Peluru Meriam Diduga Milik Serdadu Amerika Diamankan Polsek Kuala Batee, Begini Sejarahnya
Peluru meriam ini diduga kuat merupakan peninggalan serdadu Amerika Serikat saat menyerang Kerajaan Kuala Batu, 6 Februari 1832.
Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Zaenal
"Semoga nanti kami memiliki 'perangko' untuk mengembalikan barang-barang rongsokan milik bangsa Donald Trump itu ke negeri asalnya melalui Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Dengan sedikit 'upacara' (kami akan) minta pertanggungjawaban pemerintah USA atas kebrutalan dan pelanggaran HAM yang terjadi di negeri nenek moyang kami," tulis Fadhli di akun Facebooknya.
Menurut Fadhli, di lokasi yang sama, pihaknya sudah menemukan tiga peluru meriam.
Masing-masing ditemukan oleh Jasmi, warga Desa Keude Baro, Kuala Batee yang juga ketua Seunubok (kelompok). Tidak tertutup kemungkinan, masih ada benda-benda lain yang tersimpan di lokasi tersebut.
Serangan Amerika ke Kuala Batee
Dikutip dari Wikipedia.org, Angkatan Laut Amerika Serikat dengan menggunakan kapal perang USS Poomac, di bawah pimpinan Komodor John Downes, menggempur Kuala Batee pada tahun 1832.
Penyerangan terhadap Kuala Batee yang kala itu merupakan sebuah kerajaan penghasil rempah-rempah, merupakan perintah langsung Presiden Amerika Serikat (kala itu) Andrew Jackson.
Presiden Jackson memerintahkan kapal USS Potomac di bawah Komodor John Downes untuk menghukum penduduk Kuala Batee, sebagai balasan atas pembajakan dan pembantaian anak buah kapal Friendship setahun sebelumnya.
Potomac dan ABK-nya mengalahkan angkatan Kerajaan Kuala Batu dan membombardir permukiman penduduk.
(Baca: Ini 27 Merek Produk Sarden yang Positif Mengandung Cacing Parasit, Sebagian Masih Mejeng di Swalayan)
(Baca: Pendaftaran Fun Bike Fun Walk Abdya Ditutup Besok, Peserta Hampir Mencapai 10.000)
Ekspedisi Potomac ini berhasil menghentikan serangan atas kapal-kapal Amerika Serikat yang melakukan perdagangan rempah-rempah ke wilayah Sumatera.
Namun, enam tahun kemudian insiden pembajakan kapal milik Amerika Serikat kembali terjadi, yang menyebabkan diluncurkannya ekspedisi (penyerangan) berikutnya ke Kuala Batee pada tahun 1838.
Latar Belakang Perang Kuala Batee
Pulau Sumatera dikenal sebagai produsen lada hitam berkualitas tinggi, dan sepanjang sejarah sejumlah kapal telah datang ke pulau ini untuk membelinya.
Pada tahun 1831, kapal Friendship di bawah Kapten Charles Endicott tiba di Kuala Batee untuk mendapatkan 1 kargo lada hitam.