Ribath Tarim, Darul Musthafa, dan Universitas Al Ahgaff. Selain nama tersebut, ada juga Madrasah
Alaydrus (instansi khusus belajar ilmu qiraat ), Ma’had Al-Ghuraba’ (instansi khusus belajar ilmu hadis), serta puluhan halakah belajar ilmu agama yang bertaburan di masjid-masjid Kota Tarim ini.
Uniknya, instansi-instansi tersebut memudahkan akses belajar dengan menggratiskannya kepada semua orang, baik bagi warga pribumi, maupun orang asing (pendatang). Maka tak heran, banyak teman-teman mahasiswa yang belajar di Universitas Al Ahgaff ini, misalnya, menyempatkan diri mengikuti pelajaran tambahan di instansi lain di luar jam kuliahnya. Pagi hari mereka belajar di tempatnya kuliah, sore hari belajar ilmu qiraat di Madrasah Alaydrus, sedangkan malamnya, mereka belajar ilmu hadis di Darul Ghuraba’.
Bukan hanya instansi-instansi tersebut saja yang menggratiskan pendidikannya, di masjid-masjid juga sangat mudah dijumpai halakah belajar untuk umum. Halakah (gelanggang bagi kelompok belajar) ini biasanya diisi oleh seorang syeikh yang mumpuni di bidang tertentu, misalnya, halakah ilmu tasawwuf, tauhid, fikih (tastafi), dan lain sebagainya.
Untuk kredibilitas sanad keilmuan, tentunya silsilah keilmuan ulama-ulama di Tarim bersambung hingga ke Rasulullah saw. Soalnya, seorang syeikh baru diizinkan mengajar di halakah tersebut ketika sudah mempunyai ijazah sanad keilmuan dan jaminan kelayakan mengajar dari gurunya. Dengan begitu, ilmu yang diajarinya pun bersanad dan berkah.
Saking mudahnya akses belajar di Tarim ini, sehingga ada istilah khas di “Kota Aulia dan Ulama” ini yang menggambarkan proses itu secara tersirat, misalnya, “Jalanan di Kota Tarim adalah guru bagi mereka yang tidak memiliki guru” (Hal ini menggambarkan betapa mudahnya akses pendidikan di sini), atau “Surga dunia adalah Tarim” (merujuk kepada kebiasaan masyarakatnya yang menyukai halakah zikir dan ilmu, sebagaimana disebut oleh Rasulullah saw bahwa itulah kebun surga di dunia).
Kendatipun dampak konflik itu masih bersisa hingga saat ini, namun warga Tarim tetap hidup dalam keadaan aman dan lancar dalam menjalankan syariat Islam. Hal itu disebabkan besarnya perhatian mereka kepada ilmu syariat. Begitulah, ketika suatu daerah menaruh perhatian
besar kepada ilmu agama dan syariat Allah Swt, maka Allah jua memperhatikan mereka dengan menjaga dari hal-hal yang tak diinginkan. Semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam.