Kisah Hidup 'Anak-anak Perang' yang Tumbuh di Masa Nazi Jerman

Kisah mereka menempatkan kita, sebagai pembaca, langsung di sana. Dan di sebelah cerita-cerita itu, ada foto-foto orang tua

Editor: Fatimah
Frederike Helwig 

"Sebagian kecil dari mereka mampu untuk membedakan antara pelaku dan orangtua yang dicintai dan kemudian menyatukan kedua identitas itu, dan berdiri berdampingan. Namun sebagian besar membantah kejahatan itu atau melepaskan diri dari si orangtua."

Meski sudah ada satu generasi sesudah perang, tetap saja, kejadian itu hidup dalam dinamika keluarga.

"Kenangan atau masalah yang tidak diselesaikan oleh Kriegskinder kemudian mereka wariskan pada kami, generasi cucu," tulis Senfft.

"Psikolog telah menemukan bahwa banyak cucu yang menginternalisasi pengalaman kakek-nekek mereka meski era Nazi tak pernah dibicarakan. Para cucu itu kemudian mewarisi kenangan keluarga tanpa mengalami peristiwa itu sendiri."

Helwig merasakan ini sendiri ketika dia masih anak-anak.

"Baru saat saya menjadi orangtua, saya bisa berempati dengan orangtua saya yang menyaksikan Perang Dunia Dua pada usia lima dan enam," katanya.

"Ide untuk buku ini muncul ketika saya berbicara dengan teman-teman saya, menanyakan bagaimana kita akan mengajarkan pada anak-anak kita soal sejarah ini, dan bagaimana agar kita membuat mereka tertarik - atau bagaimana kita mengajarkan pada mereka akan tanggung jawab sejarah ini?"

"Lewat percakapan-percakapan dengan teman-teman saya itu, kemudian muncul kesadaran bahwa orang tua kami mungkin kadang-kadang tampak aneh, dan mereka punya pola perilaku yang memperlihatkan bahwa mereka tumbuh di era perang. Dan itu membuka dialog di antara kami."

Inilah tujuan utamanya - membuka percakapan.

Baca: Meneropong Isi Tubuh Gunung Sinabung yang 400 Tahun Diam dalam Tidur Panjang

"Setiap orang Jerman tahu soal Holokos, kami dididik soal itu, sudah didokumentasikan dengan luas, tapi apa yang belum dibicarakan di keluarga-keluarga Jerman adalah apa yang dilakukan oleh para kakek buyut, atau apa yang sebenarnya terjadi - masih ada tabu di situ."

Dan ini bukan karena para Kriegskinder atau anak-anak perang tak mau berbicara.

"Generasi itu kini berada pada masa di mana mereka sudah membawa beban tersebut cukup lama dan banyak orang-orang yang saya wawancarai cukup terbuka membahasnya, tapi merasa bahwa banyak orang tak terlalu tertarik mendengarkan apa yang mereka ceritakan."

Dengan mengumpulkan kisah-kisah masa kecil di era Nazi Jerman lengkap dengan foto akan sebuah generasi yang kenangannya akan hilang, Helwig berharap bahwa bukunya bisa mengubah itu.

"Ada proses emosional yang terjadi, dan lewat proses itu harapannya ada rasa ingin tahu untuk bertanya lebih banyak dan membuka percakapan, untuk bisa mengakses masa itu," katanya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved