Citizen Reporter

Kampong Ayer yang Menakjubkan

SEBUAH kebahagiaan bagi kami, pengurus Senat Mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry, dapat berkunjung

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Kampong Ayer yang Menakjubkan
FAKHRUL RIJAL

OLEH FAKHRUL RIJAL, Mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry dan peserta Study Tour Tiga Negara, melaporkan dari Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

SEBUAH kebahagiaan bagi kami, pengurus Senat Mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry, dapat berkunjung ke Brunei Darussalam yang dikenal sebagai negara kerajaan minyak dan banyak masjidnya berlapiskan emas, serta memiliki berbagai istana yang megah.

Kunjungan kami pekan ini ke Brunei Darussalam adalah dalam rangka studi tur ke kampus-kampus, yakni Kampus Unissa dan Universitas Brunei Darussalam.

Pada hari berikutnya kami mendapatkan kesempatan mengunjungi tempat-tempat wisata di Brunei Darussalam. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Kampung Ayer. Kampung ini merupakan “kampung air” terbesar dan bersejarah di dunia. Kampung terapung yang berada di Kabupaten Brunei  Muar, ibu kota Bandar Seri Begawan.

“Kampong Ayer” dalam bahasa Malayu berarti  ”Kampung Air”, yakni kampung terapung. Dengan sejarahnya yang sudah tua, kira-kira 1.500 tahun, kampung ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah tahun 1363-1402. Kampung terapung ini menjadi kebanggaan rakyat Brunei Darussalam.

Pada masa keemasannya (1485-1524), Kampong Ayer merupakan pusat administrasi, ibu kota Kerajaan Brunei Darussalam, sekaligus menjadi pelabuhan laut penting di kawasan tempat bemukimnya  banyak pedagang asal Barat, Tiongkok, Kamboja, dan negara- negara tetangga lainnya. Saat ini sekitar 40.000 orang atau 10 persen penduduk Brunei hidup di perkampungan terapung ini, terbagi dalam enam distrik administratif.

Kampong Ayer juga memiliki fasilitas yang lengkap. Mulai dari sekolah berbagai jenjang pendidikan, masjid, kantor polisi, gelanggang olahraga, rumah sakit, toko kelontong, restoran, galeri kebudayaan dan pariwisata, serta kantor pemadam kebakaran.

Semua  rumah dan bangunan publik di kampung terapung ini berkonstruksi kayu. Rumah-rumah diatur rapi dengan ruangan luas di depan untuk menanam bunga, pohon hias, dan satu bagian lain disediakan untuk memproduksi kerajinan tangan, terutama perabot dalam rumah meskipun sederhana.

Mungkin kita telanjur berpikir bahwa Kampong Ayer adalah potret permukiman kumuh perkotaan seperti yang ada di kota-kota besar lainnya di dunia. Terlebih karena simbol-simbol kemegahan dan kebesaran Kesultanan Brunei Darussalam mengelilingi Kampong Ayer. Tapi sebetulnya, jika kita lihat dari sisi lain Sungai Brunei, maka pupuslah langsung penilaian itu. Soalnya, puluhan mobil berbagai merek diparkir berderet di tepi Jalan Residency yang berada di seberang Kampong Ayer. Mobil itu adalah milik warga Kampong Ayer.

Hal yang menakjubkan, meski hidup di atas permukaan air, tapi warga di kampung ini tidaklah miskin. Hampir semua orang di sini memiliki satu bahkan lebih dari satu mobil yang dititipkan di daratan. Jadi, benarlah seperti yang kerap terdengar ke luar bahwa bumi Brunei Darussalam  memang terkenal dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, sekalipun mereka tinggal di atas air.

Kampung terapung Kampong Ayer bahkan merupakan kebanggaan rakyat Brunei Darussalam. Kampung terapung ini merupakan satu aset budaya yang menakjubkan juga sulit dilupakan.

Sekarang ini rumah-rumah di Kampong Ayer sudah banyak yang direnovasi melalui fasilitas pembiayaan perumahan oleh negara. Hampir semua rumah di sini sudah ber- AC, punya TV kabel, internet, fasilitas air bersih, dan berbagai fasilitas rumah tangga lainnya. Limbah rumah tangganya dibuang melalui pipa-pipa besar yang tertanam di dasar sungai menuju muara.

Karena pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas rumah tangga kepada mereka, sehingga semua keluarga menggunakan peralatan yang modern.

Hal lainnya yang menarik adalah sebagian besar warga di sini mempunyai lapangan kerja yang yang stabil. Setiap hari semua pegawai negeri pergi dengan taksi air ke daratan untuk bekerja, melakukan usaha jasa taksi air. Sedangkan orang lanjut usia (lansia) menangkap ikan atau menghasilkan produk yang terbuat dari perak, perunggu, kayu yang khas, menyulam, atau menganyam di rumahnya.

Meski Brunei merupakan salah satu negara dengan pendapatan per kapita mencapai 38.700 dolar AS (bandingkan dengan Indonesia yang hanya 3.500 dollar AS), mereka tetap mempertahankan rumah-rumah kayu di Kampong Ayer yang mungkin sudah banyak yang lapuk. Sebab, kampung itu tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjalanan ekonomi Brunei.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved