Riwayat "Si Gunung Emas" Seulawah RI-001, Pesawat Pertama RI yang Dibeli dengan Uang Rakyat Aceh
Presiden Pertama RI, Ir Soekarno, menabalkan nama “Seulawah” untuk pesawat jenis Dakota C-47, yang dibeli dari hasil sumbangan rakyat Aceh pada 1948.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Safriadi Syahbuddin
Seorang pria muda, berusia sekitar 30 tahun. Dia saudagar. Namanya M Djoened Joesof. “Saya bersedia,” kata Djoened Joesof yang juga menjabat Ketua Gasida.
Selanjutnya, menyusul kesediaan saudagar lainnya. Alhasil malam itu terkumpul komitmen dana yang cukup besar. Presiden Soekarno puas dan menyunggingkan senyum. Ia lalu mengajak hadirin beranjak ke meja makan.
Adegan jamuan makan malam itu merupakan bagian penting dari episode keikhlasan rakyat Aceh mengumpulkan dana untuk pembelian pesawat terbang.
(Baca: Helikopter Dipakai untuk Terbangkan Pengantin, Ini Jawaban Kapolda Sumut)
(Baca: Avani Chaturvedi, Perempuan Pertama India yang Terbangkan Jet Tempur)
(Baca: Serka Natalia, Perawat Gigi dan Satu-satunya Wanita yang Ikut Atraksi Terjun Payung di Bandara SIM)
Kehadiran Presiden Soekarno dan rombongan ke Aceh pada waktu itu dalam rangka mengumpulkan dana untuk pembelian pesawat terbang. Penulis sejarah Tgk AK Jakobi mencatatkan peristiwa itu dalam bukunya Aceh Daerah Modal ( Yayasan Seulawah RI-001, 1992).
Ketika Soekarno mengakhiri kunjungannya di Aceh pada 20 Juni 1948, dana yang terkumpul untuk pembelian pesawat itu berjumlah 120.000 dollar Singapura dan 20 Kg emas. (Buku Sejarah Perjuangan Indonesian Airways, 1979, menyebut 130.000 Straits Dollar).
Dana tersebut dihimpun dari masyarakat seluruh Aceh oleh Panitia Dana Dakota (Dakota Fund) di Aceh yang dipimpin HM Djoened Joesoef dan Said Muhammad Alhabsji.
Pengumpulan dana pembelian pesawat Seulawah RI 001 dan Seulawah RI 002 antara lain dilakukan melalui penjualan obligasi. Di Kabupaten Aceh Tengah, pengumpulan melalui obligasi dilakukan selama dua bulan, Juni-Juli 1948.
Pengumpulan dana dilakukan Gabungan Saudagar Aceh (GASIDA) Cabang Aceh Tengah, yang dikoordinir oleh Toke Hasan Bandung, Abdul Wahab Sudjud, Aman Jernih, Aman Yusuf, Abd Wahab Aman Syech Benu, dan Abdul Wahab Nurdin.
(Baca: Warga Lhokseumawe Tunjukkan 3 Surat Utang Negara Tahun 1950, Apakah Obligasi Pembelian Pesawat?)
(Baca: Ketua DPRK Aceh Timur Minta Pemerintah Beri Perhatian Serius Terhadap Pemilik Obligasi di Aceh)
(Baca: Perempuan Bercadar Ini Simpan Tujuh Lembar Obligasi, Ini Jumlahnya)
Informasi ini tertera dalam manuskrip "Aceh Tengah Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan RI" ditulis oleh M Arif Amiruddin dan Mahmud Ibrahim. Manuskrip ini dibuat dalam rangka peringatan HUT ke-50 RI pada 1995.