Kisah Hidup 'Anak-anak Perang' yang Tumbuh di Masa Nazi Jerman

Kisah mereka menempatkan kita, sebagai pembaca, langsung di sana. Dan di sebelah cerita-cerita itu, ada foto-foto orang tua

Editor: Fatimah
Frederike Helwig 

"Ini bukan soal menjadikan generasi ini sebagai korban, tapi penting untuk mencoba dan mendorong percakapan antar-generasi."

Buku itu kemudian diakhiri dengan kutipan dari psikolog Israel Dan Bar-On: "Konflik kekerasan menciptakan zona diam dalam masyarakat. Tindakan dan tanggung jawab pelaku ditutupi. Dan begitu pula penderitaan korban, peran para saksi... Dan kebisuan ini kemudian diwarisi ke generasi berikutnya."

Kriegskinder diterbitkan dalam suasana di mana ada kedaruratan baru akan berbagai percakapan ini.

"Buku ini ingin memberikan kesadaran, bahwa, betul, ini sudah lama sekali tapi tidak berarti tak bisa terjadi lagi," kata Helwig.

"Saat kami memulai proyek ini pada 2014, kita hidup di dunia yang sangat berbeda dibanding sekarang. Saya mengatakan pada teman-teman di Jerman bahwa saya sedang mengerjakan buku tentang Kriegskinder, dan tanggapan mereka, 'oh, menarik, tapi apakah kita masih tetap harus membicarakan itu? Lihat Jerman sekarang' - dan itu adalah pada masa keemasan Merkel dan Obama - dan tiba-tiba, dua tahun kemudian, Jerman dan Eropa dan Amerika menghadapi situasi-situasi yang berbeda."

Dalam kata pengantarnya, Senfft mengakui betapa kediaman kolektif bisa menular ke kelompok yang lebih besar.

"Penelitian .... telah menunjukkan bahwa trauma dan stres yang berat bisa menurun; dan hal yang tidak diatasi kemudian bisa menurun ke generasi berikutnya." Dan dampaknya lebih luas daripada keluarga. "Apa yang tidak dijelaskan dan dihadapi secara individu dan dalam keluarga kemudian akan menyebar ke masyarakat dan politik."

Baca: Kejati Dalami Kasus Dugaan Pemerasan

Pameran Kriegskinder bisa dilihat di F3, Berlin dari 2 Februari sampai 8 April 2018.

Berikut adalah enam foto pilihan dari buku, yang sudah terbit, dari penerbit Hatje Cantz.

"Karena saya kekurangan gizi, saya dikirim ke rumah nenek saya di Swiss. Dia menikahi seorang pelapis sofa; apartemennya bau harum dari bahan kulit, tapi penuh semut. Nenek saya menaruh kepala ikan herring untuk mengaburkan jejak semut."

"Di apartemen, ada sofa yang indah dan di situ ada beberapa buklet kecil. Karena nenek saya sering berada Zurich saat siang hari, maka saya bisa melihat buklet itu. Saya mengalami rasa terkejut yang dahsyat saat saya sadar buklet itu tentang kamp konsentrasi, dan kamp-kamp itu terletak di Jerman."

"Foto-foto itu....Suatu hari, di tengah jalan di desa, seseorang menampar muka saya dan berteriak: 'Kau orang Jerman menjijikkan!' dan saya menangis."

Baca: Polisi Tangkap Napi Narkoba

"Tentara Rusia - mereka benar-benar kecil dan menaiki kuda poni - mengambil alih peternakan tempat kami tinggal. Mereka menembak anjing Keeshond besar yang tinggal di situ bersama kami karena anjing itu menyalak. Anjing itu teman saya."

"Salah satu serdadu menempatkan saya di kudanya dan kami pergi ke desa. Saat ulang tahun saya pada tahun 1945, ibu saya memutuskan untuk mencoba kabur ke Barat bersama kami, anak-anak, nenek saya dan beberapa kerabat lain."

"Saat terburu-buru, dia keliru memasang sepatu kiri dan kanan saya. Kami berjalan sepanjang hari, berkilometer-kilometer, dan dia tidak mendengar apa yang coba saya katakan. Orang-orang mati dan kuda-kuda terbaring di jalanan, bertumpukan."

"Kami tidur di kandang-kandang, pabrik yang sudah ditinggalkan, di kamp di mana ada tempat mandi antiseptik untuk membersihkan diri dari kutu dan sup yang encer dari dapur terbuka. Kadang-kadang mereka mengebom kami. Dalam perjalanan ini, nenek saya dan beberapa kerabat meninggal dunia. Hanya ibu saya, saudari saya, dan saya yang selamat."

"Saat Rusia datang, pembantu di rumah kami, Lisbeth, bersembunyi di dalam kotak yang penuh dengan foto-foto Hitler. Semua kaca jendela pecah. Ibu saya duduk bersama anak-anak di kotak pasir di taman bermain karena dia merasa, jika dia melakukan ini, dia akan baik-baik saja."

"Saat seorang tentara keluar dari ruang bawah tanah, saya memegang celananya di bagian kaki dan berteriak: 'Kau orang Rusia sialan, lepaskan Lisbeth saya!' Dia mendiamkan saya."

Baca: Alat Berat dan Babinsa Bersihkan Longsoran Tanah Sejak Pagi, Akses Jalan Panton Luas Kembali Normal

"Di vila di seberang rumah, kami mendengar suara ribut yang luar biasa, jadi nenek saya pergi ke sana dengan berani. Ada seorang ibu dan anak perempuannya terbarik di tempat tidur, telanjang, diperkosa dengan tenggorokan mereka terpotong. Nenek saya meneriaki orang-orang Rusia mabuk itu sampai mereka pergi."

"Ibu saya, seorang dokter, menyatakan kedua perempuan itu sudah meninggal dan mengubur mereka di taman."

"Sudah berhari-hari kami mendengar orang-orang melewati jalan depan rumah kami. Saat kami mendengar di radio bahwa Silesia harus dikosongkan, kami bergabung dengan mereka menuju timur. Setiap sore menjelang malam, jalan harus kosong dan semua orang harus mencari tempat untuk tidur."

"Satu malam kami menemukan tempat aman di rumah seorang perempuan tua uang yang punya banyak kucing. Kami duduk bersamanya saat makan malam, dan kucing-kucing itu melompat ke meja dan kursi."

"Nenek saya merasa jijik dengan kucing dan terheran-heran. Tapi si perempuan itu memaksa kami ke luar dari apartemen dan pergi ke tambang tua. Kami panik saat sirene serangan udara mulai terdengar. Semakin banyak orang mendorong masuk ke dalam tambang, sebagian terjatuh dan terinjak-injak sampai mati."

"Kucing-kucing itu memberi peringatan dan menyelamatkan kami."

"Ibu saya sakit perut tapi dia harus menunggu begitu lama sampai seorang tetangga harus membawanya ke rumah sakit. Dokter-dokter di sana hanya bisa mengatakan bahwa usus buntunya sudah pecah dan nanahnya sudah mencapai rongga perut."

Baca: Alhamdulillah, Hujan Mengguyur Kabupaten Bireuen, Merata dari Gandapura hingga Samalanga

"Mereka bilang satu-satunya yang bisa membantu adalah penisilin. Ini hanya tersedia di pasar gelap. Bibi saya kemudian bisa mendapatkannya, tapi sudah terlambat."

"Ibu saya didorong-dorong di koridor, kamar mandi, dan ruang-ruang kecil lain di rumah sakit. Dia terbungkus dalam bau tubuh yang membusuk. Saat dia bilang dia haus, saya lari dari satu bar ke bar lainnya sambil menangis untuk membelikan limun. Setelah itu, dia meninggal."

"Musim dingin begitu dingin sampai bongkahan es mengambang di sungai Rhine. Kota-kota yang hancur, sebuah taman bermain dan bertualang. Saat jalan ke sekolah, saya melewati Gereonskirche. Satu dari dua menaranya hancur, di menara yang satu, loncengnya masih tergantung."

"Dekat stasiun besar, saya jalan di bawah jembatan rel. Semuanya hancur. Ibu saya bilang, di sini dulu ada rumah sakit tempat saya dilahirkan. Hanya tembok luarnya yang masih berdiri; begitu pula dengan rumah kami di Blumenthalstrasse, tempat kami tinggal sebelum perang. Saya menemukan sisa-sisa kereta bayi saya di pembatas besi di balkon."

"Katedral Koln tampaknya tak terlalu rusak. Hanya di satu tempat ada bekas ledakan bom atau granat. Mereka memasukkan bata di situ agar menara tidak runtuh. Jembatan Hohenzollern benar-benar hancur dan berada di dasar sungai Rhine."

"Di bagian penyangganya, tentara Amerika membangun jembatan darurat, disebut Jembatan Patton. Patton adalah jenderal Amerika. Saat mobil melintasinya, terutama truk lori, plang kayu berderit dan membuat ribut. Saya naik trem ke sekolah. Pintu-pintunya terbuka, di dalam, penuh sekali, dan di luar orang berdiri di pijakan kayunya. Saya juga."

"Ada jalus bus O yang baru. Tampaknya seperti sebuah keajaiban bahwa bus bisa berjalan tanpa mesin yang ribut. Terdengar sedikit bunyi berderit ketika bus melewati jalan berlubang."

Berita ini telah ditayangkan pada BBC Indonesia dengan judul : Seperti apa rasanya menjadi anak-anak di masa Nazi Jerman?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved