Sejarah Permen Karet, Berawal dari Getah Pohon Sampai Bisa Menyegarkan Nafas
Mereka biasa mengunyah-ngunyah mastiche, "permen karet" dari getah pohon mastic, Pistacia atlantica, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas.
SERAMBINEWS.COM - Apakah Anda sering mengunyah permen karet?
Jika iya, ada kabar baik untuk Anda.
Sebelumnya, selain membuang rasa bosan, dikabarkan bahwa permen karet mampu meningkatkan konsentrasi.
Bahkan menurut hasil penyelidikan, mengunyah permen karet itu mengurangi ketegangan.
Baca: Kapolda Aceh Gelar Pertemuan dengan Paslon Bupati Pijay, Ini Pesan dan Harapannya
Baca: Alokasikan Rp 7 Miliar pada RAPBA 2018, Gubernur Irwandi Yusuf Lanjutkan Subsidi Trans Koetaradja
Lalu bagaimana sejarah permen karet?
Tradisi mengunyah permen karet telah lama ada. Malah istilah mastic atau mengunyah diduga berasal dari tradisi masyarakat Yunani kuno.
Mereka biasa mengunyah-ngunyah mastiche, "permen karet" dari getah pohon mastic, Pistacia atlantica, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas.
Dengan tujuan sama ada yang menggunakan damar segar dan harum, seperti masyarakat Indian, yang lalu ditiru masyarakat koloni New England, AS.
Lain halnya dengan penduduk asli Semenanjung Yucatan, antara Meksiko dan Karibia, yang selama berabad-abad mengunyah getah pohon sapodilla (Achras zapota) yang tumbuh subur di hutan hujan wilayah itu.
Suku Indian Maya di Meksiko juga mengenalnya sejak 1000 tahun lalu.
Sepanjang musim hujan para pekerja menyadap getah sapodilla dengan menorehkan garis V pada batangnya.
Selanjutnya, getah putih seperti susu itu direbus sampai kental dan lengket, kemudian diperas sisa airnya.
Hasilnya adalah chicle, bahan utama permen karet chewing gum, biasanya berbentuk bongkahan seberat 9 - 14 kg yang siap dipasarkan.
Chewing gum sebenarnya sudah dikenal pada abad XIX. Saat itu, beberapa potong chicle dari Meksiko dibawa ke AS untuk dijual sebagai karet.
Baca: Heboh di Bener Meriah, Suami Gantung Istri Lalu Tulis Surat Wasiat Seolah-Olah Istrinya Bunuh Diri
Namun, penemu dari New York bernama Thomas Adams, Sr., gagal mengolahnya menjadi karet yang keras dan kuat.
Malah, saat merebus, ia melihat bahan itu sangat plastis, mudah dibentuk atau dicetak.
Maka menurutnya, chicle sangat tepat untuk jadi bahan permen karet. Malah, dalam proses pembuatan, chicle yang diawetkan dengan dikeringkan tidak mudah larut, dapat mempertahankan rasa, juga menggelembung.
Baru tahun 1906, permen karet yang dapat menggelembung sebesar balon atau bubble gum pertama kali diproduksi dengan nama Blibber Blubber.
Produk itu dianggap sempurna dan dipasarkan tahun 1928.
Selanjutnya, permen karet dari chicle menggeser popularitas permen karet dari getah cemara atau parafin manis. Selain ketinggalan zaman, dua jenis yang pertama kurang halus rasanya.
Umumnya permen karet mengandung bahan dasar, gula, sirup jagung, pelembut, dan perasa.
Bahan dasarnya adalah yang kenyal dan tidak larut saat dikunyah itu, bisa berasal dari pelbagai jenis lilin, resin (getah yang lengketj, atau lateks (getah yang tidak lengket), misalnya chicle tadi.
Dibandingkan chewing gum, getah dasar dalam bubble gum lebih keras, lebih elastis, dan lentur hingga bisa digelembungkan.
Baca: BREAKING NEWS - Tiga Pemain PSAP Sigli Bebas Bersyarat
Gula dalam permen karet selain sebagai pemanis, juga punya tujuan khusus yaitu mencegah saling lekat antar tiap potong saat pembungkusan.
Sedangkan sirup jagung, selain memaniskan juga menjadikan segar dan kenyal. Pelembut, seperti produk minyak sayur, menghasilkan campuran yang lebih homogen serta mempertahankan kelembutan.
Terlebih setelah ditambah perasa, apakah mentol atau buah-buahan, permen karet memang makin enak.
Pada pertengahan 1960-an, mulai diproduksi chewing gum tanpa gula. Jenis ini biasanya menggunakan pemanis alamiah dan buatan seperti sorbitol, mannitol, aspartame, atau sakarin.
Sanking manisnya, hingga potensial merusak gigi, banyak dokter gigi menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi permen karet bebas gula.
Sebaliknya, menurut penelitian, gula dalam permen karet akan terpisah dari bahan-bahan lainnya.
Apalagi air liur selama proses mengunyah memberikan efek mencuci, sehingga memperkecil proses pengrusakan gigi.
Setelah PD II berbagai jenis lilin, plastik, atau karet sintetik menggantikan chicle.
Dilanjutkan dengan digunakannya pemanis buatan, permen karet menemukan pasar besarnya di AS pada akhir abad XX. (Dari pelbagai sumber/Sht)
Baca: Anggun, Agnez Mo Hingga Krisdayati, Penyanyi Terkaya Indonesia dengan Aset Ratusan Miliar
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1998)
Artikel ini telah tayang pada Intisari Online dengan judul : Berawal dari Getah Pohon Sampai Bisa Mengurangi Ketegangan, Inilah Sejarah Permen Karet