Hari Pahlawan

Saat Sultanah Hendak Pulang ke Aceh, Ia tak Tahu Harus Bermalam Dimana Lagi

Sultanah Putroe adalah ahli waris dari Laksamana Keumalahayati sekaligus sebagai pewaris utama Kesultanan Aceh.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Yusmadi
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur'alam berdoa usai menerima plakat dan piagam gelar Pahlawan Nasional atas nama Almarhumah Laksamana Keumalahayati dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam satu upacara penganugerahan gelar pahlawan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/11/2017). 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA -- Ahli waris Kesultanan Aceh, Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur'alam tampak tercenung saat ditanya "dimana ia tinggal di Banda Aceh?"

"Saya tidak lagi di Aceh. Saya sejak 2008 ikut anak bungsu saya ke Lombok Nusa Tenggara Barat," kata perempuan yang sudah berusia 86 tahun ini kepada Serambinews.com.

Ia duduk di kursi roda, mengenakan kerudung atau jilbab warna oranye, sepadan dengan warna pakaian yang dikenakannya.

Percakapan ini berlangsung seusai Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur'alam, menerima plakat dan piagam gelar Pahlawan Nasional atas nama Almarhumah Laksamana Keumalahayati dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam satu upacara penganugerahan gelar pahlawan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/11/2017) pagi menjelang siang.

(Baca: Presiden Anugerahkan Gelar Pahlawan kepada Keumalahayati)

Sultanah Putroe atau akrab disapa "Bunda Putroe," adalah ahli waris dari Laksamana Keumalahayati sekaligus sebagai pewaris utama Kesultanan Aceh.

Itulah alasan kenapa Bunda Putroe yang hadir ke Istana Negara dan menerima plakat gelar pahlawan atas nama leluhurnya itu.

Presiden dan Wapres Jusuf Kalla menyalami perempuan di atas kursi roda ini, lalu mengucapkan selamat.

Presiden membungkuk takzim. Layaknya rasa hormat kepada orang tua yang duduk di kursi roda.

Presiden dan Wapres juga menyalami tiga ahli waris penerapan gelar pahlawan lainnya.

Perbincangan dengan Sultanah Putroe berlangsung di salah satu ruangan di Kompleks Istana Negara.

Dalam ruangan itu ada Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Anggota DPR RI asal Aceh, Teuku Riefky Harsya, penulis buku sejarah Aceh Pocut Haslinda Syahrul, dan beberapa orang lagi, termasuk putri bungsu Sultanah Putroe, bernama Pocut Merah Neneng.

Dialah yang mendampingi dan mendorong kursi roda Bunda Putroe.

"Kami memang tidak punya apa-apa lagi di Aceh," kata Sultanah Putroe.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved